Mas Radit yang sepertinya merasa muak mulai mencubit tanganku. Membuatku sedikit meringis dan mencoba mengalihkan topik pembicaraan.
"Eh, Ly, itu bukannya penyanyi favorit kamu, ya?" ucapku sambil menunjuk seorang penyanyi pria yang sedang bernyanyi di atas panggung.
"Wah, benar, kalau gitu aku ke sana deh mau lihat dengan jelas. Dah, Lidya." Elly pun melambaikan tangannya dan mengajak suaminya pergi untuk menonton pertunjukan idolanya di atas panggung.
"Dasar istri nggak tau diri! Sengaja kamu, ya, nyindir aku." Mas Radit berdesis tajam sambil mencengkram erat tanganku hingga membuatku meringis kesakitan.
"Sakit, Mas, maaf, tadi aku nggak sengaja. Soalnya ngobrol sama dia asyik banget. Dia itu emang suka ngajak ghibah," sahutku mencari alasan.
"Awas aja kalau kamu sampai macem-macem."
Huuh, bisanya hanya mengancam saja. Aku hanya bisa menghembuskan nafas panjang. Lelah sekali menghadapi makhluk egois seperti ini.
"Mas Radit, Mbak Lidya?" Tiba-tiba seorang wanita yang jelas ku kenal datang mendekat. Dia adalah Tia, sahabat Calya yang entah mengapa sudah menjadi musuhnya sekarang. Aku tak tahu pasti, namun Tia pernah berkata bahwa Calya suka tebar pesona dan ganjen pada orang yang suka padanya. Entahlah, aku sendiri masih belum percaya jika Calya melakukan hal itu. Setahuku Calya tidak begitu, dia adalah gadis yang santun dan bisa menjaga kesopanan. Aku saja yang telah jahat padanya hingga membuatnya pergi jauh dariku.
"Eh, Tia, kamu kerja di perusahaan Mas Radit juga?" tanyaku heran. Mengapa Mas Radit tidak pernah cerita kalau dia satu kantor dengannya?
"Heheh, iya, Mbak, aku sekretaris Mas Radit," ucapnya sambil tersenyum kecil.
"Oh, gitu? Aku nggak tau soalnya, maaf, ya. Oh ya, kamu ke sini sama siapa? Mana pacar kamu?" tanyaku karena melihatnya seorang diri.
"Duh, aku nggak punya pacar, Mbak, hehe." Tia hanya menggaruk belakang kepalanya yang tidak gatal.
"Lid, aku mau ke toilet dulu, ya," ucap Mas Radit tiba-tiba. Aku hanya mengangguk pelan dan membiarkannya pergi untuk menunaikan hajatnya di toilet.
"Oh ya, Mbak, aku mau ketemu temen aku dulu di sana, ya." Tia juga berpamitan hingga hanya tersisa aku sendirian di sini. Berdiri linglung karena tak ada lagi orang yang aku kenal selain Tia dan Elly saja.
Aku tidak punya ponsel, bagaimana aku bisa mencari kesibukan. Alhasil aku hanya bengong saja. Melihat penyanyi yang sedang menghibur tamu undangan. Kapan lagi melihat penyanyi terkenal manggung secara gratis selain di sini. Tapi, kenapa Mas Radit lama sekali? Apakah perutnya sangat sakit? Tapi, kami belum makan apapun di sini.
Aku yang merasa haus pun pergi ke meja prasmanan dan mengambil segelas minuman untuk melegakan dahagaku.
"Kamu Lidya, kan?"
Suara seorang pria yang juga sedang mengambil minum di sampingku pun mengangetkan ku. Aku pun melihat wajahnya yang mungkin saja aku kenali. Tapi, aku tak mengenalnya. Siapa dia?
"Maaf, siapa, ya?" tanyaku heran.
"Masa kamu lupa? Saya Fikri, kakak kelas kamu waktu SMA dulu. Saya tanda sama kamu karena tanda lahir di pergelangan tangan kamu ini." Menunjuk tanda lahir di pergelangan tanganku.
Aku melihat tanda lahir yang lumayan mencolok di lenganku.
"Fikri? Yang ketua basket bukan?" tanyaku mencoba mengingat-ingat.
"Nah, iya, betul. Saya dulu pernah jadi ketua " akunya.
Aku sedikit tertegun melihat penampilan yang berubah drastis dari yang dulu. Dulunya, dia sangat petakilan dan berantakan. Tak disangka sekarang dia sangat rapi dan berwibawa. Tapi, anehnya, dulu dia diidolakan banyak gadis di satu sekolah kami. Aku juga tidak tahu darimana mereka melihat ketampanannya hingga tertarik padanya. Ah, mungkin saja karena dulu dia anak basket.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 39 Episodes
Comments
Lusiana_Oct13
waaahhh si TIA jagan2 ada main sama radit soalnya tadi yg tlp berinisial hurup T 😄😄😄😄
2023-02-12
0
Yusi Lestari
apakah inisial T di hp nya Radit adalah Tia🤔🤔 heemm jangan2 mereka punya hubungan lain atau selingkuh dibelakang Lidya
2023-02-05
0
Santi Eprilianti
radit sama tia kya nya ada sesuatu deh,,🤔🤔
patut d curigai
2023-02-03
0