Bab 11

Amelia pergi ke dapur membuat Susu untuk putrinya ketika mak Romlah memasak untuk makan malam. Susu sapi varian coklat sudah disiapkan mak Romlah di dalam gelas ketika Amalia memasuki pintu dapur.

"Biar aku aja mak" kata Amalia ketika mak Romlah akan menuang air panas ke dalam gelas yang sudah berisi bubuk susu.

"Kalau nyeduh susu pakainya air anget mak, jangan air panas nanti kandungan nya ada yang rusak" kata Amalia menerangkan.

"Ow gitu ya bu, maaf saya ndak tau"

"Iya mak, ndak pa pa besok besok besok kalau bikinin susu untuk Rania pakainya air anget ya mak" kata Amalia sambil tersenyum.

Sedangkan diruang tamu terdengar pertengkaran dua sejoli yang tak punya malu. Erlin yang marah karena merasa di cueki oleh Angga, sedangkan Angga asik dengan prasangka buruknya terhadap Amalia. Sehingga membuatnya tak memperhatikan keluhan Erlin.

Erlin melirik sewot ke arah pintu dimana Amalia menghilang, ia merasa Angga tak mendengarkan perkataannya karena sedang memperhatikan rivalnya itu.

"Kamu dengerin aku nggak sih mas?" bentak Erlin yang sedang kesal.

"Iya aku dengerin. Udah kamu pulang duluan sana ntar aku nyusul ke apartemen" Angga berkata sambil mengurut keningnya yang mulai terasa pusing menghadapi tingkah Erlin.

"Ow jadi kamu ngusir aku mas, kamu lebih memilih bersama istrimu ketimbang nemenin aku. Ingat mas aku ini sedang hamil anak kamu" kata Erlin dengan mata berkaca kaca.

Angga yang tidak tega melihat Erlin yang hampir menangis segera menenangkannya dengan memeluk dan mengelus rambut Erlin bersamaan dengan Amalia yang melintas membawa sebotol susu untuk putrinya Rania.

Amalia sempat menghentikan langkahnya sebentar ketika melihat suaminya berpelukan dengan Erlin, ia tertegun melihat sepasang kekasih di depannya itu. Tapi tak lama, ia segera melanjutkan langkahnya kembali menuju kamar putrinya.

Angga yang melihat Amalia melewati dia dan Erlin segera melepas pelukukannya dari Erlin. Entah mengapa hatinya lama lama geram melihat Amalia tak menunjukkan rasa cemburu. Angga lalu berdiri dan memanggil Amalia.

"Lia" panggil Angga dengan sedikit membentak.

Amalia berhenti lalu menoleh.

"Iya"

Jawaban yang singkat justru membuat Angga semakin terbakar amarah. Dia yang memprovokasi tapi dia sendiri yang terpengaruh. Sedangkan Amalia masih terlihat tenang dengan raut wajah cuek.

"Kamu tidak lihat kita kedatangan tamu, bikinkan minum untuk Erlin!" perintah Angga kepada Amalia dengan membentak nya.

Erlin yang mendengar itu ikut berdiri dan tersenyum menang karena merasa lebih disayangi oleh Angga dari pada Amalia. Erlin merasa Angga lebih mengutamakan dirinya dan lebih membelanya dari pada Amalia. Erlin tidak tau saja bahwa Angga melakukan itu hanyalah demi kepuasan hatinya. Hatinya yang panas karena mengira Amalia mempunyai pria idaman lain.

Dengan santai Amalia menunjukkan botol susu Rania yang berada di tangannya. Ia mengangkat botol susu itu sambil menggoyang nya.

"Kamu bisa memanggil mak Romlah untuk dimintai tolong membuat minum untuk kalian. Atau kamu bisa membuat sendiri minuman untuk nya, bukankah orang spesial akan selalu diperlakukan spesial. Jadi dengan membuat minuman dengan tanganmu sendiri akan membuatnya merasa lebih di sayangi" setelah mengatakan itu Amalia lalu kembali melanjutkan jalannya menuju kamar anak anaknya.

Angga terbengong melihat reaksi istrinya. Bayangan Angga Amalia akan marah marah ternyata tak terwujud. Angga mengepalkan kedua tangannya erat sampai kuku jarinya terlihat putih. Matanya melotot menahan amarah, hatinya semakin yakin kalau Amalia mempunyai laki laki lain.

"Mas, aku tau aku spesial buat kamu. Tapi nggak usah kamu sendiri yang bikinin minuman buat aku, aku nggak apa apa kalau yang membikinkan minuman untuk ku adalah seorang pembantu. Dari pada aku ditinggal sendirian, mending pembantu aja yang bikin minum" kata Erlin sambil bergelayut manja di tangan Angga.

"siapa juga yang mau bikin minuman buat kamu, emang aku pembantu" Angga berkata dalam hati sambil mendelik ke arah Erlin.

Angga buru buru mengubah ekspresi wajahnya ketika Erlin memandang wajahnya. Ia tersenyum memasang muka manis di hadapin Erlin. Angga tidak mau kalau Erlin kembali marah marah melihat wajahnya yang jutek. Angga mengangguk memberikan jawaban lalu mengajak Erlin kembali duduk.

"Maaakkk" teriak Angga memanggil mak Romlah.

Tak berselang lama mak Romlah datang memasuki ruang tamu.

"Buatkan minum! satu teh, satu kopi yang pahit" Angga mengucapkan yang pahit sambil mengeram kesal. Suaranya dibuat tinggi sedikit membentak.

Setelah menganggukkan kepala mak Romlah lalu pergi meninggalkan ruang tamu untuk membuat minuman.

"Kamu kenapa sih mas?" tanya Erlin saat melihat wajah Angga yang terlihat kesal.

Angga hanya menggelengkan kepala, dia menyenderkan punggungnya di sandaran kursi. Angga mendesah sambil mengangkat satu kakinya membuat gerakan menendang ke depan.

Erlin yang melihat tingkah Angga mengernyit bingung, mulutnya yang sudah terbuka akan bertanya kembali pada Angga ia urungkan karena melihat mak Romlah yang sudah datang membawa dua cangkir minuman.

...----------------...

Amalia berjalan menuju meja makan sambil menggandeng Rania putrinya. Sedangkan si kecil Arya sudah tertidur pulas setelah kenyang menyusu tadi. Rania berjalan dengan melompat lompat di samping ibunya, dengan tangan yang satunya menenteng botol susu yang isinya sudah disedot nya habis. Bibirnya tak henti hentinya berceloteh cerewet bertanya apa saja membuat Amalia terkadang sampai bingung untuk memberi jawaban.

Sampai di meja makan, Rania langsung bungkam begitu melihat ada orang asing duduk di samping ayahnya. Rania mengernyit begitu pandangannya mengarah kepada ayahnya.

"Ayah tumben di rumah, sudah nggak sibuk?" tanya Rania dengan polos.

Angga mengangguk sambil memaksa bibirnya untuk tersenyum melihat putrinya.

Amalia mendudukkan putrinya di kursi lalu ia duduk disebelah Rania. Amalia menyendok nasi lalu sayur dan lauk. Angga sudah bersiap menerima makanan yang yang sudah diambil Amalia, tapi ternyata makanan itu bukanlah untuknya, Amalia mengambil makanan itu untuk dirinya sendiri. Diletakkannya piring berisi makanan itu di depannya. Amalia lalu kembali mengambil piring dan menyendok nasi kembali, Angga mengernyit melihat nasi yang sangat sedikit yang ditaruh di atas piring ke dua itu. Karena Angga mengira piring ke dua itu untuknya.

"Makacih bunda" kata Rania sambil tersenyum senang setelah Amalia meletakkan sepiring makanan dengan lauk kesukaannya.

"Sama sama sayang, ayo cepat di makan. Setelah ini kita belajar ya sayang" kata Amalia sambil tersenyum.

Baru saja Angga akan menggebrak meja karena amarah, tapi diurungkan setelah mendengar rengekan manja Erlin.

"Mas, kayaknya anak kita mau telur ikan itu deh" kata Erlin sambil menuding telur ikan yang tersaji di piring.

"Ya udah ambil aja" kata Angga dengan pandangan tertuju pada Amalia yang sedang makan dengan lahap.

"Ambilliiinnn" rengek Erlin

Angga menghembuskan nafas lelah lalu berdiri mengambil piring dan di isinya dengan nasi dan telur ikan, lalu di letakkan di hadapan Erlin. Ia mengambil sepiring makanan lagi untuk dirinya sendiri.

"Itu teman ayah?"

Tanya Rania setelah menyelesaikan makanannya, sedangkan Amalia membawa piring kotor punyanya dan punya Rania untuk di bawa ke tempat cuci piring.

Angga yang sedang mengunyah makanan berhenti sejenak. Ia mengangguk ke arah Rania untuk memberi jawaban. Sedangkan Erlin mendelik sebal melihat anggukan Angga kepada Rania. Erlin ingin protes karena hanya diakui sebagai teman di depan anaknya.

"Ayo sayang, kita kembali ke kamar, kakak kan harus belajar" ajak Amalia pada Rania.

Rania lalu melompat turun dari kursinya berjalan menghampiri Amalia. Di sepanjang perjalanan mulut Rania tak henti hentinya berceloteh menanyakan ini dan itu. Hingga ada satu pertanyaan yang membuat Amalia bingung untuk menjawabnya.

"Bund itu temen ayah kok main malem malem. Kalau udah malem kan nggak boleh main ya bund, apa teman ayah nanti nggak dimarahi bundanya kalau mainnya sampai malem bund?"

Amalia tersenyum ke arah sang putri sambil memikirkan jawaban yang bisa diterima putrinya itu.

"Itu teman ayah kan orang dewasa sayang, dia bukan main. Tapi mungkin ada urusan pekerjaan sama ayah, makanya sampai malem di sini nya"

"Oww itu teman kerja ayah bund?" Rania kembali bertanya.

Amalia mengangguk sambil tersenyum memberi jawaban untuk putrinya.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!