Aku tidak siap

"Hei, jangan harap! Jangan harap aku menikahi kamu. Dan aku tidak siap itu. Aku tidak siap," imbuh Dewa yang mencoba menepis, mengelak atau apapun itu yang berkaitan dengan ikatan pernikahan dengan wanita di hadapan nya sekarang.

"Kakak pikir aku siap. Aku juga tidak siap," cetus Mega yang mengulang kata yang sama yaitu kata tidak siap. Kata yang keduanya suarakan untuk menerjemahkan jika keduanya benar-benar tidak siap. "Aku, bahkan sebentar lagi badan ku gemuk dan perut ku membesar. Apa kakak mengerti itu? Apa kakak bisa bayangkan perasaan ku?" nada yang awalnya pelan bersamaan dengan sisa sesenggukan itu berubah menjadi sebuah tanya penekanan yang sontak membuat Dewa akhirnya tertunduk.

Dengan gerakan kepala kecil menggeleng berulang, Dewa seolah menepis dan segera ingin berlari dari kenyataan. Bayang-bayang menikah dengan perempuan yang tidak ia cintai. Sudah tentu akan melukai perasaan kekasihnya yaitu Arumi. Wanita yang sejak kuliah statusnya tidak pernah berubah. Wanita yang selalu dan bertahta di hati nya sejak dulu dan saat sekarang.

Sekelebat nama Arumi terukir nyata, saat Mega meminta hak nya. Sudah tentu dengan hanya bisa menikah dan diakui negara, barulah namanya jelas akan tertera di akta kelahiran anak dalam kandungan nya. "Aku tidak siap untuk menjawabnya." Dewa memutar punggung dan hendak pergi, namun ditahan oleh Mega dengan diraihnya pergelangan tangan milik Dewa. Persetan kata tidak kenal. Persetan kata takut dia siapa Mega siapa. Karena bagaimana pun, ada benih dalam rahimnya. Yang jelas-jelas pria di depan nya lah ayah dari benih tersebut.

"Lalu sampai kapan kakak bisa menjawabnya?"

Dewa melepas pelan pergelangan tangan yang diraih oleh Mega. "Beri aku waktu."

"Kapan?"

"Jangan desak aku. Sekali aku bilang aku tidak siap, aku tidak siap." Dewa kemudian melanjutkan langkah bersamaan dengan lima kata yang dia keluarkan saat pergi dari hadapan Mega. "Aku akan menghubungi mu kembali."

Mega masih pada posisi yang sama. Belum bergerak beralih dan masih memandang punggung pria tanpa dosa yang kini lenyap di balik mobil nya.

Setelahnya barulah dia melanjutkan tangis yang sudah sejak tadi tanpa suara. Menutup wajahnya dengan kedua telapak tangan dan mungkin hanya Mega yang dapat merasakan betapa kesedihan nya sungguhlah mendalam.

Cukup lama Mega berada di taman kota. Pikiran nya kalut tidak tahu musti berbuat apa? Bicara kepada siapa? Kakak nya, tidak mungkin. Teman nya, malu. Yang ada hanya bisa menyimpan kesedihan nya baik-baik.

Mega kemudian beranjak pergi dari taman kota. Hendak menyebrang jalan namun karena pikiran nya kacau, dia hampir terserempet atau bahkan bisa tertabrak mobil.

Untungnya, yang mengendarai mobil tersebut adalah Zahrin. Zahrin cukup panik dan otomatis langsung keluar dari mobil.

"Mega," terkejutnya Zahrin saat mengetahui jika wanita yang hampir dia tabrak adalah mantan adik ipar nya.

"Kak Zahrin."

"Kamu jalan kok nggak hati-hati sih Mega, untung kakak yang menyetir." Wajah Zahrin sudah tentu panik dan membawa mantan adik ipar nya itu masuk mobil. "Kamu ada apa? Kamu habis nangis?" tanya Zahrin yang melihat wajah berikut mata Mega yang tampak sembab seperti orang selesai menangis.

Mega hanya tersenyum tipis yang coba dia paksakan dengan lirikan ke arah Zahrin. "Kakak sekarang bisa nyetir mobil?" tanya nya pelan untuk mengalihkan perhatian mantan kakak iparnya.

"Oh, iya. Suami kakak kan bekerja. Kalau kakak tidak bisa menyetir mobil sendiri, seperti sekarang keperluan Arsyad dan Arsyla habis, kakak harus belanja sendiri. Jadi suami kakak mengajari kakak menyetir mobil. Kamu ikut kakak belanja ya?"

Mega mengangguk dengan senang hati. Panjang lebar Mega bertanya tentang Arsyad dan Arsyla. Dari siapa yang mengurus baby twins mantan kakak iparnya itu. Panjang lebar pula Zahrin menimpali apa yang dipertanyakan oleh Mega. Hingga Zahrin memang lupa dengan apa yang dia tanyakan kepada mantan adik iparnya.

Duduk berdua di dalam mobil, Mega merasakan banyak perubahan pada mantan kakak iparnya itu. Terlebih kebawelan nya bertambah apalagi saat sibuk menerima telepon dari suaminya. Dari mengingatkan makan siang, sholat dhuhur dan bla bla bla ampun panjangnya mengalahkan rel kereta. Dan Mega hanya bisa tersenyum melihat Zahrin yang begitu.

"Kenapa?" tanya Zahrin kepada Mega saat menutup ponsel.

"Enggak. Begitu ya kak, perempuan kalau sudah punya anak."

Mobil sudah memasuki area parkiran Mall. Dan Zahrin konsentrasi memarkir mobilnya lebih dulu. "Ya, kamu juga akan merasakan nanti kalau sudah punya anak. Kebawelan kamu pada suami kamu akan bertambah. Kegentingan dan riak-riak debat kusir dari A sampai Z mewarnai kehidupan kamu sehari-hari, terlebih itu menyangkut urusan anak."

Glek

Mega terdiam, susah payah menelan saliva nya.

Hingga keduanya memutuskan keluar dari mobil dan masuk ke dalam Mall. Entah mengapa? Yang awalnya masuk dalam toko perlengkapan bayi berada di list paling akhir, setelah belanja keperluan rumah berikut pampers, makanan bayi dan susu bayi dan apapun itu pokoknya yang berhubungan dengan bayi-bayi. Yang dijuluki baby owl dan baby bunny oleh keluarga besarnya Regi.

Ya, Arsyad putranya di juluki baby Owl karena tatapan matanya saat menatap semua orang menakutkan seperti mata anak burung hantu. Sedangkan Arsyla dijuluki baby bunny yang artinya anaknya dari anak kelinci karena terlihat seperti kelinci yang bulu nya halus dan menggemaskan saat melompat-lompat.

"Hahaha..." Mega tertawa saat Zahrin bercerita tentang Arsyad yang dijuluki baby owl dan baby bunny oleh keluarga dari suami nya. Sedang Zahrin tidak punya daya, lebih tepatnya tidak rela sebenarnya, jika putra dan putrinya yang tampan dan manis itu di berikan julukan tersebut. "Kita masuk sini kak?" tanya Mega mengapa yang katanya Zahrin akan belanja keperluan yang habis milik Arsyad dan Arsyla mendadak berubah haluan saat Zahrin melihat baju-baju lucu dan menggemaskan.

"Ini list terakhir kakak sebenarnya Mega. Tapi nggak apa-apa. Kita kesini dulu ya," ucap Zahrin yang antusias masuk ke dalam toko perlengkapan bayi itu.

Sementara Mega. Mega masih mematung di ambang pintu kaca lebar yang sedari tadi terbuka. Pandangan nya beredar seperti mencambuk nya. Berteriak keras bahwa dia akan memperjuangkan hak anak yang kini dalam kandungan nya. Minimal, nama ayahnya terlihat nyata saat anak nya nanti mempertanyakan siapa ayah nya.

"Mega... Masuk," kode Zahrin kepada mantan adik iparnya yang masih antara mematung dan setengahnya melamun.

Mega perlahan masuk. Melihat pernak-pernik bayi yang memang benar kata mantan kakak iparnya jika semua yang berhubungan dengan bayi sungguhlah menarik. Mega tanpa sadar berucap lirih dan menyentuh perutnya yang masih rata. "Bunda akan berjuang buat kamu sayang, tidak peduli ayah kamu akan bersikap seperti apa nanti nya," lirih Mega sangat jelas di dengar oleh Zahrin.

"Bunda, sayang, ayah. "Kamu kenapa Mega? Kamu...?" Zahrin sungguh jelas dapat menerjemahkan semuanya. Telapak tangan Mega yang menyentuh perutnya. Bola mata Mega yang tergambar sesuatu yang Zahrin dapat menangkap cermat apa maksudnya.

BERSAMBUNG

Episodes
Episodes

Updated 53 Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!