Jadi aku

Naura masih menangis karena sepertinya dia bisa merasakan bahwa orang yang saat ini menggendongnya sama sekali tidak menyayanginya.

"Bu, Nadia au akan. Dek Selvia uga au susu." Nadia tiba-tiba saja datang dan merengek padaku untuk diambilkan makan dan dibuatkan susu.

"Aduh, Ibu lagi dandan, Nak. Minta ambilin nenek, ya," ucapku sambil melirik Mama yang saat ini menatapku tajam.

"Mama mana bisa, Lid. Ini kan Naura lagi nangis," ucapnya yang masih berusaha menenangkan Naura.

"Bawa sini aja, Ma, Naura mau asi," ucapku sambil tersenyum tipis. Sebagai orang yang katanya sering mengasuh anakku, harusnya dia tahu bahwa bayi yang baru saja bangun pasti akan mencari air susu ibunya.

Dengan wajah kesal, Mama pun memberikan Naura padaku yang langsung diam ketika aku menyusuinya.

Mama pun pergi ke belakang untuk mengambilkan makan Nadia serta membuatkan susu untuk Selvia. Dia terlihat begitu kerepotan dengan kegiatan sederhana yang sehari-hari aku lakukan.

"Ini, makan, ya," ucap Mama sambil meletakkan sepiring nasi di depan Nadia. Sedangkan Selvia terlihat berbaring sambil menyedot susunya.

Namun, tiba-tiba saja Selvia menangis kencang sambil mencampakkan botol susu itu. Ku lihat mulutnya memerah. Ah, dasar mertua tidak berguna. Apa dia ingin membakar mulut anakku dengan membuatkan susu panas.

"Aduh, kenapa, sih, ribut banget, ganggu orang tidur aja!" Mas Radit tiba-tiba saja keluar dari kamar dan berteriak marah. Dia tidak tahu kalau Mbak Mira ada bersama kami.

Mbak Mira sedikit terkejut dengan respon Mas Radit ketika anaknya menangis. Wajahku tampak panik karena Selvia masih menangis kencang.

"Mas, tolong diemin Selvia, dong. Kayaknya mama salah takaran air panas di susu Selvia," ucapku yang berusaha menyadarkannya bahwa ada Mbak Mira di sini.

"Eh, ada Mbak Mira. I-iya, Sayang. Sini, anak Ayah. Jangan nangis, Sayang, cup cup." Mas Radit menggendong Selvia dan mengusap pipinya dengan lembut. Aku tahu itu adalah perlakuan palsu yang dilakukannya untuk mengelabui Mbak Mira.

"Kok bisa salah takar, sih, Bu Rani? Apa nggak dicoba dulu di tangan?" tanya Mbak Mira sedikit heran.

"Eh, iya, tadi saya kurang fokus. Habisnya dua anak yang saya urus, hehe."

"Iya, Mbak, maklum saja. Mengurus BANYAK ANAK TANPA BANTUAN itu memang sulit," sahutku berusaha untuk menyindir mama agar wanita tua itu segera tersadar.

"Iya, ya, diurus bertiga aja kayaknya masih repot. Kenapa nggak sewa jasa babysitter aja, Lid? Kan suami kamu manajer. Pasti bisalah sewa babysitter atau pembantu di rumah ini. Rumah besar gini mana sanggup dikerjain dua orang, ya, kan?" Mbak Mira ikut menanggapi.

"Kalau saya sih selalu menyuruh Lidya menyewa baby sitter atau pembantu. Tapi dia nggak mau karena katanya masih sanggup mengerjakan sendiri dan sayang duit."

Cih, mencoba berbohong? Oke, aku akan layani.

"Jangan gitu dong, Lid, kasihan sama mertua kamu kalau harus ikut membantumu menjaga anak dan mengurus rumah," tegur Mbak Mira. Memang kalimat seperti inilah yang aku tunggu sejak tadi.

"Iya juga, ya, Mbak. Ya udah, deh, Ma, aku mau sewa pembantu dan babysitter. Kira-kira di daerah ini siapa ya yang bisa, Mbak?"

Tentu saja ucapanku langsung membuat Mama dan Mas Radit panik. Mereka tidak menyangka fitnah yang mereka buat untukku akan menjadi bumerang untuk mereka sendiri.

Terpopuler

Comments

Santi Eprilianti

Santi Eprilianti

rasain tuh orang" kejam,, senjata makan tuan🤭🤭

2023-02-03

0

Tati st🍒🍒🍒

Tati st🍒🍒🍒

sudah waktunya kamu bangkit lidya,jangan wanita lemah perjuangkan hak2 kamu dan anakmu,good job lidya

2023-02-03

0

Ayas Waty

Ayas Waty

nah gitu pinter kamu Lidya jangan mau ditindas terus

2023-02-02

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!