"Eh, anu, nanti-nanti aja nyarinya, Lid. Lagian kan kamu nggak mau sembarangan kasih anak kamu ke orang." Mama masih mencari alasan agar tak jadi menyewa babysitter. Mana mungkin dia mau mengeluarkan bajet dan memotong jatah bulanan dari Mas Radit.
"Nggak apa-apa, Ma, aku sadar kok kalau aku ini manusia biasa. Mana kuat jaga anak tiga dan bersihin rumah sebesar ini sendirian, iya, kan, Mbak Mira." Aku sengaja mencari pembenaran dari Mbak Mira. Rasanya beruntung sekali bisa mengskakmat mereka begini. Sering-sering saja orang datang ke rumah ini agar aku bisa memberikan pelajaran pada mereka. Dua makhluk munafik ini.
"Udah, kamu fokus aja dandannya. Dit, buruan siap-siap, sebentar lagi kalian harus pergi, kan? Nanti Mama panggil Bu Retno ke sini buat bantuin jagain anak-anak. Asi kamu udah kamu stok, kan, Lid?"
"Udah, Ma, ada di kulkas."
"Wah, enak ya, jadi istri manajer. Bisa ikut pesta orang-orang kaya," ujar Mbak Mira. Dia belum tahu saja seperti apa manajer yang satu ini memperlakukan istrinya. Meski suami Mbak Mira hanyalah tukang ojek online, tapi dia adalah tipe suami yang penyayang dan pengertian. Terbukti dari Mbak Mira yang tidak pernah repot soal anak ketika bepergian karena ada suaminya. Tak jarang aku melihat suaminya membantunya mengerjakan pekerjaan rumah. Ah, rasanya ingin sekali aku bertukar kehidupan dengan Mbak Mira.
"Iya, enak, Mbak. Setiap bulan dapat uang bulanan belasan juta. Belum lagi bonus dan fasilitas lainnya. Sering shopping, jalan-jalan, beli emas, gaya-gaya." Aku melirik ekspresi mama yang semakin kesal. Jelas sekali aku baru saja membicarakannya. Dialah orang yang menerima belasan juta dari Mas Radit setiap bulan.
"Tapi kalau Mbak lihat kok kamu nggak pernah keluar rumah, Lid? Emas kamu juga nggak kamu pake. Pake dong, Lid, biar orang-orang tau kalau suami kamu itu banyak duit."
"Iya, Mbak, emas kan disimpan mama mertua saya. Soalnya kalau saya yang nyimpen, pasti bakalan lupa. Mana, Ma emas yang mama simpen? Aku pake dong."
Dengan wajah kesal, mama pun langsung pergi ke kamarnya dan kembali membawa banyak perhiasan.
"Wah, banyak banget, ya, Lid. Pakai, dong, pasti kamu bakalan tambah cantik."
Mama pun tampak menyerahkan cincin, gelang, kalung dan anting untukku. Tentu saja dengan senang hati aku memakainya. Ku lihat diriku yang sudah memakai semua perhiasan itu di dalam pantulan cermin.
Aku merasa terharu karena bisa memakai benda ini meski hanya sebentar saja. Ku lirik Mas Radit yang sedang kembali dari dapur setelah mendinginkan susu Selvia. Gadis nomor duaku itu langsung meminumnya sambil berbaring seperti tadi.
Setelah beres, aku bisa melihat betapa cantiknya diriku. Memakai pakaian dan barang-barang mahal, serta make up yang tidak terlalu menor. Ternyata kalau didandani, aku bisa cantik seperti ini.
Setelah Bu Retno datang, aku dan Mas Radit pun langsung pergi. Sepanjang jalan, dia terus memarahiku karena manfaatkan kesempatan saat ada Mbak Mira. Namun, aku hanya memilih diam dan mengabaikan apa yang dikatakannya. Aku tahu, sekeras apapun aku berusaha menjelaskan dan menyadarkannya, dia tidak akan pernah mau mengerti. Hatinya sudah tertutup keegoisan yang diajarkan oleh ibunya.
Aku tidak perlu khawatir tentang anak-anakku karena ada Bu Retno. Mama tidak akan bisa berkutik jika ada dia. Wanita tukang gosip itu pasti akan menyebarkan berita dengan cepat jika melihat kejanggalan yang dilakukan oleh mama.
Mungkin untuk malam ini saja aku bisa menikmati hidupku. Ah, indah sekali rasanya jika setiap hari bisa seperti ini. Tapi sayang, manusia bebal di sampingku ini tidak pernah mengerti perasaanku yang selalu terluka oleh perlakuannya.
"Kamu itu, ya, awas ya kalau di pesta sampai malu-maluin! Bakalan aku buat kamu menyesal!" Lagi-lagi aku mendengar ancaman darinya.
"Iya, Mas, maaf, ya. Tadi aku kelepasan. Soalnya ternyata enak banget rasanya bisa menikmati hal yang nggak pernah bisa aku nikmati." Aku hanya tersenyum kecil. Meski ucapan Mas Radit sangat kejam, namun aku sudah biasa mendengarnya.
"Ngelunjak kamu, ya! Udah syukur aku mau ajak kamu! Udah jelek, bisanya ngerepotin aja." Masih menggerutu dengan segala hinaannya.
"Masa sih aku udah cantik gini masih dibipang jelek?"
"Mau kamu dandan kayak artis sekalipun, kalau dasarnya jelek ya tetap jelek!"
"Oh, gitu, ya, Mas. Maafin istrimu yang jelek ini, ya."
"Apasih, nggak lucu, tau!"
Eh, Mas Radit semakin kesal. Membuatku tertawa geli dalam hati. Memang lebih baik aku tidak terlalu meresapi apa yang selalu dikatakan atau dilakukannya. Biar saja seperti ini agar pikiranku tetap waras.
Ting tung tung ting. Terdengar suara ponsel Mas Radit yang sedari tadi terletak di sebelahnya. Dengan cepat dia langsung mengambil ponselnya sebelum aku melihat siapa si pemanggil.
Aku sedikit mengernyitkan dahiku karena melihat awalan huruf T tadi. Siapa? Ah, mungkin saja hanya teman kerjanya saja yang sedang menanyakan posisi kami.
"Kok nggak diangkat, Mas? Angkat, dong, siapa tau penting."
"Udahlah, bukan urusan kamu!" Mas Radit tetap membiarkan ponselnya terus berdering. Membuatku semakin curiga. Apakah dia sedang menyembunyikan sesuatu? Atau, apakah dia berselingkuh?
Awas saja, Mas, kalau sampai kamu benar-benar selingkuh, aku akan mengikuti saran Mbak Rena. Aku tidak akan pernah bisa mentolerir perselingkuhan apapun alasannya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 39 Episodes
Comments
Nurul Iswari12
kalau bener selingkuh,itu bisa jadi alesan tuk pisah ja lid,
2023-02-03
0
Santi Eprilianti
klo raditnya selingkuh ya biasrin aja lid, kamu kan tinggal pergi dari kehidupan mereka, daripada menderita terus
2023-02-03
0
Tati st🍒🍒🍒
kekurangan ekonomi kita mungkin bisa nerima,perselingkuhan,kdrt,sudah tidak di bisa tolerin lagi
2023-02-03
0