Kamu tidak berhak atas dia

Setelah dirasa semua acara selesai, Mega tentunya dibawa ke rumah keluarga Dewa.

"Tara... Selamat datang di keluarga Hendarto. Semoga kamu betah ya Mega, tinggal di sini." Ibu Rahma yang membuka pintu utama rumah nya.

Tentu saja Mega tersenyum karena keramahan ibu mertua nya. Pandangan nya tertuju kepada pigura besar berisikan foto keluarga lengkap. Dimana ada sosok Satrio, kekasihnya yang secara otomatis mengingatkan nya.

Ibu Rahma kemudian membawa Mega masuk. Dan tentunya sejak tadi hiasan pigura berisi foto keluarga dimana-mana selalu di jumpai di bagian rumah ibu mertua nya. Dan lagi-lagi wajah Satrio mengusik kepala nya.

"Dewa, ajak Mega istirahat di kamar," titah ibu Rahma kepada putra nya.

"Iya ma."

Dewa dan Mega akhirnya menuju lantai dua. Dimana mereka sudah sampai pada pintu kamar. "Ingat! Jangan sentuh apapun yang bukan milikmu. Jangan sentuh barang-barang pribadi ku," ucap Dewa meski pelan namun dengan wajah sinis nya.

Keduanya kemudian masuk kamar. Dan apa yang pertama Mega lihat? Foto Arumi masih menghiasi meja nakas milik Dewa.

"Foto itu tidak boleh di pindah. Bukan kah setelah anak kamu lahir, kita bercerai. Jadi jangan berani-berani kamu memindah nya."

Mega diam, meletakkan tas berisi baju-baju nya di atas ranjang.

"Mega, Dewa..." panggil ibu Rahma.

"Iya ma..."

Mega dan Dewa akhirnya turun. Namun perhatian kecil sengaja dilayangkan Dewa untuk Mega supaya mama nya lega. "Pelan-pelan jalan nya," nasehat Dewa tentu untuk istri nya. Dan tentu lembut pengucapan nya.

"Nah, gitu dong. Mama seneng deh denger nya."

Ketiganya tentu bertukar tatap yang Mega bisa merasakan jika itu hanya akal-akalan Dewa saja. Sok manis di depan mama nya.

"Oh ya Dewa, sebaiknya kamu antar istri kamu itu cek kandungan nya. Mama juga ingin lihat nanti hasilnya. Karena mama tidak mau ada apa-apa dengan cucu mama."

"Sekarang ma?"

"Ya kamu lihat dulu jadwal dokter kandungan nya. Ke Dokter Maya saja, Dokter kandungan dimana Zahrin juga ditangani nya. Aku sudah tanya Olivia. Dan katanya, sore ini buka praktek nya."

"Iya ma," sembari menarik nafas panjang dan mengeluarkan nya.

Ternyata repot juga, jadi suami.

gumam Dewa, tentu dalam hatinya.

.

.

Di dalam mobil.

"Iya sayang. Iya aku nggak lama-lama kok. Cuma mengantar Mega aja cek kandungan. Nanti selesai mengantar Mega, aku segera menemui kamu."

Disitu Dewa sibuk menelepon Arumi sembari menyetir mobil nya.

Sementara Mega sibuk menggulir layar ponsel nya.

.

.

Di Dokter spesialis kandungan.

Dewa dan Mega sudah mengambil nomor antrian. Untungnya mendapat urutan nomor dua. Keduanya duduk sebentar di kursi tunggu untuk menunggu giliran periksa.

"Nyonya Mega Aristia," panggil asisten dari dokter kandungan.

Mega beserta Dewa kemudian masuk. Dan siap diperiksa. Namun ada hal yang tidak biasa, dimana kebanyakan suami akan sangat ingin melihat janin yang bertumbuh dalam rahim istrinya. Bahkan kebanyakan para suami berikut calon ibu bayi sering menanyakan banyak hal terkait janin.

Mega sudah berbaring di tempat tidur pasien. Tentunya di buka perut nya dan dioles dengan gel yang kemudian di deteksi detak jantung janin tersebut.

"Silahkan mas, mas bisa lihat janin yang kini berada di perut istri."

"Hah?" lirihnya Dewa. "Oh, nggak perlu. Nggak perlu Dok."

"Lho, kenapa?"

Dewa pun tergagap. Dewa bingung harus mencari alasan apa. Karena tidak kunjung mendapatkan jawaban. Sang asisten dokter pun akhirnya berhasil menyuruh nya.

Sepasang mata Mega dan Dewa pun bertatap.

"Ini ya mas, jantung nya. Dan ini suara detak jantung nya. Semuanya normal dan sehat."

"Iya Dok," ucap Dewa yang terlihat sekali jika semuanya dia paksakan.

"Ini saya tuliskan vitamin untuk ibu konsumsi setiap hari nya. Tolong dijaga ya bu kandungan nya. Dan kita bertemu di tanggal 4 bulan berikut nya."

"Terimakasih Dok."

Mega dan Dewa akhirnya keluar dari ruangan Dokter. Dimana keduanya menebus resep vitamin yang sudah diberikan oleh dokter dan berlanjut menemui Arumi di sebuah parkiran Mall.

Seperti biasa, Dewa tentu memeluk Arumi dengan tidak lupa menghujani kecupan seolah Mega tidak ada. Padahal jelas, Mega berdiri tidak jauh dari mereka.

"Sudah sayang periksanya wanita itu?" sinis Arumi dengan kedua tangan menyilang di dada, tentu dengan wajah benci menatap ke arah Mega.

"Iya, sudah."

"Trus?"

"Trus apa nya?"

"Kamu lihat dia di usg itu nggak? Layar yang muncul anak itu perempuan?"

"I-iya, terpaksa."

"Berarti kamu lihat perut nya dia. Ya, kan?"

Dewa masih belum menjawab. Menelan saliva nya sebentar, barulah dia beralasan. "E-enggak. Ya kan Mega? Perut kamu di tutupi kain kan?"

"Iya," jawab Mega yang tahu jika Arumi cemburu misal hal tersebut dilakukan Dewa pada nya.

Namun Arumi tidak cukup percaya. Dia masih dengan bibir cemberutnya.

"Sayang, kita bertemu bukan untuk bertengkar kan? Kita makan yuk! Aku udah laper."

Dewa akhirnya berhasil mencairkan suasana. Hati Arumi leleh seketika. Dilingkarkan lah lengan berikut tangan nya pada pinggang kekasihnya. Tentu bahu keduanya terkikis jarak. Jalan bersama memasuki Mall, diikuti oleh Mega dibelakang nya.

"Kamu mau makan apa sayang?" tanya Dewa pada Arumi.

"Em, aku ini aja deh. Minum nya aku orange lychee sparkle."

"Kamu apa sayang?" tanya Arumi kepada Dewa yang keduanya sibuk melihat daftar menu di restoran Mall tersebut.

"Aku Toffee Coffee aja deh. Bentar ya, aku tanya Mega," balas Dewa kepada Arumi. Karena Mega disuruh Arumi duduk di meja berbeda. "Kamu mau pesan apa?"

"Aku, oriental chicken spaghetti. Minum nya, chocolate blast."

"Oke."

Tidak lama pesanan datang, ketiganya sibuk menikmati makan sore mereka. Yang dimana Dewa menyuapi Arumi. Dibalas sama dengan Arumi yang menyuapi Dewa tentu dengan riak canda yang mereka mainkan.

Jujur, Mega lebih baik berada di rumah tidak melihat pemandangan kemesraan mereka. Tapi itu tidak mungkin. Antara harus sedih, karena laki-laki yang sudah sah menjadi suami nya kini tengah memanjakan kekasihnya. Mega menjerit dalam hati memanggil nama Satrio, dimana pria itu tidak pernah menyakiti hati nya.

Mau tidak mau, suka tidak suka. Mega harus melihat nya. Meskipun sebenarnya tidak harus begini cara nya. Jujur, dia juga tidak memiliki perasaan apa-apa terhadap ayah dari janin nya. Tapi sepertinya, tindakan nya hanya tidak elok saja, mengingat keduanya sudah sah menjadi suami istri. Dan Dewa tidak pantas melakukan nya.

Dimana kemesraan mereka semakin bertambah, dengan senyum mengembang saat sudut bibir Arumi diusap oleh jari Dewa, untuk membersihkan sisa makanan yang belepotan. Semua itu tidak luput dari pandangan Mega.

Jari keduanya yang sejak tadi enggan terlepas. Berikut tatapan-tatapan penuh cinta itu pun tergambar nyata dan Mega bisa merasakan nya.

Dadanya cukup bergejolak. Saat keduanya malah semakin mesra dan tidak kunjung mengakhiri romansa mereka berdua.

"Kenapa lihat-lihat?" sentak Arumi pada Mega. Cemburu?" Yang kemudian di ikuti senyum penuh menang dari Arumi. "Ingat ya! Meskipun dia suami kamu. Dia adalah kekasih ku. Dan kamu tidak berhak atas dia."

"Sudahlah sayang."

Mega tertunduk, tersenyum getir.

Usai makan. Dewa masih mengajak Arumi belanja. Memanjakan kekasihnya itu dengan membelikan nya pakaian, tas dan sepatu. Mega bahkan hanya jalan di belakang mereka sejak tadi.

Melihat keduanya sibuk memilih apa yang mereka akan beli. Dewa bahkan tidak terpikirkan Mega dan hanya membelikan Arumi.

"Mega, bawa ini semua!" perintah Arumi menyuruh Mega untuk membawa paper bag yang semua isi nya adalah barang belanjaan Arumi.

Dewa tidak bisa berbuat apa-apa. Meskipun dia tidak suka Arumi menyuruh Mega.

"Ya udah kita pulang yuk."

Ketiganya berjalan menuju parkiran mobil. Mega meletakkan barang-barang ke bagasi. Setelahnya kembali, dia sudah melihat Arumi duduk di depan.

"Kenapa? Tidak suka aku duduk di depan?"

Mega menggeleng.

"Buruan masuk!"

Mega kemudian duduk di barisan belakang. Dan selama di dalam perjalanan. Sepasang matanya dipaksa untuk melihat suaminya bermesraan dengan kekasihnya. Dari yang membelai rambut Arumi. Mengecup jemari milik kekasihnya itu dan tidak cukup sampai di situ. Tentunya saat Arumi sampai. Kecupan bibiir singkat pun mendarat dan seolah tidak sungkan mereka melakukan nya di depan Mega.

BERSAMBUNG

Terpopuler

Comments

Ranita Rani

Ranita Rani

mega terlalu bodoh

2023-03-07

0

lihat semua
Episodes
Episodes

Updated 53 Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!