Air mata nya sudah terkuras untuk menangisi sebuah kesimpulan bahwa dirinya hamil atau berbadan dua. Akan sangat bahagia, tanpa deraian air mata jika kehamilannya itu adalah hal yang dia tunggu jika dia sudah menikah dengan Satrio.
Namun yang terjadi tidak demikian. Itulah mengapa, isi kepalanya sudah tertera langkah-langkah selanjutnya yang harus dia lakukan. Akan diam saja dan tidak memberitahu siapa pun, mustahil. Yang ada kakak nya akan tahu perutnya membesar lambat laun seiring waktu berjalan dan berakhir memukuli nya habis-habisan atau lebih parahnya, tidak dimasukkan dalam daftar Kartu Keluarga dan diasingkan dari kota ini. Sangat tidak ia inginkan.
Berkata jujur, jelas meremukkan dan menghancurkan kedua hati kakaknya. Yang pasti akan keluar kata kecewa bersamaan saat mengetahui sikap minus adiknya. Hamil diluar nikah. Sudah jelas-jelas tidak beretika dan melanggar norma. Dianggap apapun itu yang pasti semua artinya adalah hina.
Namun hati kecilnya tidak terima, berupaya membela, jika yang terjadi padanya adalah sebuah kecelakaan yang tidak terbesit malahan dipikiran nya. Bertemu tidak sengaja dengan pria mabuk berat, yang tidak lain adalah kakak dari kekasihnya. Mengira jika dirinya adalah wanita bernama Arumi yang bahkan Mega tidak tahu betul itu siapa nya Dewa.
Mega kemudian bergegas memutuskan untuk menemui Dewa. Namun dia tidak masuk ke rumah besar bercat yang didominasi hijau army itu. Sengaja dengan ojek online dia cukup memantau lama untuk melihat Dewa keluar menggunakan mobil pribadi nya.
Dan syukurlah, setelah cukup lama dia menunggu di depan pagar rumah Dewa. Dewa keluar melajukan kendaraan roda empat nya. Disusul dengan ojek online Mega. "Kejar mobil itu ya pak!" seru Mega pada supir ojek online nya.
Cukup lama sekali ojek online yang ditumpangi Mega membuntuti mobil Dewa. Dan ternyata Dewa berhenti di sebuah rumah dan keluarlah seorang perempuan cantik dengan rambut tergerai sebahu, berkulit putih bersih dan terlihat terawat. Bibirnya yang dipoles dengan lipstik merah muda soft menambah kecantikan perempuan bercelana jeans biru terang semu putih dan atasan anggun tanpa lengan yang menambah elegan wanita tersebut. Dewa mengecup kedua pipi wanita itu dan membawanya masuk ke dalam mobilnya.
Apa dia yang nama nya Arumi?
tanya Mega dalam hati. Yang menyuruh ojek online tetap membuntuti mobil Dewa, yang sebenarnya ingin dia urungkan. Karena pasti, Dewa akan menghabiskan harinya dengan wanita itu.
Dugaan nya memang benar. Dewa menghabiskan waktunya dan makan siang bersama wanita yang jika dilihat sepertinya adalah kekasih nya. Karena wanita itu bergelayut manja, keduanya juga tidak sungkan melingkarkan lengan mereka saat berjalan bersama di sebuah Mall kota itu.
Dewa tampak memanjakan kekasihnya itu. Rela menyuapi nya es krim saat menunggu wanita nya tengah menikmati duduk di salon dalam Mall. Satu detik pun, sepasang mata Mega tidak terlepas dari meneropong keduanya.
Sampai dimana Dewa memutuskan pergi ke luar salon dan dugaan Mega pasti Dewa pamit ke toilet pada kekasihnya.
Hati Mega lega, akhirnya niat bisa berbicara dengan Dewa saat dia keluar dari toilet pun sebentar lagi terlaksana. Mega berdiri di depan toilet pria. Hatinya berkecamuk. Jantungnya dia tata ritme nya supaya tidak asal berdetak dengan kecepatan yang tidak teratur dan membuatnya susah berbicara.
Sepasang mata Mega dan Dewa saling bertatap dengan jarak yang cukup dekat. Dewa jelas terkaget dengan wanita yang kini tengah berdiri di depan nya. Wanita yang malam itu berada di kamar hotel yang menjadi pelampiasan hasrat nya, saat minuman setan itu menguasainya.
Sudah ku duga.
Dia pasti mencari ku dan meminta pertanggung jawaban.
Dia pasti hamil.
batin Dewa yang tubuhnya mematung tak bergerak dengan tatapan yang dingin.
"Aku hamil kak," ucap Mega dengan bibir bergetar dan mata yang sayu. Terdapat setitik harapan di dua bola matanya.
Dewa bergeming. Dia belum bereaksi apa-apa. Ingatan nya membawa dia pada suatu peristiwa, yang akhirnya tahu siapa wanita yang kini ada di depan nya. Pertama, dia dari awal berpikir keras dari mana asal wanita itu? Siapa dia? Mengapa dia ada di pesta penyambutan kedatangan nya ke Indonesia?
Sampai dimana semua keluarga mengantar adiknya ke bandara untuk keberangkatan nya melanjutkan kuliah di luar negeri. Barulah, disitu Dewa sadar jika Mega ternyata kekasih adik nya. Dewa melihat keduanya berpisah di bandara. Saat perpisahan Mega dan Satrio pun tidak lepas dari pandangan Dewa dari kejauhan. Tampak sekali keduanya saling mencintai seperti dirinya yang sangat mencintai Arumi dan berniat akan menikahinya. Karena sebenarnya, niatnya pulang ke Indonesia adalah untuk meresmikan pernikahan nya dengan Arumi.
Meskipun setelahnya terserah, antara meneruskan hidup di Indonesia dan otomatis bekerja di perusahaan keluarga. Atau kembali ke Melbourne, Australia yang tentunya bekerja dengan perusahaan asing.
Lama, sangat lama sekali Dewa mengeluarkan pernyataan yang cukup dinanti oleh Mega. Namun apa yang keluar dari mulut Dewa, nyatanya tidak sesuai harapan nya. "Aku masih ada urusan." Dewa yang bahkan tidak peduli dengan hati wanita ini. Hati wanita yang dihancurkan seenak jidat nya. Dilucuti gaun malamnya secara paksa, disetubuhi juga secara paksa meskipun benar adanya kesadaran Dewa malam itu dipengaruhi oleh minuman beralkohol.
Namun baru mendapat dua langkah, Dewa berhenti karena ucapan Mega yang cukup menyiksa telinga. "Apa kakak seorang pecundang dan laki-laki tidak bertanggung jawab?" Bersamaan dengan satu tetes bulir jernih yang lolos terjatuh yang tidak menyentuh pipi mulus Mega.
"Nanti kita bicarakan, aku akan hubungi kamu. Tulis nomor hp kamu di ponsel ku," dengan memberikan gawai nya pada Mega.
Mega otomatis memajukan langkah dan menulis nomor hp nya di ponsel pria itu. Pria yang jelas-jelas sudah menghancurkan hidupnya dan terasa nyata sebentar lagi, sebentar lagi hidupnya akan benar-benar tidak bermasa depan dan sudah tentu suram.
Dewa berlanjut pergi meninggalkan Mega. Setelah Mega menyerahkan ponsel nya kembali. Sementara Mega, bola mata nya jelas tersirat kesedihan, melihat punggung laki-laki itu pergi.
.
.
Dua hari berselang.
Isak Mega kembali bersuara. Pelan, namun nyata terasa menyiksa batin nya. Isi kepalanya tidak karuan, semua perasaan bercampur menjadi satu. Bingung, pasti. Sedih, apalagi, sudah tentu. Marah, sangat. Namun kembali lagi sudah terjadi.
Entah sudah keberapa kali. Mega gelisah dan mengecek ponsel nya mana tahu Dewa menghubungi nya. Namun nihil. Selalu berakhir dengan kata kecewa saat melihat layar ponsel nya yang tak kunjung ada deretan nomor pemanggil yang bisa jadi itu adalah Dewa.
Entah mengapa? Sosok Dewa dan Arumi begitu sangat nyata memenuhi kepala nya detik itu juga. Terlebih wanita yang bernama Arumi. Wanita yang terngiang jelas Dewa sebut saat merenggut mahkota nya. Terngiang jelas pula, bahwa keduanya sering melakukan nya. Masih ingat juga, jika Arumi yang mungkin hamil, Dewa dengan senang hati menikahi nya.
Namun yang terjadi malah bertolak belakang dan benar-benar nyata sebuah kekeliruan. Malah kini dirinya yang hamil anak pria yang bisa dibilang tidak mengenal nya, meskipun sosok Dewa adalah kakak dari kekasih nya. Namun karena dia tidak tinggal di Indonesia, membuat keduanya disimpulkan tidak saling mengenal satu sama lain.
Dert
Dert
Suara ponsel Mega yang baru dia letakkan dan terlihat menyala. Mega dibuat terkejut saat sepasang mata nya melihat deretan nomor belum dia simpan di daftar kontak nya. Mega sangat yakin jika itu adalah nomor Dewa.
"Hallo..." jawab Mega saat menempelkan benda pipih persegi panjang itu tepat ditelinga nya.
Dan benar saja, Dewa menyuruh nya segera ke taman kota dan mereka akan bicara sesuai janji yang sudah dia canang kan sebelum nya.
Tidak butuh waktu lama, setelah Mega mengakhiri percakapan nya dengan Dewa. Sepuluh jemarinya luruh memeluk erat ponsel tersebut kuat-kuat di bagian dada nya.
Jujur, dia memiliki kelegaan yang terbilang cukup rendah prosentase nya. Meskipun belum ada jawaban membahagiakan, namun setidak nya Dewa ada itikad baik untuk sama-sama membahas jalan keluar nya.
Tidak butuh waktu lama, Mega berdandan sesimpel nya seperti wanita seusia nya. Melangkah ke luar teras yang sudah ditunggu oleh tukang ojek online yang dipesan nya. Dan setelah lima belas menit. Mega akhirnya sampai dan dari kejauhan, sudah dapat melihat sosok Dewa yang duduk di kursi panjang yang terbuat dari kayu yang kebanyakan dijumpai di taman kota.
Kaki Mega perlahan mendekat, meskipun jujur dia sangat takut dengan apa yang akan menjadi kesimpulan akhir dari pembahasan nya sore ini.
Sampai dimana dia sudah berdiri di hadapan pria tersebut. Yang kemudian Dewa menyusuri pelan dengan sepasang matanya dari bawah, tepatnya ujung kaki Mega dan merambat perlahan ke atas hingga berakhir di retina mereka yang saling bertatap.
Untuk satu detik hingga dua detik. Suasana hening dan belum ada yang memulai kata. Sampai dimana Dewa berdiri dengan menyerahkan amplop berwarna cokelat terang kepada Mega. "Kamu gugurkan kandungan kamu," ucapnya seolah ringan tanpa beban.
"Kakak menyuruh ku untuk menggugurkan kandungan ini?" Mega sontak bersuara.
"Lalu apa yang kamu harapkan? Aku sebentar lagi mau menikah dengan kekasih ku. Begitu juga dengan kamu. Aku yakin kekasih mu juga sangat mencintai mu dan berniat akan menikahi mu." Dewa cukup jelas mengatakan nya. Meskipun tidak ada penyebutan nama Satrio di dalam nya.
Mega tertunduk dan meresapi benar-benar apa yang dikatakan oleh Dewa. Harapan kedua nya adalah menikah dengan kekasih nya masing-masing. Dan itu benar.
"Lagi pula, aku yakin janin kamu juga masih kecil. Jadi akan sangat mudah untuk digugurkan," imbuh Dewa berbicara.
Mega tidak menimpali. Karena jujur dia bingung dengan apa langkah selanjutnya detik itu.
Cukup lama Mega tidak berujar apa-apa, setelah mendengar teryata pria yang kini berada di depan nya, menyuruhnya untuk menggugurkan kandungan nya.
"Kamu punya telinga nggak sih? Jangan bisanya cuma nangis. Dan perlu kamu ketahui, jangan harap kamu bisa meminta pertanggung jawaban dari ku! Karena aku tidak pernah sudi. Aku tidak akan pernah sudi menikah dengan wanita yang tidak aku cintai. Ingat! Tidak ada pernikahan. Yang ada adalah, gugurkan kandungan kamu secepat mungkin! karena aku yakin itu masih sangat kecil."
Membuat Mega semakin deras mengalirkan bulir-bulir jernih dari kedua mata nya. Ingin rasanya menampar pria di depan nya. Namun nyalinya tidak punya daya. Mega hanya menangis tanpa suara.
"Itu uang seratus juta, jika kamu masih kurang. Kamu bisa meminta nya lagi kepada ku."
"Kakak ambil saja lagi uang nya. Karena aku tidak akan menggugurkan kandungan ini." Mega dengan kasar menarik dan membuka telapak tangan Dewa lalu menyerahkan amplop dengan warna cokelat terang yang katanya isinya adalah uang seratus juta.
Cukup geram Dewa dengan apa yang dikatakan oleh Mega. Seketika tulang rahang nya mengeras berikut dadanya bergejolak. "Dan jangan hubungi aku lagi! kalau kamu tidak mau menggugurkan kandungan kamu."
"Apa begini cara kakak menyelesaikan masalah?" Meskipun Mega takut, tapi kali ini sungguh dia akan melawan dan membela dirinya sendiri yang sudah tentu rugi.
"Lalu apa? Apa? Aku harus berbuat apa? Coba aku tanya sama kamu? Kita ... Harus ... Berbuat apa?" pekiknya sungguh luar biasa. Murka yang tersirat di dua bola mata Dewa begitu sangat nyata. Membuat nafas Mega naik turun dengan begitu cepatnya. Menatap takut, padahal harusnya dia yang marah dan bukan malah Dewa.
Dewa terlihat sangat frustasi setelah menanyakan hal demikian. Namun tidak pada Mega yang akhirnya meminta hak nya sebagai seorang perempuan. "Aku hanya ingin, ketika anak ini lahir di dunia. Dia diakui dan tertulis nama ayah nya di akta kelahiran nya. Setelah itu terserah," jawab Mega yang sudah tentu Dewa dapat mengartikan nya.
"Apa kamu bilang?"
BERSAMBUNG
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 53 Episodes
Comments