Akhyar kemudian pergi. Dengan menyisakan amuk pada rantang makanan di depan nya. Dihempaskan lah semua rantang tersebut diatas tanah, yang membuat Arumi takut bercampur geram.
"Kamu nggak apa-apa sayang?" Arumi yang mencoba memberi perhatian kepada kekasihnya.
"Nggak apa-apa. Sebaiknya kamu pulang ya."
"Sayang," ucap Arumi yang tidak ingin pergi dan masih ingin tinggal.
"Arumi, aku mohon. Kamu pulang ya."
Dengan berat hati, Arumi kemudian pulang.
Sementara Dewa, tentu memikirkan alasan apa yang akan dia berikan ke mama nya, saat mengetahui dua pipi nya berwarna kebiruan.
Dewa langsung bergegas pulang. Dan benar saja, Akhyar sudah berada di rumah nya dan hendak membawa Mega pergi. Beruntung, mama nya sepertinya tidak ada di rumah. Jadi tidak akan tahu keributan ini.
"Kakak mau bawa Mega kemana?" tanya Dewa menghalangi Akhyar.
"Bukan urusan kamu."
"Aku minta maaf kak, aku janji tidak akan mengulanginya lagi. Aku mohon, jangan bawa Mega pergi."
"Ada apa ini kak?" Mega yang bingung ada apa sebenarnya.
Akhyar ingin jujur. Namun takut menyakiti hati adiknya. Jika suaminya masih menjalin asmara dengan kekasihnya.
"Ini, pipi kakak kenapa?" Mega yang menyentuh pipi suami nya. "Apa ini perbuatan kakak?" Mega menuding kakaknya.
"Kakak tanya. Apa kamu bahagia dengan pernikahan kamu?"
Mega terkejut mendengar pertanyaan kakaknya. Dia terdiam dan belum menjawab.
"Jawab Mega!"
"Kak, aku sama kak Dewa kan baru menikah. Lagi pula pernikahan ini karena aku hamil. Aku mohon kakak mengerti."
"Jadi kamu tahu?"
"Tahu? Tahu apa?"
"Tahu jika suami mu masih berhubungan dengan kekasihnya?"
Mega tercengang. Dari mana kakaknya tahu jika Dewa masih belum berubah status sebagai kekasih Arumi. Bersamaan lirikan matanya ke arah Dewa. "Aku tidak mengerti maksud kakak."
"Jawaban nya hanya satu Mega. Tahu apa tidak?"
Cukup lama sekali Mega mengakui. Mega akhirnya mengangguk takut.
"Astaga..." geram Akhyar cukup nelangsa dan memukul pelan dinding tidak jauh dari nya. "Pernikahan macam apa yang kamu jalani Mega?" lirihnya dengan wajah menyesal karena membiarkan adiknya disiksa batinnya oleh suami nya.
Air mata Mega mengambang. Merasa bersalah karena tidak berkata jujur pada kakaknya, jika pernikahan mereka sampai anak mereka lahir saja.
Akhyar kecewa dengan Mega. Karena menyembunyikan perihal penting darinya. "Nanti malam kakak kesini lagi. Kakak mau bicarakan kepada pak Hendarto dan ibu Rahma. Kakak mau bawa kamu pulang. Lebih baik kamu tinggal di rumah bersama kakak. Ketimbang dengan suami tidak bermoral kamu ini," ucap Akhyar dengan tatapan yang berakhir pada sosok Dewa yang merasa bersalah.
Akhyar lalu pergi.
Sementara Dewa dan Mega tengah berbicara serius di tepi ranjang mereka.
"Apa kamu mau pergi dari rumah ini? Misal kakak mu membawa mu pergi?" tanya Dewa yang tidak begitu lancar mengatakan nya.
"Apa kakak menyuruhku tinggal?" Bukannya menjawab, Mega malah balik bertanya kepada Dewa.
Dewa menarik nafas dan mengeluarkan nya. "Bukankah hanya memang kakak mu yang tidak tahu perjanjian lisan kita? Perjanjian, dimana kita akan bercerai setelah bayi dalam kandungan kamu lahir."
Mega mengangguk. "Apa yang kakak ku lihat? Sampai dia memukul mu?"
"Arumi datang ke proyek hotel. Membawakan aku makan siang dan menyuapi nya."
Mega diam tidak menimpali.
"Yang aku tidak habis pikir, mengapa kakak mu bisa ada proyek hotel tadi?"
"Oh, kakak ku bekerja di mebel. Mungkin dia bekerja sama terkait fasilitas hotel."
"Mungkin," jawab lirih Dewa.
Malam harinya, Akhyar menepati janji. Berbicara panjang lebar kepada ibu Rahma dan pak Hendarto. Merasa tidak terima, jika pernikahan adiknya menyiksa batin nya. Akhyar menjelaskan apa yang dilihatnya siang tadi saat di proyek hotel. Jujur membuat ibu Rahma dan pak Hendarto terkejut bukan main. Terlebih, Mega ikut menyembunyikan jika Dewa ternyata masih berhubungan dengan Arumi.
"Dewa, apa benar semua itu?" tanya pak Hendarto tentu dengan wajah serius nya.
Dewa mengangguk, meskipun kejujuran nya akan membuat shock mama dan papa nya.
Pak Hendarto dan ibu Rahma kecewa dengan sikap putra nya berikut Mega.
Yang dimana pada sebuah keputusan, jika Mega akan tinggal bersama Akhyar untuk waktu yang belum ditentukan. Itu dikarenakan Akhyar tidak rela jika Mega tinggal bersama pria yang nyata-nyata melukai hati nya.
Mega mengemasi pakaian nya. Dewa menyusul ke kamar. Entahlah, dia harus senang atau harus sedih. Ingin rasanya menyuruh Mega tetap tinggal bersama nya. Tapi jujur, cintanya ke Arumi masih sangat besar dan tidak akan mungkin dia putuskan hanya gara-gara hadirnya Mega. Wanita yang tidak bisa dibantah tengah mengandung buah hatinya.
"Apa setelah kamu pergi? Aku boleh bertemu?" tanya Dewa kepada Mega yang sibuk memasukkan pakaian nya ke tas.
Mega mengangguk dengan tatapan yang sulit dijelaskan.
Begitu juga dengan Dewa. Ingin berucap jangan pergi. Namun dua kata itu seakan tertahan di bibirnya.
Dewa langsung memeluk Mega. Yang membuat Mega cukup kaget saat kali pertama Dewa memeluknya dengan sukarela. Ada gambaran sedih di wajah Dewa yang tidak bisa dia sembunyikan. Meskipun dia tidak cinta pada Mega, tapi entahlah, malam itu ada kesedihan saat Mega akan meninggalkan dirinya.
Dewa melepas pelan pelukannya.
Mega kemudian mengambil tas yang berisi baju-bajunya dan keduanya keluar kamar. Ibu Rahma memeluk Mega. Tentu dengan pipi yang sudah basah karena ulah Dewa yang terus menyakiti nya. "Jaga cucu ibu Mega," pesannya setelah melepas pelukan nya.
Dewa tidak sadar menjatuhkan satu tetes bulir jernih dari matanya. Melihat istrinya menuju taksi online dengan kakak nya. Dimana sepasang mata Mega dan Dewa masih saling memandang. Hingga Mega masuk taksi online. Dan mobil berjalan.
Mega menangis di dalam mobil. Menatap kaca dan jalanan meratapi nasibnya.
Sementara Dewa yang baru masuk rumah. Langsung disambut kemarahan dari ayah nya.
"Papa tidak habis pikir dengan apa yang kamu lakukan. Bikin malu!" Pak Hendarto yang kemudian pergi ke kamarnya.
"Jadi selama ini, kalau kamu pergi sama Mega itu. Ternyata ada Arumi juga? Kalian mesra-mesra an dan Mega ngeliatin?" tanya ibu Rahma cukup kesal dengan tabiat putra nya.
"Ma, bukankah mama tahu, jika aku tidak mencintai Mega dan mencintai Arumi."
"Tapi bukan seperti itu cara nya Dewa?" dengan sedih bercampur marah dari ibu Rahma.
"Trus harus seperti apa ma?"
"Minimal, kamu tidak nyata-nyata menyakiti perasaan Mega. Kamu bisa melanjutkan hubungan kamu dan Arumi jika kamu sudah bercerai. Atau kalau perlu, kamu putus dengan Arumi."
"Mama."
"Kenapa? Mega jelas-jelas mengandung anak kamu. Sah menjadi istri kamu juga. Tapi kamu malah sibuk bermesraan dengan wanita lain."
"Ma, apa mama lupa? Kalau Mega juga kekasihnya Satrio?"
"Mama nggak lupa. Satrio pasti bisa menerima. Jika kekasihnya terpaksa harus menikah dengan kakaknya karena hamil dan kecelakaan. Mama yang akan bicara pada Satrio nantinya. Dan mama juga akan bicara pada Mega. Sekarang, masalah nya ada pada kamu. Kamu bawa Mega kembali ke rumah ini, yang otomatis kamu harus putuskan hubungan kamu dengan Arumi. Hanya itu permasalahan nya. Dan sepertinya, kamu tidak siap. Melepas Arumi dan belajar mencintai Mega." Ibu Rahma yang kemudian pergi meninggalkan Dewa.
Dewa terdiam. Mematung dan belum beranjak ke kamarnya. Menerjemahkan setiap kata yang keluar dari mulut mama nya. Jujur, dia tidak siap. Dewa tidak siap melepas Arumi dan belajar mencintai Mega.
Dewa kemudian duduk di tepi ranjang kamar nya. Meraba ranjang dimana tempat Mega tidur. Kepergian Mega malam itu cukup membuatnya sedih.
BERSAMBUNG
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 53 Episodes
Comments