Bab. 19 DTH

Siang harinya.

Adiba telah menyiapkan makan siang untuk Alex, dia pun bergegas pergi ke kantor Alex dengan menggunakan taksi online. Meski di rumah ada mobil tetapi Adiba tidak bisa menyetirnya.

Setelah menempuh perjalanan selama dua puluh menit akhirnya Adiba sampai di kantor Alex, dia menghembuskan napas lalu bergegas masuk ke dalam sana. Semua mata tertuju ke arah Diba kala dia menginjakkan kakinya di perusahaan Alex.

"Maaf, ada yang bisa saya bantu?" ujar resepsionis mengikuti Adiba saat ingin masuk ke dalam lift.

Adiba menoleh. "Oh ya, maafkan saya yang telah lancang masuk ke dalam kantor ini tanpa permisi terlebih dahulu." lanjutnya tidak enak hati.

"Tidak masalah, apa Nyonya ingin bertemu seseorang?" tanya sang resepsionis dengan nada ramah.

"Saya ingin bertemu dengan pemilik perusahaan ini,"

"Tuan Alex?"

Adiba mengangguk. "Apa dia ada di dalam?"

"Nyonya sudah membuat janji?"

'Kenapa banyak sekali pertanyaan seperti ini padahal aku hanya ingin bertemu dengan Tuan Alex.' batin Adiba.

"Saya belum membuat janji dan saya datang ke kantor ini atas perintah dari Nyonya Vania. Saya ingin mengantarkan bekal makan siang T—" ucapan Adiba terpotong ketika Alex tiba-tiba keluar dari lift.

Adiba dan resepsionis itu menoleh, mereka menatap Alex secara bersamaan.

"Mohon maaf, Tuan. Nyonya ini—"

Alex mengangkat sebelah tangan dan sang resepsionis langsung pergi dari sana. Setelah itu, Alex menatap Adiba dengan datar.

"Mau apa kamu datang ke kantor ini?" tanyanya.

"Tuan, aku datang kesini membawakan makan siang untuk Anda." Adiba menyodorkan bekal makan siang yang dia bawa.

Alex melirik bekal itu, dia sebenarnya tidak ingin menerima tetapi dia takut Adiba sakit hati dan tersinggung. Meskipun Alex cuek tetapi dia tetap pria yang tidak tega menolak pemberian dari orang yang dia kenal. Tangan Alex terulur mengambil bekal itu, dia langsung masuk kembali ke dalam lift tanpa mengatakan sepatah kata pun.

Adiba menatap lift yang sudah tertutup dengan hati miris.

"Sepertinya sangat sulit untuk mendapatkan hati Tuan Alex." gumam Diba dan bergegas pergi dari kantor itu, tujuannya saat ini adalah butik milik Vania.

🌺🌺🌺🌺🌺

Dua Minggu kemudian.

Sikap Alex tetap tidak berubah dan dia masih belum memutuskan apa pun, sementara Vania sudah berulangkali bertanya dan menunggu jawaban dari Alex.

Malam ini, Alex baru saja selesai mandi. Dia keluar hanya dengan menggunakan celana pendek dan bertelanjang dada.

"By," Vania yang sedang duduk di kursi meja rias langsung tersenyum.

"Sayang, kamu siap-siap, ya?" pinta Alex sambil mengeringkan rambutnya dengan handuk.

"Siap-siap kemana?" tanya Vania.

"Malam ini rekan bisnisku mengadakan pesta pertunangan anaknya, aku lupa jika diundang dan maaf kalau aku mendadak memberitahumu." Alex berdiri di belakang tubuh Vania.

Vania terdiam, dia menghela napas lalu berdiri dari tempat duduknya.

"By, maaf ya. Sepertinya aku tidak bisa menemani kamu," Vania memasang wajah sendu.

Alex mengerutkan dahi, tidak biasanya Vania menolak ajakan darinya.

"Memangnya kenapa, Sayang? Apa kamu ada acara?"

"Ya, a—aku ada acara diluar dengan pegawai butik dan para desainer lainnya. Bagaimana jika kamu pergi bersama dengan Adiba? Ya, dia pasti mau. Aku akan mengatakan padanya agar dia segera bersiap," Vania tersenyum tipis lalu pergi dari hadapan Alex.

"Sayang!" teriak Alex tetapi tidak dihiraukan oleh Vania.

Alex terduduk di kursi, dia malas pergi bersama dengan Adiba tetapi jika tidak pergi pasti dirinya akan jadi bahan omongan. Tetapi, dia pergi bersama dengan Adiba apa kata orang nanti? Alex benar-benar pusing, dia akhirnya memutuskan untuk berganti pakaian.

Selesai bersiap, Alex dan Adiba pun pergi menggunakan mobil sport kesayangan Alex. Vania tadi membantu Adiba ber-make dan sekarang Adiba terlihat sangat cantik juga anggun. Di dalam mobil itu, mereka hanya diam tanpa berniat membuka suara.

Sesampainya di tempat pesta, Alex turun terlebih dahulu dan disusul oleh Adiba. Mereka masuk bersama ke dalam rumah pemilik pesta.

"Bersikaplah biasa saja dan jangan terlalu kampungan." bisik Alex di sela-sela senyumnya.

Adiba mengangguk paham.

"Halo, Tuan Alex. Saya pikir Anda tidak datang," ucap pemilik pesta sambil menjabat tangan Alex.

"Mana mungkin saya tidak datang." Alex tersenyum lebar.

Mata Tuan pemilik pesta beralih menatap Adiba.

"Tuan, sepertinya ada yang baru." sindirnya dengan senyum menggoda.

Alex paham apa yang di ucapkan oleh rekan bisnisnya.

"Oh, dia adik saya." bohong Alex memperkenalkan Adiba sebagai adiknya.

"Adik? Setahu saya adik Anda bukan yang ini," pemilik pesta itu menjadi heran.

"Maksud saya, adik angkat." titah Alex.

Setelah selesai berbincang dan berkenalan dengan Adiba, Alex pun menghampiri teman kerja lainnya.

"Tuan, saya permisi ke kamar mandi dulu." pamit Diba karena dia ingin buang air kecil, jika gugup dia pasti akan seperti ini.

Alex hanya mengangguk sekilas.

Beberapa saat kemudian.

Acara satu persatu dimulai dan saat ini puncaknya dansa untuk setiap pasangan yang datang. Alex melirik Adiba yang terlihat tersenyum ketika melihat beberapa orang maju untuk berdansa.

"Tuan, apa Anda tahu. Seumur hidup, saya baru kali ini melihat pasangan yang berdansa romantis seperti ini. Saya jadi ingin mencobanya," ucap Diba spontan dengan senyum manis.

Alex hanya diam saja, lalu sejenak kemudian dia mengulurkan tangannya dan berdiri dari kursi.

"Ayo, jangan jadi wanita kampungan hanya karena kamu tidak pernah berdansa." ucap Alex memasang wajah datar.

Adiba melirik Alex dan tangan itu, dia berpikir terlebih dahulu untuk bisa berdansa dengan pria dingin seperti Alex.

"Tidak perlu banyak berpikir, mau atau tidak sebelum aku berubah pikiran." gertak Alex dan membuat Adiba langsung menggenggam tangannya.

Mereka pergi menuju lantai dansa, musik pun dimulai dan Alex melingkarkan sebelah tangannya di pinggang ramping milik Adiba.

Adiba mencoba rileks, dia takut kegugupannya akan menjatuhkan harga dirinya. Perlahan tangannya terulur memegang pundak Alex, dia menggenggam sebelah tangan Alex.

Setelah rileks berdansa, Alex pun penasaran akan apa tujuan Adiba yang menerima tawaran dengan dalih mengandung benihnya dan bersedia melahirkan anaknya.

"Diba, katakan dengan jujur apa motifmu menerima tawaran dari Vania?" Alex bertanya sambil menatap wajah Adiba.

"Saya, saya terpaksa menerimanya karena saya butuh uang." ujar Adiba jujur, dia terus menundukkan kepalanya.

"Uang uang uang, ternyata benar jika semuanya bisa dibeli dengan uang.'' ejek Alex tersenyum remeh.

"Tuan, tidak seperti yang Anda pikirkan."

"Lalu?" Alex semakin dalam menatap wajah cantik itu yang hanya diterangi oleh sinar lampu redup.

Adiba menjelaskan semuanya dan Alex menyimak dengan jelas, tanpa sengaja pandangan mata keduanya saling bersitubruk dan mereka cukup lama menatap sangat dalam.

TBC

Terpopuler

Comments

Junida Susilo

Junida Susilo

Aku juga pernah baca novel yg jalan ceritanya hampir mirip seperti ini, ternyata teman istri nya itu cinta pertama suami nya nya...awal awal suami nya menolak untuk menikahi teman istri nya padahal itu hanya sandiwara... biar istri nya tidak curiga klw mereka sebenarnya masih saling menyukai, akhirnya ketahuan istri sah nya klw suami nya dulu pacar dan cinta pertama suami nya,bah kan mereka sudah pernah tidur bersama suami nya lah yg merengut kesucian teman nya waktu masih SMA 🤭

2023-02-07

2

Junida Susilo

Junida Susilo

kk author Adiba masih istri tuan Fahrul,,tuan Fahrul blom menjatuhkan talak pada Adiba...,kk author... selesaikan dulu hubungan Adiba dan suami nya Fahrul.....biar pembaca tidak salah paham ttg stts Adiba yg masih istri seorang Fahrul 🙏

2023-02-07

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!