Ku lihat mobil Mas Radit pun memasuki pekarangan rumah kami. Bertepatan dengan itu, musik dari dalam rumah pun mati. Terlihat mama keluar dengan raut wajah yang sangat bahagia. Jelas saja, hari ini kan Mas Radit gajian. Dan itu Sudah menjadi kebiasaan Mama untuk meminta semua gajinya dan berfoya-foya menyenangkan dirinya sendiri.
"Dit, kamu udah gajian, kan? Mana uangnya?" tanya mama sambil menadahkan tangan.
"Ini, seperti biasa, Ma. Mama pegang tujuh belas juta, aku yang pegang sisanya untuk mobil dan jajan." Mas Radit memberikan amplop cokelat pada mama.
"Makasih, ya, Dit. Nanti Mama mau belanja bulanan dulu. Habis itu Mama nyalon, ya sama sekalian bayar arisan. Eh, tadi Mama juga lihat tas dan baju keluaran terbaru." Mama terlihat sedang memikirkan barang-barang yang tadi disebutkannya.
"Iya, Ma, pake aja. Apapun yang bikin Mama seneng, pakai aja uangku." Begitulah jawaban Mas Radit.
Aku hanya bisa tersenyum getir. Ada rasa sesak di dalam sini. Aku melihat pakaian anak-anakku yang sangat lusuh. Bahkan daster yang aku pakai pun juga ada yang sobek.
"Mas." Aku menghampiri Mas Radit dan mencium punggung tangannya. Tak banyak yang aku katakan padanya. Dia hanya berlalu ke dalam tanpa melihat anak-anaknya. Nyeri sekali rasanya diperlakukan seperti itu. Bahkan pada anak sendiri pun dia tidak mau sekedar menoleh dan tersenyum.
Aku pun membawa anak-anakku ke dalam rumah dengan keadaan kotor karena habis bermain pasir. Sedangkan si bungsu aku masukkan ke dalam kamar agar dia bisa melanjutkan tidurnya.
"Papa, ayo aik mobil!" Nadia menghampiri Mas Radit yang sedang duduk dan hendak naik ke pangkuannya.
"Apasih, sana, ah! Badan kamu itu kotor banget, bau lagi! Sana jauh-jauh sama Papa!" Mas Radit malah mendorong Nadia dengan tatapan kesalnya. Tak lupa dia mengibas-ngibaskan tangannya ke baju yang tadi sudah dipegang oleh Nadia.
"Mas, anak kamu kan mau bermanja dengan papanya. Kok kamu gitu, sih." Aku mencoba menegur Mas Radit agar memperbaiki sikapnya pada Nadia.
"Ya kamu lihat sendiri dong kalau dia itu kotor! Pasti banyak kuman di badannya. Kamu gimana sih, kok bisa-bisanya biarin anak kayak gitu!" Dengan tatapan penuh kebencian, Mas Radit menatapku. Entah mengapa setiap melihatku rasanya dia seperti tidak suka.
"Ya wajar kalau mereka main pasir di luar. Mainan harga sepuluh ribu aja kamu nggak mau beli." Aku menatapnya dengan mata berkaca-kaca. Berupaya agar air mataku tidak tumpah.
"Ya terserah aku, dong. Namanya aku mau berbakti sama mama. Kalau mama ngelarang, maka aku nggak akan melakukannya!"
Si pria egois ini tak henti-hentinya melukai hatiku. Membuat bulir bening air mata membasahi pipiku.
"Nangis aja taunya! Udahlah, eneg aku lihat kamu! Mending aku nongkrong sama temen-temenku!" Mas Radit pun beranjak dari duduknya dan pergi keluar dengan mobilnya. Aku hanya bisa menangis tersedu-sedu. Sesak sekali rasanya harus mengalami tekanan batin seperti ini setiap hari.
Aku pun langsung mengajak Nadia dan Selvia untuk mandi karena hari sudah sore. Setelah itu, aku pun memberikan mereka makan. Untung saja kebutuhan makan, mama tidak mengiritnya. Mungkin karena aku yang memasak, jadi dia terpaksa berbagi juga dengan kami.
Selesai mereka makan, aku menyuruh mereka menonton televisi saja karena Naura sudah bangun dan harus mandi.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 39 Episodes
Comments
Mulianah Thalib
tinggalkan sajja kenapa kalau harus anak yg di buat seperti itu amit2 deh kalau aku ngapain laki2 kayak gitu jadi mertua juga kok kayak gak punya hati gitu
2023-02-11
0
Ayas Waty
sabar itu kan pilihan kamu
2023-02-01
0
🅰️Rion bee 🐝
lidya kalo kamu udah gak kuat tempat yg paling nyaman untuk mengadu dan bersandar yah keluarga,aku yakin sekecewa apa pun calya sama kamu tetep dia adik kamu yg pastinya masih menyayangi kamu apalagi ayahmu pasti kalo tau anaknya disia siakan beliau pun bakalan gak terima..
2023-02-01
0