Aku Tidak Siap
"Aku hamil," lirih Mega yang tidak berhenti menatap test pack di depan matanya. Dua garis merah yang membuat nya samar terisak hingga menjatuhkan bulir jernih dari dua bola mata nya. Meratapi kehidupan dia selanjutnya.
Ingatan nya mengajak menyelam. Pada peristiwa malam kelam, satu bulan kemarin. Dimana keluarga Satrio menggelar acara penyambutan Sadewa Dirgantara, kakak Satrio yang baru lulus dari kuliah nya di Melbourne, Australia.
Acara penyambutan diadakan di sebuah hotel milik keluarga Satrio. Mega datang bersama Satrio. Berharap akan dikenalkan oleh Sadewa kakaknya. Namun belum sempat mereka berkenalan, papa Satrio mendadak sakit kepala hebat dan meminta Satrio untuk mengantar nya ke rumah sakit. Membuat Mega tinggal di acara penyambutan Sadewa.
Cukup lama Mega menunggu kekasih nya kembali ke acara, namun Satrio tak kunjung kembali dan membuat Mega harus menunggu sampai ujung acara yang selesai. Sebelum memutuskan untuk pulang, Mega terlebih dahulu masuk ke toilet hotel tersebut. Setelah nya dia keluar toilet, peristiwa malam kelam yang merenggut kehormatan nya pun tidak terhindarkan.
Dewa mabuk berat dan mengira Mega adalah kekasihnya. Entahlah, Dewa memanggil nama Arumi yang feeling Mega adalah kekasih nya Dewa.
"Aku bukan Arumi, aku Mega. Lepaskan aku!" teriaknya Mega saat tubuhnya digelandang paksa oleh pria tak kalah tampan dari kekasihnya itu. Sebelas dua belas, karena pada dasarnya mereka bersaudara. Meskipun Mega belum berkenalan langsung dengan kakak Satrio yaitu Dewa. Tapi Mega tahu jika pria yang kini mau merenggut mahkota nya itu adalah kakak Satrio. Itu karena, Dewa berdiri di atas podium dan sempat mengucapkan terimakasih kepada teman-teman lama dan saudara-saudara yang sudah hadir dalam acara penyambutan nya ke Indonesia.
Dewa tidak menggubris apa yang dikatakan Mega. Dia sibuk melepas ikat pinggang dan kemeja hitam glossy yang dia kenakan. Satu persatu kancing kemeja yang melekat pada tubuhnya, satu persatu dia lepas dengan sangat antusias nya.
"Kak, aku bukan Arumi kak," isak Mega yang ketakutan dan panik bercampur bingung terhadap apa yang harus dia perbuat saat situasi dirinya tersudut.
"Ayolah sayang, bukan kah kita sering melakukan nya. Lagi pula sebentar lagi kita akan menikah," ucap Dewa dengan ringan dengan langkah sempoyongan dan dengan telanjang dada ditambah celana jeans dan ikat pinggang yang sudah tidak pada porsi nya. Berjalan mendekat ke arah Mega dan langsung berusaha mengurung Mega di bawah badan kekarnya.
Mega dengan tubuh mungilnya sudah kalah telak dan tidak berdaya. Dicium nya dengan sangat rakus bibir manis Mega tanpa ampun oleh Dewa. Mega berjuang keras, menggerak kan tubuhnya, namun lagi- lagi usaha nya sia-sia.
Setelahnya Dewa melepas ciuman tanpa jeda dari bibir Mega. Dewa bertambah beringas dan tanpa peduli dengan wanita yang berada di bawah nya. Kedua tangan Mega di jegal secara paksa dan masih berada di samping kanan kiri kepala Mega. Pipi wanita itu sudah basah. Namun lagi-lagi Dewa yang kepalanya terasuki oleh minuman laknat itu membuat kesadaran nya tidak bisa berpikir jernih.
"Aku bukan Arumi kak, lepaskan aku," lirihnya Mega bersamaan dengan isaknya.
Namun Dewa bertambah beringas dan mengoyak gaun Mega malam itu hingga tak bersisa. Seringai senyum dari Dewa bertambah gila, setelah dapat mengoyak habis gaun malam Mega dan bersisa penutup bagian dadaa dan bagian sensitif bagian bawah miliknya.
Mega tidak bisa berbuat apa-apa. Dewa menindihnya dan sudah pasti membuat tubuh mungilnya tidak bergerak. Berkali-kali Dewa memanggil kata sayang dan menyebut nama Arumi padahal jelas-jelas wanita itu bukan Arumi melainkan Mega.
Pikiran Dewa yang sudah dikuasai alkohol, membuatnya tanpa izin merenggut kegadisan Mega. Mega hanya bisa sesenggukan menangis deras saat kakak dari kekasih nya itu tengah memajukan dan memundurkan gerakan pada area sensitif nya.
Sakitnya luar biasa, sakit di bagian bawah sana karena dipaksa habis-habisan dan hatinya sakit pula. Mengapa dirinya terjebak dan tidak berdaya melawan pria yang tengah menodai nya?
Dan apa yang dikatakan pria tidak punya moral itu saat tengah mengeluarkan cairan panas? Dan tentunya siap membuahi rahim Mega yang masih sangat muda itu.
"Aku akan menikahi mu sayang, bukan kah sebentar lagi kita akan menikah? Jadi aku mohon kamu jangan menangis," ucap nya dengan kedua tangan yang dia sentuhkan pada dua tulang rahang Mega dan menghujani area wajah itu dengan berbagai kecupan dan tentunya aroma Alkohol yang masih bersisa.
Sementara Mega menangis, terisak dengan tubuh yang masih gemetar dan jelas terlihat polos dan tentu terasa kotor buat dirinya. Disetubuhi oleh pria yang tidak bermoral yang padahal adiknya sangat menjaga nya bahkan selama empat tahun berpacaran dengan Satrio, Mega tidak pernah berbuat macam-macam dan palingan hanya sebuah kecupan kening dari Satrio dan itupun tidak sering.
Mega langsung memunguti helai per helai pakaian nya. Namun apa yang terjadi? Dewa tidak memperbolehkan nya pergi dan melempar kembali tubuh Mega di atas ranjang hotel yang berantakan tadi. Mengurungnya kembali dibawah tubuhnya yang kekar dan memaksa Mega kembali untuk memuaskan hasrat nya malam itu dan setelahnya, Mega tidak tahu apa yang terjadi dengan dirinya di jam-jam selanjut nya.
Pertama kali membuka kedua mata keesokan pagi. Mega sudah melihat sosok kakak dari kekasihnya itu memakai handuk kimono berwarna putih dan seperti selesai mandi.
Kedua retina mereka bertatap dan reflek Mega langsung menyembunyikan tubuhnya yang tanpa sehelai pakaian pun di balik selimut tebal.
Belum ada kata yang keluar dari mulut keduanya. Yang ada, Mega sudah menduga jika kakak dari kekasihnya itu pasti kaget melihat diri nya. Mega menunduk, tentu dengan jantung yang terdengar berantakan. Sementara Dewa, Mega sangat melihat wajah angkuh dari Dewa yang belum mengeluarkan sepatah kata pun.
Sampai dimana Mega bersuara. "Semalam, aku sudah katakan jika aku bukan Arumi." Dengan takut-takut Mega mengatakan nya. "Kakak dipengaruhi Alkohol."
Membuat Dewa masih pada posisi semula, mematung dan terlihat sulit menelan saliva nya. "Aku harus pergi." Dewa mengambil setelan pakaian nya yang berserak dilantai dan mengenakan nya lalu pergi.
Membuat Mega menjatuhkan bulir-bulir jernih dengan cukup deras berikut Isak dan sengguk nya yang mendekap tubuhnya yang masih terbungkus selimut hotel.
Dewa bahkan terlihat pecundang yang menurut Mega berbanding terbalik dengan sifat dan sikap Satrio.
Ingatan Mega tidak selesai di situ saja. Ingatan nya mengajak lagi, membawa nya dengan rasa berdosa dan bersalah nya dengan tidak berkata jujur pada kekasihnya. Alasan nya tentu saja kata bingung yang muncul setiap kali melihat Satrio dengan tentunya bagaimana menjelaskan semua rangkaian peristiwa yang terjadi pada nya malam itu.
Sampai dimana Satrio berpamitan kuliah di Inggris untuk dua tahun melanjutkan studi S2 nya. Tepatnya, satu Minggu yang lalu Mega ikut mengantar ke Bandara.
"Aku janji, setelah aku menyelesaikan studi ku. Aku akan kembali dengan cinta yang sama dan akan membawa mu ke pelaminan," ucap Satrio begitu manis di dengar untuk sampai pada telinga seorang Mega Aristia.
Sepuluh jemarinya di genggam erat oleh Satrio dan di kecupnya. Tampak banyak kesedihan yang terlihat nyata di bola mata seorang Mega Aristia.
Bagaimana tidak sedih? Kekasih nya akan pergi melanjutkan S2 nya dengan waktu yang cukup lama, terlebih baru pertama kali mereka akan menjalin hubungan LDR atau Long Distance Relationship.
"Aku pasti akan merindukan mu," imbuh Satrio lagi dan mengecup sepuluh jemari yang belum dia urai dari genggaman nya. Posisi berdiri yang berhadapan dengan sangat dekat, membuatnya lepas dan tanpa sadar sudah mendekatkan bibiir nya pada bibir Mega.
Mega menyambutnya. Karena itu terakhir kali nya, kekasihnya akan pergi jauh dengan waktu yang cukup lama. Tidak ada kencan malam Minggu lagi. Tidak ada dua cangkir kopi yang akan mereka pesan saat bersantai menikmati malam. Tidak ada obrolan omong-kosong yang akan mereka sampaikan entah itu lewat ponsel atau pun bertemu seperti sedia kala yang mereka lakukan. Hal-hal kecil dan remeh temeh seperti menyapa dan mengucapkan selamat pagi saat panggilan ponsel dari masing-masing berdering pun, mungkin tidak akan lagi. Dan semua berganti dengan pasti pertanyaan-pertanyaan yang kesemuanya akan terdengar penting saat entah kapan Satrio bisa menghubungi nya.
Kecupan hangat itu berakhir. Tentu dengan wajah sedih Mega meskipun Satrio tampak terlihat tenang saat kedua langkah kaki nya perlahan menjauh menuju pesawat yang sudah diumumkan beberapa menit lagi akan terbang.
Ingatan Mega berakhir dengan bertambah sesak nya dada saat dia terduduk memeluk erat dirinya sendiri. Menyembunyikan wajahnya, isaknya, sengguk nya meratapi hasil dari tes pack yang baru saja dia ketahui hasilnya.
"Apa yang harus aku lakukan?" tanya yang bersamaan dengan rasa tersiksa yang dia suarakan.
BERSAMBUNG
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 53 Episodes
Comments