Bab 9

Angga memarkirkan mobilnya di pinggir danau, ia duduk di atas kap mobil sambil jemarinya menjepit batang rokok, mulutnya sedari tadi mengepulkan asap. Sedangkan otaknya berputar keras. Jauh di dalam lubuk hatinya dia belum mau kehilangan Amalia, tapi dia juga harus bertanggung jawab dengan bayi yang sedang di kandung Erlin. Angga belum bisa memilih satu diantaranya. Dia berusaha berfikir untuk menemukan cara agar bisa memiliki keduanya.

Angga mengepulkan asap dari hisapan terakhirnya. Dibuangnya puntung rokok ke sembarang arah. Dia turun dari dari kap mobil lalu masuk dan menjalankan mobilnya.

Angga menghentikan mobilnya di depan rumah berbentuk minimalis dengan pelataran yang sangat luas. Ia membuka sendiri gerbang rumah yang pemiliknya masih tertidur pulas.

Setelah gerbang terbuka Angga memasukkan mobilnya lalu turun, Angga berjalan menuju pintu gerbang untuk menutupnya kembali. Angga lalu duduk di kursi teras, sambil menyenderkan punggungnya ia mengambil handphone yang berada di dalam saku kemejanya. Tuuutt.... tuuttttt.... tuuuttt..... setelah lima kali Angga melakukan panggilan barulah sang empu nomor kontak meresponnya.

"Halo"

Suara serak khas bangun tidur menyapa gendang telinga Angga.

"Keluar lo!"

Jawab Angga singkat.

"Keluar gimana maksud lo?" jawab Robi dengan malas.

Robi adalah teman Angga sedari sekolah menengah atas, mereka juga sama sama menempuh pendidikan di Fakultas yang sama. Hanya setelah bekerja saja mereka tidak sama sama lagi. Tapi Angga dan Robi masih lumayan sering bertemu walaupun setelah Angga berumah tangga. Sedangkan Robi masih betah sendiri sampai sekarang.

"Gue ada di depan rumah lo"

Robi melirik jam dinding yang ada di kamarnya, jarum jam menunjuk ke angka tiga. Robi mendesah lalu meletakkan handphone genggamnya tanpa mematikan panggilan. Robi bergerak malas menuruni ranjangnya berjalan keluar membuka pintu sambil menggeram jengkel. Begitu pintu terbuka Robi melonjak kaget karena melihat Angga berada tepat di depan pintu dengan rambut yang awut awutan. Robi menendang kaki Angga keras sambil mengumpat.

"Brengsek! gue kira lakinya kunti lo"

Angga meringis mendapat tendangan yang lumayan keras dari Robi. Dia mengusap ngusap kakinya yang terasa sakit dengan mengumpati Robi.

"Sial! emang muka gue seserem itu"

Angga nyelonong masuk melewati Robi yang masih menenangkan jantungnya yang sempat berlompatan karena kaget.

"Hei, gue belum nyuruh elo masuk brengsek"

Angga dengan cueknya terus berjalan ke arah sofa tanpa memperdulikan omelan Robi. Angga membaringkan tubuhnya di sofa panjang ruang tamu rumah Robi.

"Nggak sopan banget lo, jam segini bertamu ke rumah orang. Nggak punya rumah lo?! jam segini ke rumah orang" Robi bicara dengan tersungut sungut kesal.

Angga hanya diam mendengar omelan Robi tanpa menjawabnya. Angga meletakkan lengannya diatas kening, dia menghembuskan nafas lelah.

"We bro! ada apa lo jam segini gangguin gue?"

Robi mengangkat kakinya bersiap menendang Angga kembali. Tapi diurungkan setelah mendengar perkataan Angga.

"Gue lagi pusing Rob, lagi bingung gue" ucap Angga dengan lesu.

"Napa lo? kena pecat?"

Robi duduk di sofa tunggal samping Angga.

Angga bangun dari baringnya, ia duduk dengan menyenderkan punggungnya di sandaran kursi.

"Gue bingung, si Erlin hamil gue harus tanggung jawab untuk nikahin dia"

"La terus bini lu?" Robi menyilangkan kakinya mengatur posisi duduk yang dirasa enak.

"Dia nggak mau dimadu"

"Ya udah lo cere aja dia, gampang kan" Robi bangkit berdiri menuju pantry rumahnya.

Tak berselang lama Robi sedang datang kembali dengan membawa dua cangkir kopi.

"Nih, ngopi dulu biar agak beningan dikit tu muka lo" Robi meletakkan secangkir kopi di meja depan Angga.

Robi meminum kopinya lalu duduk di tempatnya yang tadi.

Setelah minum, diletakkannya cangkir kopi lalu ia memandang lekat ke arah temannya itu.

"Lagian, apa sih kurangnya Amalia? udah cantik, kalem, pinter ngurus anak, pinter bantu cari uang. Dia sempurna bro" Robi meminum kembali kopinya untuk menghalau kantuk yang masih menyerangnya.

"Maka dari itu gue nggak mau lepasin dia Rob, tapi dia nggak mau dimadu. Sedangkan gue harus nikahin Erlin"

"Lo yakin itu anak lo?"

Angga mengambil bantal sofa dilemparkannya ke arah Robi.

"Brengsek! ya anak gue lah"

Robi tertawa kencang mendengar umpatan Angga.

"Jangan sampai aja lo harus tanggung jawab darah daging orang sedangkan anak sendiri lo telantarin. Gila lo emang" Robi geleng geleng kepala melihat tingkah Angga.

"Gue harus gimana Rob? bingung gue" Angga menjambak rambutnya frustasi.

"Ya udah lo cerein aja bini lo, toh nggak lo cerai juga lo sia siain. Nggak lo anggap bini. Jadi ya udah dilepas aja sekalian biar kamu bebas sama si lampir kegatelan itu"

"Bisa kasih solusi lain nggak?" mata Angga terlihat memohon pada Robi.

"Enggak" jawab Robi cuek.

"Lo lepas deh bini lo, biar gue yang nafkahin. Bekas lo juga nggak pa pa asal si Lia" ha ha ha ha ha

Angga mendelik ke arah Robi. Tapi Robi hanya menanggapinya dengan tertawa.

"Gue berat banget kalau harus milih salah satu diantara mereka. Kalau gue lepas istri gue ntar gimana anak gue. Tapi gue juga nggak mau ngegugurin anak yang ada di kandungan Erlin. Nggak tega gue"

"Anak lo ya nggak gimana mana lah, ada ibunya. Selama ini juga hanya ibunya kan yang ada buat anak anak lo. Kapan lo pernah ada buat mereka? bahkan saat bini lo lahiran aja lo nggak ada di sana. Lo malah indehoy ama si kuntilanak. Gue yakin tanpa lo Lia nggak akan kenapa napa, buktinya selama ini dia juga bisa sendiri. Coba lo inget inget deh, kapan lo terakhir kali ngasih Lia uang nafkah? istri lo itu punya suami tapi seperti janda. Cari nafkah sendiri, ngurus anak sendiri, apa apa sendiri. Sadar nggak sih lo?"

"Tau ah! gue kesini mau cari ketenangan dan solusi malah lo bikin pusing. Gue pulang" Angga bangkit dari duduknya berjalan keluar rumah Robi bertepatan dengan suara adzan yang menggema dari jam kotak bergambar Ka'bah yang tertempel didinding rumah Robi.

"Brengsek dah lo, setelah ganggu boni gue lo pergi gitu aja. Emang gila lo" umpat Robi kesal.

Angga berhenti dan menoleh ke arah Robi.

"Apaan tu boni?" tanya Angga sambil memicingkan mata

"Kamu nanya?" jawab Robi sewot

Angga mengambil sepatu yang berada di atas rak kecil samping pintu, dilemparkannya ke arah Robi.

"Sial! teman minim akhlak"

"Jawab nggak, apaan boni? Kalau lu nggak jawab gue lempar semua sepatu lo keluar"

"Segitunya kepo ama boni" cibir Robi.

"Boni ntu bobok manis, puas lo" Robi mengerucutkan bibirnya sebal.

Sedangkan Angga berlalu pergi meninggalkan rumah Robi tanpa menggubris omelan Robi yang panjang seperti kereta api.

Terpopuler

Comments

Rose_Ni

Rose_Ni

kamu bertanya-tanya?

2023-02-15

0

Rose_Ni

Rose_Ni

Jeni?bukannya Erlin Thor

2023-02-15

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!