Dewa frustasi, mendengar sekaligus menyaksikan sendiri dua wanita beradu dengan mempertahankan ego masing-masing.
Arumi dengan cintanya yang tidak pernah berubah dan semakin dalam. Sedangkan Mega dengan tuntutan hak anak di dalam perutnya. Semuanya tidak ada yang salah, jika malam itu dirinya tidak merenggut kesucian Mega. "Arrrrgh!" Dewa memukul badan setir di hadapan nya. Merutuki kata menyesal itu sendiri atas perilaku sembrono nya.
Sedangkan di rumah sakit. Perawat sedang mengganti sprei tempat tidur pasien milik Mega dan pakaian nya.
"Ada apa suster?" tanya Akhyar yang malam itu datang sengaja agak malam. Itu karena Zahrin yang menyuruhnya. Zahrin mengirim pesan bernada ancaman dan tidak akan mau dihubungi Akhyar untuk apapun jika dia melanggar apa yang diperintahkan.
Ya, Zahrin menyuruh Akhyar terlambat datang ke rumah sakit, karena katanya ada Dewa yang menjenguk Mega. Dan Akhyar tidak boleh mengganggu mereka.
"Nggak ada apa-apa kok kak, aku hanya lupa aja, kalau ini di rumah sakit. Jadi tidak sengaja, jarum infus nya ketarik," tidak jujurnya Mega kepada Akhyar, padahal jelas-jelas jarum infusnya dipermainkan oleh Arumi dan dikoyak kulit Mega hingga cukup dalam lukanya.
Akhyar tidak begitu saja percaya. Pikiran nya mengarah kepada sosok Dewa yang baru saja katanya menjenguk.
Apa mereka bertengkar?
Tapi masalah apa?
Atau...
Si perempuannya tidak terima.
Lantas dia menyakiti Mega.
pikir Akhyar.
"Coba lihat luka mu."
Mega berusaha menyembunyikan luka nya. Menghalangi keinginan kakaknya yang takutnya akan curiga. "Nggak apa-apa kak, lagi pula sudah ditutup perban." Mega sangat kekeh tidak ingin Akhyar melihat nya.
Namun Akhyar tidak bodoh. Darah yang menetes pada atasan Mega dan sprei tidak lah sedikit. Jadi misal hanya kata ketarik saja yang adiknya ucapkan. Rasanya tidak mungkin, karena darahnya terbilang cukup banyak.
"Ya udah, kamu istirahat ya." Akhyar yang masih memperlakukan adik perempuan nya itu seperti anak SMP aja. Padahal jelas-jelas sebentar lagi, Mega akan jadi ibu dan punya bayi.
.
.
Keesokan pagi.
"Aaa," teriak kaget dari ibu Rahma. Dimana pagi-pagi dikejutkan oleh Dewa yang tidurnya tidak pada tempatnya. Dewa tidur di undag-undag an nya tangga. "Astaghfirullah... Dewa," pekik ibu Rahma hingga membuat Dewa terbangun perlahan.
"Hah!" jenggirat kaget pula dari Dewa, saat mengetahui dirinya bangun-bangun sudah berada di anak tangga pertama dari bawah.
Nafasnya tersengal dan diambilkan minum oleh bibi atas perintah ibu Rahma.
Ya, sindrom tidur jalan-jalan nya kumat saat pikirannya bercabang merayap kemana-kemana. Membuat tidurnya gelisah, hingga dalam keadaan mata terpejam pun, Dewa tidak sadar, jika kakinya melangkah keluar kamar.
Ibu Rahma kemudian menyuruh Dewa bersiap kerja. Namun sepertinya Dewa akan malas hari ini kemana-mana. Cerita ke mamanya, sangat dia hindari. Karena bulan lalu, mama nya sudah memberi petuah padanya dan jawaban nya sama persis dengan jawaban Regi dan Zahrin yang mendukung pernikahan nya dengan Mega. "Aku tidak bekerja ma. Aku mau tidur lagi," ucapnya seraya melangkahkan kaki naik ke lantai dua kamarnya.
Apa yang kamu katakan Dewa?
Kamu akan bosan di rumah seharian.
ungkap nya dalam hati.
Berselang 30 puluh menit kemudian. Dewa turun dengan setelah kemeja dan celana melipis nya. Mencium mama nya dan menyambar roti tawar di atas meja makan nya. "Aku bekerja ma, Assalamualaikum," pamit Dewa.
Ibu Rahma hanya bisa geleng-geleng kepala. Melihat tingkah putra nya.
Sementara Dewa yang berniat menuju proyek pembangunan hotel untuk bekerja. Namun karena pikiran nya kacau dengan dua wanita yang sama prioritasnya akhir-akhir ini. Membuat dia tanpa sadar mengemudikan kendaraan roda empat nya ke sebuah rumah sakit.
Sadar-sadar Dewa sudah berada di depan rumah sakit dan tengah berada di area parkiran mobil. Seakan tidak ada habisnya Dewa menyesalkan kelinglungan nya.
Memukul-mukul dan menjambak-jambak gemas rambut kepalanya. Supaya esok-esok tidak gagar otak dan melakukan kesalahan yang sama. "Dewa apa yang kamu lakukan? Kenapa kamu ke rumah sakit? Nanti yang ada Arumi marah kepada Mega lagi dan menambah masalah," lirihnya menasihati dirinya sendiri saat menyandarkan pasrah punggung dan kepalanya pada kursi kemudi. Hari itu, dia benar-benar ingin menghindar dari kata Mega dan Arumi. Apa pun itu. Arumi yang biasanya setiap subuh menyapa kata selamat pagi untuknya. Hari itu tidak. Jadi dapat dipastikan jika dia marah karena dirinya telah berdusta kemarin terkait kepergiannya ke rumah sakit dan perlakuan manisnya ke Mega. Itu pasti.
Setelah cukup lama menimbang. Dan terlebih Dewa dikejutkan oleh pria yang tidak lain adalah Akhyar kakak Mega yang seperti nya selesai makan pagi dari depan rumah sakit. Dewa akhirnya memutuskan pergi dari rumah sakit dan ke proyek pembangunan hotel. Dimana itu adalah tujuan awal nya. Yakni bekerja.
.
.
Akhyar pamit pulang dan berganti pakaian sebentar ke Mega. Yang saat di perjalanan bertemu dengan Arumi, tepatnya di sebuah pom bensin saat Arumi selesai mengisi bahan bakar mobilnya dan berhenti di gerai kebab. Akhyar menghampirinya dan menarik lengan Arumi dengan kasar.
Arumi menatap Akhyar takut. Karena tahu jika Akhyar bisa berbuat nekat jika itu urusan Mega.
"Apa yang kamu lakukan dengan adikku?" tanya Akhyar tentu dengan wajah marah. Jika Arumi itu seorang, Akhyar mungkin sudah memberi pelajaran kepada Arumi. Namun karena dia seorang perempuan. Akhyar hanya akan peringatkan Arumi, untuk tidak bermain kasar dengan adiknya.
"Ma-maksud kamu apa?" Arumi berusaha tenang dan menutupi tindakannya ke Mega tadi malam.
"Jangan coba-coba bohong kamu. Aku sudah tahu semua," bersamaan dengan semakin kuatnya Akhyar mencengkeram lengan Arumi yang sudah terlihat memerah.
"Aw..." ringis nya Arumi kesakitan.
Tidak ingin mencari banyak perhatian dari orang sekitar. Akhyar kemudian menghempaskan lengan Arumi dengan kasar. "Sekali lagi kamu bertindak kasar dengan adik ku. Aku bisa lakukan hal lebih dari ini," ancam Akhyar yang tidak main-main dengan mendekatkan wajahnya ke wajah Arumi hingga Arumi mundur satu langkah ke belakang.
Ya, Akhyar sudah tahu jika Mega berbohong atas perlakuan Arumi. Itu dia dapatkan karena mendesak seorang perawat yang berjaga saat malam kejadian. Dan ternyata memang ada keributan di kamar Mega, yang dimana bermuara pada luka di tangan adiknya. Dan Akhyar juga mendengar, jika Dewa ada saat mereka bertengkar malam itu. Tapi dia diam dan malah membiarkan Arumi mencelakai Mega. Yang katanya perawat itu, jika Dewa lebih dulu pergi dan barulah setelahnya Arumi keluar dari kamar Mega.
Niko datang dan menarik bahu Akhyar ke belakang. "Hei, jangan berani-beraninya sama wanita."
Akhyar tidak gentar. "Jangan ikut campur!" Akhyar kemudian pergi meninggalkan keduanya.
Namun tidak pada Dewa yang baru datang, setelahnya Akhyar tidak jadi mengisi bahan bakarnya. Melihat Arumi dengan seorang pria dan terlihat jika mereka saling mengenal.
"Niko."
"Hei, siapa dia? Kekasihmu?"
"Iya nggak lah. By the way, terimakasih ya."
"Kebetulan sekali kita bertemu. Aku selesai mengisi bahan bakar. Dan tidak sengaja melihat kamu."
Arumi tersenyum. Hingga keduanya memutuskan untuk makan kebab berdua di gerai tersebut. Duduk santai dan ngobrol banyak tentang apapun dan itu semua tidak lepas dari pandangan Dewa yang berada di dalam mobilnya.
"Siapa laki-laki itu?" lirih Dewa cukup terluka, jika melihat kekasihnya itu tampak dekat dengan pria lain. Meskipun tidak ada sikap spesial antar keduanya. Namun mata Dewa perih melihat Arumi bahkan hampir dua jam menghabiskan waktu bersama dengan pria itu.
BERSAMBUNG
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 53 Episodes
Comments