Amalia menggenggam erat tangan putri mungilnya. Sudah hampir satu minggu putrinya terbaring lemah di atas ranjang rumah sakit. Perut Amalia yang sudah membesar membuat punggungnya nyeri karena terlalu lama duduk. Ia meringis memegang pinggangnya. Melihat putrinya sudah tertidur pulas, Kamelia melepas genggamannya dengan pelan. Ia beranjak dari duduknya dan berjalan ke arah sofa panjang di samping ranjang. Di rebahkannya tubuhnya yang lelah. Diusap nya perut buncit miliknya.
"Sabar ya sayang, kita tungguin kakak lagi sakit" Amalia berbicara dengan janin yang ada di dalam perutnya.
Amalia meringis mendapat tendangan keras dari calon anaknya. Dielus nya perut yang menonjol panjang seperti siku. Amalia tersenyum sambil terus mengelus nya.
"Sehat terus ya sayang. Baik baik kamu di dalam perut bunda" ucap Amalia untuk sang buah hati yang masih bergelung di dalam rahimnya itu. Seolah mengerti janinnya bergerak pelan di dalam tempat nyamannya.
Amalia memandang kontak suaminya, berharap ada sebuah pesan atau telpon masuk darinya sekedar menanyakan kabar tentang putri mereka. Saat Rania putrinya masuk rumah sakit Amalia menghubungi Angga untuk memberikan kabar. Lima kali panggilan Amalia tak terjawab, lalu ia memutuskan untuk memberi tau suaminya lewat pesan. Hati Amalia lega melihat pesan yang dikirimnya sudah tercentang biru. Amalia lalu mengirim nama rumah sakit, alamat rumah sakit dan nomor kamar rawat inap nya. Tapi sayang pesan yang tidak ada balasan ataupun kedatangan suaminya. Satu yang Amalia syukuri Rania tak menanyakan ayahnya saat berada di rumah sakit. Rania terbiasa mencari keberadaan ayahnya saat sakit. Tapi kali ini Rania seolah mengerti dengan kondisi bundanya yang tidak mungkin memaksa ayahnya untuk datang menjenguknya.
"Gimana dokter?" tanya Amalia saat pagi ini dokter datang untuk memeriksa anaknya.
"Kondisinya sudah membaik bu, besok adik Rania sudah bisa pulang" jawab dokter muda itu dengan tersenyum ramah.
"Trimakasih dokter" ucap Amalia dengan menghembuskan nafasnya lega.
...****************...
Amalia memesan sebuah taksi untuk mengantarnya pulang dari rumah sakit. Amalia mengusung barang barangnya terlebih dulu sebelum membawa anaknya keluar. Amalia menggendong anaknya keluar rumah sakit menuju dimana taksi pesanannya terparkir. Sebelum nya Amalia sudah memasukkan barang barangnya terlebih dahulu ke dalam taksi.
Puji syukur Amalia ucapkan saat taksi yang di tumpangi nya memasuki pelataran rumah.
Amalia memasuki rumah dengan menggendong Rania. Matanya memandang ke segala penjuru rumah. Sepertinya suaminya tidak ada di rumah. Setelah mengantar putrinya masuk ke dalam kamar, Amalia berjalan menuju dapur, dia menghembuskan nafas lelah ketika melihat perabot kotor menumpuk serta berbau. Amalia berjalan ke arah cucian, pakaian kotor menggunung di atas mesin cuci. Amalia menyingsingkan bajunya mulai membereskan semua pekerjaan. Di dalam hati Amalia terus beristighfar agar di beri kesabaran dan kekuatan fisik untuknya.
Amalia mengistirahatkan tubuhnya dengan berselonjor di kursi sofa ruang tengah depan TV. Dia senderkan punggungnya pada tangan sofa, di pijit nya kaki yang sedikit membengkak mungkin karena tubuhnya yang kurang gerak saat menunggui putrinya selama di rumah sakit. Merasa sedikit enakan dia beranjak, berjalan menuju dapur untuk memasak. Perutnya yang sudah mulai minta diisi dan juga anaknya yang sebentar lagi waktu meminum obat membutuhkan makanan untuk mengisi perut. Dengan menahan tubuh yang terasa lelah, Amalia memaksa tubuhnya untuk tetap berdiri menyelesaikan masakannya.
Akhirnya Amalia bisa mengistirahatkan tubuhnya. Dia rebahkan tubuh yang sudah terasa lelah dari tadi itu di samping putrinya. Malam ini dia tidur di kamar sang putri untuk menemani putrinya yang masih dalam masa pemulihan.
Disaat Amalia ingin memejamkan mata terdengar suara deruman mobil suaminya. Amalia hanya mendengarkan kedatangan suaminya dari dalam kamar. Hati dan tubuhnya enggan untuk menyambut kedatangan suaminya. Amalia memejamkan matanya menyusul putrinya yang sudah pulas dari tadi.
...----------------...
Angga memeluk tubuh polos wanita yang baru saja disetubuhi nya. Dia bergeser mengambil handphone genggamnya yang terletak diatas nakas saat terdengar bunyi tanda pesan masuk. Tadi ada beberapa panggilan yang ia abaikan. Dia enggan menjawab panggilan karena sedang mengarungi kenikmatan. Dibukanya pesan dari istrinya yang mengabarkan bahwa putrinya sedang sakit dan masuk rumah sakit. Dengan malas Angga meletakkan kembali handphone nya di atas nakas tanpa membalas pesan dari istrinya. Angga mengira itu adalah alasan yang istrinya buat agar dirinya pulang. Dengan cuek Angga mengabaikan pesan itu. Malam hari saat dia pulang dari apartemen selingkuhannya ia mendapat kan rumah yang gelap. Angga membuka pintu rumah menggunakan kunci cadangan yang ia bawa. Masuk kedalam rumah lalu menyalakan lampu. Ia berputar mengelilingi rumah mencari keberadaan istri dan anaknya. Tapi nihil. Angga baru sadar apa yang di kabarkan istrinya itu memang benar. Tapi karena gengsi Angga tak mau melihat putrinya di rumah sakit. Dia sadar bahwa dirinya sangatlah keterlaluan. Tapi sudah terlanjur dia merasa akan kehilangan harga diri bila menyusul anak dan istrinya di rumah sakit. Rasa khawatir terhadap putrinya terkalahkan dengan rasa gengsi terhadap istrinya. Entah seberapa besar harga yang di patok Angga untuk dirinya sehingga membuatnya menjadi manusia sombong dan angkuh terhadap istrinya sendiri.
Beberapa hari pulang kerja tanpa di sambut oleh sang istri membuat Angga merasa ada yang hilang. Tapi hatinya yang telah mengeras membuat dirinya gengsi untuk mengakuinya.
Hari ini Angga pulang agak awal tidak seperti biasanya. Dia melihat lampu rumahnya yang sudah menyala. Di bukanya pintu rumah yang ternyata tidak di kunci. Ia meletakkan tas kerjanya di atas sofa dan berjalan memasuki ruang makan. Dilihatnya ada makanan terhidang di atas meja. Dia duduk mengambil piring yang sudah tersedia di meja. Dia mengisi piringnya dengan nasi dan juga lauk pauk yang sudah tersedia di sana. Lidahnya mengecap rasa nikmat masakan yang lama tak di rasakannya. Dalam hatinya mengakui kehebatan istrinya dalam segala hal. Tapi entah kenapa dia masih bisa melirik wanita lain di luaran sana. Jika di tanya, apakah dia bersedia melepas istrinya dengan mantap ia akan menjawab tidak. Tapi entah kenapa dia selalu menyakiti hati istrinya. Mungkin karena istrinya yang selalu diam di saat disakiti membuat Angga berada di atas angin. Membuat Angga mengira istrinya tidak akan bisa tanpa dirinya. Tanpa ia ketahui istrinya tetap bertahan hanya demi sang buah hati. Rasa cinta yang ada di dalam hati istrinya terkikis sedikit demi sedikit oleh perilaku nya. Terkikis hampir habis oleh kesakitan kesakitan yang istrinya terima dari nya.
Ada dua perilaku yang dapat mengubah hati manusia. Yang pertama perilaku baik yang akan merubah hati manusia dari yang keras menjadi lembut. Yang kedua perilaku buruk yang akan merubah hati manusia yang lembut menjadi keras dan kebas.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 33 Episodes
Comments
Sylvi Anggraini
sabar amat yah mending cerai buat apa diteruskan
2023-09-26
0
Indah Alifah
betul itu Thor karna sakit yg begitu dalam membuat hati kita yg tdinya lembut ramah berubah menjadi keras,cuek,dingin....pertanyaan2 yg selalu kulontarkan dalam hati kenapa yah sikapaku berubah sekarang berasa kehilangan jati diri ternyata jawabnya Akau meenemukanya di cerita novel2 yg baru kusadari
2023-03-25
2
Rose_Ni
sabar sampai kapan?
2023-02-15
1