Bab. 4 DTH

Hari ini adalah hari pertama Adiba bekerja sebagai asisten rumah tangga, dia tidak mempermasalahkan gajinya karena yang dia pikirkan hanyalah mendapatkan uang dengan cara halal. Dia akan secepatnya mengumpulkan uang untuk melunasi hutang kepada Mecca, biar bagaimanapun dia tetap merasa tidak enak meski Mecca selalu bersikap santai.

Pertama, Diba bangun pagi-pagi sekali yaitu pukul lima subuh. Dia menjalankan ibadah shalat lalu dirinya langsung membereskan tempat tidur dan beralih ke pekerjaan rumah. Hingga waktu pun tak terasa menjelang siang, Diba sudah selesai membuat sarapan. Dirinya tinggal menata makanan tersebut di meja makan.

Sepasang suami-istri yakni Farhan dan Tasya berjalan menuruni anak tangga. Ini adalah pertama kalinya Tasya bertemu dengan pembantu baru dirumahnya karena tadi malam dia pulang sedikit larut. Hal itu selalu membawa perdebatan tersendiri bagi Farhan dan Tasya. Namun, Tasya selalu meyakinkan Farhan dan meminta agar Farhan mengerti posisi pekerjaannya saat ini.

Keduanya duduk di kursi meja makan, Tasya melihat menu makanan dan dia mengedikkan bahu.

"Jadi kamu pembantu baru dirumah ini?" Tasya membuka suara ketika Diba meletakkan mangkuk nasi di meja makan.

"Benar, Bu. Salam kenal, saya Adiba."

"Saya Tasya, istri Mas Farhan. Oh ya, Diba. Kamu sudah tahu apa saja tugasmu di rumah ini 'kan? Dan masalah gaji pasti Mas Farhan sudah mengatakannya." Tasya memangku kedua tangan di dagu.

"Pak Farhan sudah menjelaskan semuanya, Bu. Jika ada yang kurang dari pekerjaan saya mohon dimaklumi dan tegur saya langsung." ujar Diba sambil menunduk sopan.

"Tentu, karena saya tidak suka orang yang ceroboh dan tidak mengerti pekerjaan." jawab Tasya dengan sombong. "Oh ya, sebelumnya kamu bekerja sebagai apa?" pertanyaan Tasya membuat Diba menelan ludah, dia tidak mungkin mengatakan pada Tasya jika dirinya mantan wanita malam.

"Saya, saya bekerja sebagai pelayan di salah satu cafe." ucap Diba berbohong.

Tasya hanya mengangguk dan dia mulai membalikkan piringnya lalu mengisi dengan nasi serta lauk pauk, sementara Diba permisi pergi dari hadapan majikannya.

"Kamu jangan jelalatan ya, Mas! Aku lihat, dia gadis yang polos dan kamu bilang berasal dari desa 'kan? Awas saja kalau kamu mencari kesempatan dalam kesempitan saat aku tidak berada di rumah." Tasya sudah mewanti-wanti Farhan.

"Kamu tenang saja, cintaku hanya untukmu dan aku tidak mungkin mengkhianati kamu."

'Meskipun Adiba lebih cantik daripada kamu.' batin Farhan.

🌺🌺🌺🌺

Vania menggoyangkan tubuh Alex, dia sedang berusaha membangunkan suaminya yang masih tertidur pulas.

"By, ini sudah siang. Apa kamu tidak pergi ke kantor?"

Lenguhan kecil lolos dari bibir Alex, dia perlahan membuka kelopak matanya dan pemandangan pertama yang dia lihat adalah wajah cantik sang istri.

"Sayang, semakin hari wajahmu semakin bersinar saja." Alex menatap wajah Vani dengan senyum tipis.

"Jangan menggodaku di pagi hari, ayo cepat bangun dan segera mandi karena matahari sudah sangat tinggi. Apa kamu tidak takut kesiangan pergi ke kantor?" Vani memaksa Alex untuk bangun.

Alex hanya pasrah dan beranjak dari ranjang empuknya, istrinya itu memang bawel tetapi Alex menyukainya.

Selesai mandi, Alex segera berganti pakaian dengan setelan Jas. Dia terlihat tampan, berwibawa dan dewasa. Vani meletakkan ponselnya dan menatap Alex, dia berjalan mendekati sang suami lalu membantu memakaikan dasi. Alex menyatukan dahi mereka dan keduanya saling tersenyum.

•

•

TBC

***Karya ini telah kontrak dengan NovelToon, dilarang membajak karya seperti mencetak ulang tanpa izin.***

***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***