Bab 17

"Baiklah pak, saya harap pak Angga segera melengkapi berkasnya agar bisa segera saya urus"

Angga tersenyum saat berjabat tangan dengan laki-laki yang ada di depannya. Dia adalah seorang pengacara yang akan mengurus perceraiannya dengan Amalia. Angga kaget begitu ada seorang pengacara datang ke kantornya memperkenalkan diri sebagai orang yang akan menangani perceraiannya. Ternyata pengacara itu Erlin lah yang menghubunginya dan memintanya untuk menemui Angga secepatnya. Angga yang merasa tidak menghubungi seorang pengacara terlihat bingung.

"Nanti saya akan menghubungi anda kalau berkas saya sudah siap"

Setelah kepergian pengacara sewaan Erlin, Angga duduk termenung bersender pada kursi kerjanya. Dia berdebat dengan hatinya. Otaknya mengatakan ia harus segera menceraikan Amalia tapi hatinya menolak. Di dalam hati Angga masih ingin mempertahankan Amalia, entah apa alasannya, bukan juga tentang anak. Toh selama ini Angga juga tidak memperdulikan anak anaknya bersama Amalia. Selama ini ia tak pernah perduli dengan darah dagingnya. Pikiran Angga melayang, mengingat perlakuannya pada anaknya Rania yang tak pernah mendapatkan perhatiannya. Apalagi Arya. Angga menghembuskan nafas dalam mengingat bocah laki laki itu. Kenapa dia bisa meragukan status anak itu Angga pun bingung dengan dirinya sendiri. Jauh di dalam hati nuraninya Angga percaya kalau Amalia bukanlah wanita yang mau berselingkuh. Bahkan untuk pergi dengan laki laki lain yang bukan mahromnya tanpa ada yang mendampingi pun ia tak mau walaupun itu urusan pekerjaan.

Otak Angga mulai berfikir serakah, ia mengupayakan agar bisa menikahi Erlin tanpa harus menceraikan Amalia. Tapi dia juga tidak bisa membujuk Amalia agar mau di poligami. Selain dia yang gengsi untuk membujuk Amalia, Angga pun yakin kalau Amalia tidak akan mau di poligami. Amalia adalah wanita yang sangat teguh pendiriannya. Walaupun sikapnya lemah lembut tapi dia orang yang sangat teguh memegang pedoman, tidak gampang di goyahkan pendiriannya, tidak gampang di pengaruhi keputusannya.

Angga mengetuk ngetukkan jari telunjuk di keningnya. Otaknya di paksa bekerja keras untuk berfikir mencari solusi yang tepat. Hingga terlintas satu cara yang mungkin bisa meluluhkan hati Amalia. Ya Angga tersenyum ketika mengingat wajah bocah gembul yang sering di panggil dedek ndut oleh putrinya Rania. Angga berfikir akan meminta maaf kepada Amalia tentang dia yang pernah meragukan Arya sebagai darah dagingnya. Angga yakin Amalia pasti akan sedikit luluh kalau dia melakukan hal itu. Selain untuk meluluhkan hati Amalia jauh di dalam lubuk hati nya dia juga sadar kalau Arya memanglah anaknya.

Angga segera membereskan meja kerjanya begitu jam kerja telah usai. Dia berjalan cepat keluar dari ruangannya menuju tempat parkir dimana mobilnya berada. Dengan kecepatan sedang ia mengemudikan mobilnya menuju ke rumah yang ia tempati bersama Amalia. Walaupun bisa di katakan hampir dua tahun ini hanya Amalia lah yang menempatinya sedangkan dirinya berpindah tempat di apartemen bersama Erlin. Angga menyetir sambil memikirkan rangkaian kata yang akan ia gunakan untuk meminta maaf kepada Amalia. Angga berharap setelah ini Amalia akan mau di poligami.

Angga memang pantas di sebut pria licik. Dia melakukan sesuatu hanya karena ada tujuannya. Tujuan yang hanya menguntungkan dirinya.

Sampai di rumah Angga segera memasuki kamar dan membersihkan dirinya. Setelah berganti pakaian dia segera keluar untuk mencari Amalia. Halaman belakang lah yang ia tuju pertama kali. Karena biasanya Amalia akan bermain dengan anak anaknya di belakang rumah sepulang ia dari ruko. Sampai di halaman belakang ia menemukan Rania dan Arya sedang bermain di temani oleh mak Romlah. Tak di temukan adanya Amalia di sana.

"Mak Rom, Amalia dimana?" dengan sedikit ragu akhirnya Angga bertanya pada mak Romlah. Pasalnya Angga sangat jarang atau bahkan tidak pernah berinteraksi dengan asisten rumah tangganya itu.

"Ibu belum pulang pak, tadi ngasih kabar katanya hari ini akan pulang malam karena sedang menunggu pelanggan yang akan datang ke ruko mengambil pesanan"

Angga manggut manggut mendengarkan keterangan mak Romlah. Angga memandang kedua bocah yang sedang bermain di depan gazebo itu. Mereka adalah darah dagingnya, darah daging yang tak pernah sekedar ia sapa. Bahkan lebih parah lagi yang satu sempat ia ragukan. Angga berjalan mendekati dua bocah gembul itu. Ia duduk di gazebo sambil memperhatikan dua kakak beradik yang sedang bermain. Rania sempat menyapanya sekilas, sedangkan Arya hanya memandang Angga tanpa ekspresi. Ya memang mereka berdua seperti tak saling mengenal, karena bisa di bilang tak pernah ada interaksi antara ayah dan anak laki laki itu.

Hari sudah malam ketika Amalia memasuki rumah. Motornya langsung ia masukkan ke garasi karena ia sudah tidak akan keluar lagi. Dengan tubuh yang terlihat lesu dan lelah Amalia membuka pintu kamar anak anaknya. Bibirnya tersenyum melihat kedua buah hatinya sudah tertidur pulas. Ia lalu berbalik masuk ke dalam kamarnya untuk mandi.

Tubuh Amalia kini sudah segar setelah mandi. Rambutnya tergerai karena habis keramas, setelah babydol tanpa lengan berwarna hijau membuatnya terlihat fresh. Amalia berjalan menuju meja makan, ia berniat sekedar duduk di situ sambil menikmati kopi. Sebelum mendudukkan bokongnya di kursi terlebih dulu ia menyeduh secangkir kopi dan membawa sepiring kecil cake yang ia beli tadi saat perjalanan pulang.

"Enak ya, seorang ibu jam segini baru pulang. Pergi sama siapa kamu?" tiba tiba suara Angga terdengar seperti sambaran petir di telinganya.

Amalia mengambil cangkir kopi dan menyesapnya. Diambilnya sepotong cake untuk ia makan. Ia seperti tak terganggu dengan suara suaminya yang baru saja menggelegar.

"Lia!! kamu dengar tidak, ini suamimu lagi bicara"

Amalia meletakkan sisa cake yang ia gigit ke atas piring, di telannya cake yang berada di mulut.

"Aku pergi sendiri" jawab Amalia dingin.

Setelah mengatakan itu Amalia lalu melanjutkan kembali makan cake sambil minum kopi.

Angga terbengong melihat respon Amalia. Sungguh ia tak menyangka Amalia akan meresponnya seperti itu. Dulu Amalia tak pernah seperti itu, tak pernah berbicara tanpa menatap ke arahnya. Amalia dulu selalu menghormatinya. Bersikap hangat dan hormat. Tapi kali ini Angga tak melihat semua itu ada di diri Amalia.

"Lia, lihat orang yang kamu ajak bicara. Jangan palingkan matamu ke arah yang lain itu tidak sopan Lia" bentak Angga.

Amalia terlihat menghabiskan sisa kopinya, ia lalu berdiri menghadap Angga.

"Maaf, aku ada banyak pekerjaan. Aku permisi"

Amalia pergi memasuki kamar tamu, kamar tamu yang ia sulap menjadi ruang kerjanya saat di rumah.

Angga menaruh kedua tangannya di pinggang. Dia berjalan mondar mandir memikirkan perubahan sikap Amalia. Ia yang tadinya ingin meminta maaf malah menjadi terpancing emosi melihat Amalia yang pulang hampir larut malam. Angga berjalan menuju kamarnya, ia mengernyit melihat pintu kamar tamu yang sedikit terbuka. Angga menghampiri dan melihat ke dalam kamar. Ia memandang Amalia yang sedang duduk di depan laptop, Angga lalu mengedarkan pandangannya ke seluruh ruangan kamar. Terlihat ada banyak sekali tumpukan pakaian yang masih terbungkus dengan plastik berada di atas tempat tidur, sebelah tempat tidur ada tempat untuk menggantung baju. Ada stand kamera juga di sana. "Sejak kapan kamar ini berubah menjadi kantornya Lia" gumam Angga dalam hati. Perlahan Angga meninggalkan kamar itu, ia berjalan pelan menuju kamarnya dan merebahkan tubuhnya.

"Sepertinya rencanaku untuk meminta maaf sama Lia gagal kali ini, mana mungkin ia akan memaafkanku sedangkan dia sudah bad mood duluan mendengar perkataanku tadi. Haahh dasar bodoh kamu Angga"

Angga lalu memejamkan matanya untuk beristirahat.

Angga mendengar ada bunyi panggilan masuk di handphone nya saat ia sedang pulas tertidur. Dengan malas ia membuka matanya, ia melihat jam di dinding kamar menunjukkan pukul satu dini hari. Nama Erlin terpampang di layar saat ia meraih handphone nya. Angga mendesah sambil merebahkan tubuhnya kembali ke atas kasur. Dengan jengkel ia me non aktif kan handphone nya lalu kembali melanjutkan mimpinya yang tertunda.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!