Malam hari.
"Papa kenapa?" tanya ibu Rahma kepada suaminya, saat hendak tidur malam.
"Papa kepikiran Satrio."
"Sudahlah pa, hanya satu tahun kan. Lagi pula ini sebuah kecelakaan. Bukan salah Dewa dan juga Mega. Satrio tidak akan dengar, berita jika kekasihnya menikah dengan kakaknya sendiri."
"Apa mama setuju? Jika mereka mempermainkan pernikahan. Dan setelah anak Mega lahir, Dewa akan kembali ke Arumi dan otomatis meninggalkan Mega dan bayi nya. Cucu kita ma."
"Kita tidur yuk pa, besok pagi akadnya Dewa." Sengaja ibu Rahma tidak menjawab perihal setuju tidak setuju. Karena ibu Rahma sendiri tahu bagaimana cintanya Dewa ke Arumi.
.
.
Pukul 05.00 WIB.
"Aku deg-degan kak," ucap Mega yang tengah berada di Hotel Semenanjung, Hotel keluarga milik keluarga Dewa. Dimana Zahrin sibuk menyiapkan perintilan-perintilan untuk persiapan akad Mega. Meskipun ada tukang rias yang sudah mendadani nya.
Ya, Mega tidak menyangka jika akad nikah nya akan digelar mewah. Pagi pukul tujuh nanti, akan dilaksanakan akad dan berlanjut malam nya adalah acara resepsi.
Entah bagaimana keluarga Dewa menyulap nya? Nyatanya pagi ini, suasana hotel cukup sibuk dengan padatnya tamu, terutama keluarga besar Dewa.
"Kamu tenang, Mega. Kamu cantik banget malahan. Sudah, diatur nafasnya supaya tidak gugup berlebihan," ucap Zahrin yang saat itu berada dalam satu ruang rias yang sama dengan Mega.
Mega mengangguk. Memperhatikan baik-baik wajahnya, meskipun ada guratan kesedihan yang sulit dia ungkapkan. Kesedihan dimana wajah Satrio terus melintas di benaknya.
Keadaan dimana semua orang sibuk tengah mempersiapkan akad nikah. Bertolak belakang dengan Dewa yang masih memakai setelan piyama berdua dengan kekasihnya.
Arumi menangis penuh sesak di dalam mobil Dewa. Arumi mendekap erat tubuh kekasihnya, seakan tidak rela dan ingin membawa kabur saja, pria yang kini bersamanya. "Sumpah demi apapun, aku tidak rela kamu menikah dengan dia. Apapun alasan nya. Aku tidak siap, aku tidak siap menerima nya." Kalimat demi kalimat yang coba Arumi perjelas untuk mengutarakan perasaannya detik itu.
Lagi-lagi Dewa dibuat gelisah oleh sikap kekasihnya. Rasanya, jika bukan karena nama mama dan papa nya taruhan nya. Mungkin menit itu juga, Dewa membawa Arumi pergi jauh yang entah kemana. "Sudahlah sayang, bukan kah kita sudah bahas kemarin-kemarin," jawab Dewa mengakhiri tangis Arumi. Dewa tidak kuat, jika terus-terusan berada di dekat Arumi. Karena yang ada dia terus mengeluarkan air mata nya dan terisak dalam sedihnya. Dewa akhirnya menghujani berbagai kecupan di area wajah Arumi, yang tentunya semua penuh arti.
.
.
Pukul 07.00 WIB.
Di Hotel Semenanjung.
"Sah?"
"Sah..."
Tanya penghulu yang menikah kan mereka dan di jawab serentak oleh semua tamu yang hadir pagi itu. Yang hampir semua tamu adalah keluarga besar Rasmono.
Dewa menyematkan cincin kawin dijari manis Mega. Begitu juga sebaliknya. Yang kemudian riuh suara tepuk tangan dan setelahnya adalah permintaan dari tamu undangan yang bersahutan.
Cium
Cium
Cium
Ibu Rahma memberi kode ke putranya, supaya mencium kening Mega seperti kebanyakan pengantin baru lain nya. Begitu sebaliknya, dimana Mega mencium punggung tangan suami nya.
Mau tidak mau, supaya desakan dari para tamu yang hadir mereda. Meskipun canggung, Dewa akhirnya mencium kening Mega, berlanjut dengan Mega yang kemudian mencium punggung tangan milik Dewa.
Meskipun di hati masing-masing membatin kata maaf untuk nama kekasih mereka.
Acara akad pun selesai.
Dimana sepasang pengantin yang baru saja resmi menikah itu berada dalam satu kamar hotel. Untuk menunggu acara resepsi nanti malam. Disitulah ketegangan pertama yang dirasakan Mega.
Tampak Dewa dengan sikap santai nya. Menghempas tubuhnya pada ranjang putih itu seperti tidak melihat sosok Mega yang kini ada di kamar itu juga. Namun setelah mungkin dia sadar. "Aku mau tidur, capek. Dan kalau kamu mau tidur. Kamu bisa tidur di sofa," sentak nya tanpa berperasaan.
"Aku mau keluar sebentar," pamit Mega kepada pria yang baru saja berubah status menjadi sebutan suami.
Dewa langsung beranjak dari ranjang nya. Memperingatkan Mega, untuk tidak sembarangan bicara perihal apapun tentang rumah tangga nya. "Kamu ingat aturan main nya bukan? Awas! Kalau sampai kamu mengadu kepada siapa pun tentang sikap aku kepada kamu. Terlebih soal larangan-larangan Arumi yang sudah kita sepakati."
Mega mengangguk. Perlahan kakinya melangkah keluar dari kamar. Meskipun telinganya cukup terbakar dengan apa yang baru saja dicetuskan oleh Dewa. Air matanya mengambang, karena sebentar lagi dia akan benar-benar merasakan panasnya berada di dalam neraka jahanam.
Demi kamu sayang.
ucap Mega pada batin nya, sembari menyentuh perut yang terbilang masih rata. Berbicara kepada bayi yang diperjuangkan kehidupan nya.
.
.
Resepsi.
Saat Mega dan Dewa berjalan dari kamar rias pengantin menuju pelaminan di ball room.
"Aw..." Mega yang terseok karena hells nya. Ditambah dengan gaun panjang nya dan dia belum terbiasa. Membuat tubuhnya ambruk di tubuh suaminya. "Maaf," ucap nya yang langsung dia perbaiki posisi tubuhnya.
"Nggak apa-apa, lain kali hati-hati. Kamu sedang hamil," ucap Dewa sembari memperbaiki hell istrinya. Yang tentu dengan perkataan lemah lembut.
Yang dimana Dewa mengeratkan kedua tulang rahang nya, saat tengah membenahi hells milik istrinya. Karena jujur dia sebal harus berpura-pura baik di depan semua orang. Memperlakukan wanita yang pagi tadi tepat pukul tujuh lebih dua belas menit sudah sah menjadi istri nya dengan baik, rasanya tidak harus dia lakukan. Mengingat tahu betul, keduanya tidak saling cinta.
Ya, Dewa bicara seperti itu karena ada Zahrin berikut dua anak-anak dan suami nya. Ada kakak Mega juga yang tentunya akan tercengang jika melihat sikap kasar dia yang sebenarnya kepada Mega.
"Om Dewa halus menggandeng tangan nya onty Mega, supaya onty Mega tidak jatuh," ucap Arsyla yang menarik tangan nya Dewa untuk kemudian ditautkan pada jemari Mega yang tentunya membuat canggung keduanya. Saat kedua tangan mereka menyatu untuk bergandengan.
Meskipun Zahrin cekikikan melihat nya. Gemas dengan tingkah Arsyla, bayi gede yang usianya dua tahun kurang dua hari.
Regi tersenyum geleng-geleng kepala.
Akhyar garuk-garuk kulit kepala sembari membenahi rambutnya. Semua mata tertuju pada sosok Arsyla yang tentunya menggemaskan saat dia bicara. Siapa lagi yang menyuruh? Kalau bukan Zahrin, mommy nya.
"Nah gitu dong, om Dewa. Kayak mommy dan daddy nya Acila," imbuhnya yang tentu belepotan menyebut nama nya sendiri. Membuat semua masih dibuat tidak percaya dengan apa yang dikatakan oleh anak perempuan nya Zahrin.
Di lain sisi. Arumi ternyata sengaja menyelinap masuk menghadiri pesta resepsi pria yang tak berubah status nya. Kekasih. Tentunya sengaja memakai masker, supaya wajahnya tentu tidak dikenali.
"Katanya bilang ini semua hanya pura-pura, tapi lihat! Kamu bahkan tersenyum bahagia, sayang," gemas, sebal dan tentunya sedih yang bercampur saat Arumi melihat dari kejauhan sosok Dewa dan Mega yang kini bersanding di pelaminan tengah tersenyum bahagia. "Awas aja kamu!" imbuhnya dengan kedua tangan terkepal dan dada bergejolak.
BERSAMBUNG
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 53 Episodes
Comments