Bab 16

Pyaarrrr serpihan kaca gelas berhamburan di lantai kamar Erlin. Erlin melampiaskan kemarahannya dengan membanting gelas kaca yang ada di depannya. Angga yang melihat itu sempat shock, ia tak menyangka respon Erlin akan se ekstrim itu. Angga meminta Erlin untuk bersabar ketika Erlin meminta Angga untuk segera menikahinya secara sah.

"Anak yang ada di dalam kandungan ku butuh status yang jelas mas. Jangan mengulur waktu terus, kandungan ku sudah semakin membesar" Erlin berkata dengan berapi api.

"Iya, aku tau Lin. Tapi beri aku waktu" Angga berusaha keras menambah kesabarannya.

"Sampai kapan mas? sampai anak ini lahir?"

"Tolong Lin, bersabarlah sebentar, sebentar lagi"

"Lagian susah amat sih mas, kalau istrimu itu nggak mau kamu cerai ya tinggal ia tanda tangan persetujuan pernikahan kita, beres kan. Aku sudah rela jadi yang kedua lo mas, aku nggak egois kayak istri kamu yang kampungan itu"

"Asal kamu tau Lin, aku yang belum ingin cerai dari dia. Dia mah setuju setuju aja buat cerai" gumam Angga dalam hati.

Angga menghembuskan nafas. Lelah, Angga lelah selalu bertengkar dengan Erlin membahas hal yang sama. Tapi memang salah Angga yang tidak segera menentukan keputusan.

Angga keluar apartemen, di lajukannya mobil hitam yang sudah beberapa tahun menemaninya itu. Ia pulang ke rumah untuk menemui Amalia, ia sudah bertekad untuk menceraikan Amalia demi anak yang ada di dalam kandungan Erlin.

Amalia sedang berada di teras depan saat Angga datang. Rania berlari menyosong ayahnya saat melihat Angga turun dari mobil, ia mengulurkan tangan kepada sang ayah. Menjabat dan mencium tangan ayahnya. Sedangkan Amalia langsung mengambil Arya saat bocah gembul itu merangkak akan mendekati Angga. Semenjak Angga mempertanyakan soal status darah Arya, Amalia tak pernah lagi mendekatkan putranya kepada Angga. Amalia tidak pernah membiarkan buah hatinya itu mengenal Angga.

Angga tak lagi fokus dengan anaknya yang mengulurkan tangan menyalaminya. Dia terpesona melihat penampilan Amalia sore itu. Amalia yang terlihat cantik dengan memakai celana jeans selutut dan kaos putih oblong yang pas di badannya, tidak terlalu ketat dan tidak terlalu kegedean. Rambut panjangnya diikat tinggi yang orang sering bilang di kuncir kuda. Bibir tipisnya berhias lipstik tipis dengan warna orange bata yang sangat cocok untuk kulit Amalia yang kuning langsat. Make up natural yang menempel di wajah Amalia membuatnya terlihat sangat elegant.

"Ayaaaaah" teriakan Rania mengagetkan Angga yang sedang larut menikmati wajah Amalia.

"Aku masuk dulu ya yah, daaaa" Rania pamit kepada Angga, karena akan mengikuti adiknya yang di bawa masuk oleh bundanya.

Angga tersenyum kikuk sambil melambaikan tangan kepada Rania.

"Lia" Amalia menoleh mendengar panggilan Angga.

"Iya" jawaban singkat Amalia membuat Angga salah tingkah.

"Bisa kita bicara?" kata Angga dengan gugup.

"Baiklah, aku titip anak anak dulu sama mak Romlah"

Amalia segera pergi untuk menyerahkan anak anaknya sama mak Romlah setelah mendapat anggukan dari Angga.

Angga dan Amalia kini duduk di ruang tamu rumahnya. Amalia duduk dengan santai menunggu Angga memulai pembicaraan.

"Aku..... mau kita..... " suara Angga seperti tercekak tak bisa keluar. Seolah mulutnya tidak mampu untuk mengatakan kata cerai.

"Kita kenapa mas?" dengan sabar Amalia menunggu jawaban Angga. Walaupun Amalia sudah bisa menebak apa yang akan diucapkan Angga tapi Amalia lebih memilih bersabar menunggu Angga mengatakannya.

"Hmm. Aku mau kita berpisah"

Amalia yang memang sudah mempersiapkan dirinya dari awal untuk hal itu jadi dia terlihat biasa saja. Dengan santai ia merespon apa yang Angga inginkan.

"Baiklah, silahkan mas urus secepatnya"

"Secepatnya?" tanya Angga sedikit kaget. Ia memandang mata Amalia dalam.

"Tentu saja secepatnya, bukankah kamu harus segera menikahi wanitamu. Semakin lama kamu menundanya kehamilan nya semakin membesar"

Angga terdiam mendengar apa yang dikatakan oleh Amalia. Dalam hati Angga membenarkan apa yang dikatakan oleh Amalia. Dia tidak bisa menunda nunda lagi, ia harus segera mengurus semuanya sebelum kandungan Erlin membesar.

Angga terdiam mendengar jawaban Amalia. Entah kenapa dulu dia sangat ingin menceraikan Amalia tapi kenapa sekarang ia malah berat untuk melakukan nya.

"Aku ngikut saja mas, silahkan kamu urus. Aku tidak akan menuntut apapun, aku hanya minta hak asuh anak, itu aja"

"Kau tidak mau harta gono gini" tanya Angga sambil memicingkan mata.

Amalia tersenyum mendengar pertanyaan dari Angga.

"Aku yakin semua rizki sudah diatur sama yang maha Kuasa. Jadi kalau apa yang ikut aku perjuangkan selama ini harus hilang, berarti bukanlah rizkiku. Yang penting anak anak ada bersamaku"

Angga terdiam mendengar jawaban Amalia.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!