Tampak rembulan bersinar di langit yang gelap, di sampingnya terlihat dua buah bintang yang mencolok sinarnya. Dua laki laki sedang menikmati kentalnya kopi dan hisapan asap rokok. Mereka duduk meleseh di pelataran depan rumah.
"Giliran susah aja nyariin gue, brengsek emang lo" umpat Robi yang diganggu waktu istirahatnya oleh Angga. Robi tersungut kesal mengingat tingkah Angga.
Angga datang menggedor pintunya saat Robi akan masuk ke dalam kamar berniat untuk mengistirahatkan tubuhnya. Robi yang lelah karena sudah seharian bekerja di tambah jam lembur sampai malam membuatnya enggan membuka pintu begitu tau yang datang adalah Angga. Tapi Angga terus menggedor pintu rumahnya sambil berteriak membuatnya kesal sekaligus takut bila tetangganya ada yang keluar marah marah karena merasa terganggu. Ingin sekali Robi menonjok muka temannya yang menyebalkan itu tapi Robi takut akan berujung laporan penganiayaan dan berurusan dengan polisi.
"Ngertiin gue dong friend please..." kata Angga memohon
"Bullshit! pran pren pran pren. Giliran lagi susah butuh tempat curhat aja loe bilang pren. Pret! itu yang bener"
"Pusing banget gue, sumpah kayak mau meledak ni kepala"
Ciiihhh Robi mencibir.
"Baru gitu aja pala loe dah mau meledak, apa kabar istri loe yang ngadepin semua sendiri. Ngurus anak sakit sendiri, lahiran berangkat sendiri. Ngadepin suami bejat kayak loe juga sendiri"
"Gue tau gue salah. Tapi masalahnya sekarang gue nggak bisa milih salah satu diantara mereka sob"
"Ya loe pilih aja si Erlin. Kalau si Erlin tanpa loe tumbang dia, kan nggak ada pemasukan. Kalau si Lia mah tanpa loe oke aja, secara dia wanita mandiri secara financial. Nggak butuh loe dia" ha ha ha ha ha ha ha ha Robi tertawa keras merasa bisa mengejek sahabatnya.
"Kampret loe" umpat Angga kepada Robi.
"Gue curiga, jangan jangan istri gue punya selingkuhan. Soalnya Rob dia cuek gitu aja waktu tau hubungan gue sama Erlin. Bahkan waktu dia mergokin gue pelukan sama Erlin dia cuek juga. Padahal gue udah siap siap loh buat ngelindungin si Erlin kalau kalau dia ngelabrak Erlin"
Robi tertawa kencang mendengar cerita Angga.
"Eh kampret, loe pikir Lia perempuan remeh kayak kekasih hati loe si Erlin. Lia itu wanita cerdas njing. Dia mungkin ngerendahin dirinya sendiri dengan melabrak demenan loe. Lia wanita terhormat sudah pasti dia tidak akan melakukan itu. Bertengkar, jambak jambakan gitu? nggak levelnya Lia lah"
"Anjing loe ah" Angga merebahkan tubuhnya di atas tikar yang mereka duduki.
"Udah deh, kalau loe nggak bisa lepasin Erlin, lepasin aja istri loe. Kasihan dia, loe sakitin mulu hatinya. Lepasin aja, dia juga berhak bahagia"
"Tapi____"
"Jangan egois loe! kasian bini loe. Lama dia stres punyak laki brengsek kayak loe"
...----------------...
Angga termenung sendiri di rooftop gedung apartemen Erlin. Ia menyelinap keluar ketika Erlin sudah tertidur pulas. Angga memikirkan perkataan Robi kemarin malam,
"kalau loe nggak bisa lepasin Erlin, lepasin aja istri loe. Kasihan dia, loe sakitin mulu hatinya. Lepasin aja, dia juga berhak bahagia"
Entah mengapa hatinya merasa tak rela jika dia harus melepaskan istrinya. Tapi dia juga tidak mau melepaskan Erlin. Angga berfikir bahwa ucapan Robi memang benar, Lia adalah wanita yang mandiri, tanpanya dia bisa melakukan apa pun. Sedangkan Erlin, sedikit sedikit merengek. Makin kesini hati Angga makin tak terima dengan perlakuan Amalia yang cuek padanya. Padahal kalau di pikir pikir selama ini Angga juga tak menghiraukan keberadaan Amalia.
Hampir satu bungkus rokok ludes di hisap oleh Angga untuk menemani hatinya yang galau. Tak tau kenapa saat ia mulai berfikir untuk melepas Amalia terselip rasa rindu di dalam hatinya untuk istrinya itu. Angga pun menyadari bahwa sudah lama dia mengabaikan keberadaan Amalia. Tak menganggap keberadaannya. Sedikit demi sedikit dia mulai menyadari kesalahannya. Di tambah dengan omongan pedas dari sahabatnya Robi yang mengingatkan kenyataan bahwa dia terlalu bejat untuk Amalia. Tapi saat dia berfikir ingin melepas istrinya hatinya seolah tak terima. Tiba tiba menyelinap rasa rindu di dalam hatinya untuk Amalia. Rasa yang sudah lama hilang dari dalam hatinya semenjak kebersamaannya dengan Erlin dua tahun lalu. Tepatnya semenjak Amalia mengalami masa ngidam pada kandungan ke duanya.
Setelah tak tersisa satu pun batang rokok Angga lalu bangkit membuang bungkus dan puntung rokok ke tempat sampah. Ia lalu turun untuk menuju unit apartemen Erlin. Ya apartemen itulah saksi bisu perselingkuhan mereka. Apartemen yang Angga sewa agar bisa menemui Erlin kapan pun dia mau. Dan sekarang ini dia juga harus memikirkan membeli sebuah rumah untuk memenuhi rengekan Erlin. Erlin minta dibelikan rumah dengan alasan lingkungan apartemen tidak bagus untuk anaknya bila lahir nanti. Karena anak anak butuh ruang untuk bermain, butuh halaman yang luas untuk belajar bersepeda, butuh lingkungan yang bisa untuk anak belajar bersosialisasi.
Sebelum itu dia juga harus segera menyelesaikan perpisahannya dengan Amalia agar bisa segera menikahi Erlin sebelum perutnya membesar, karena Amalia tidak mau di madu. Otomatis dia harus membereskan perceraiannya terlebih dahulu agar bisa menikahi Erlin. Semua itu membuat kepala Angga seolah akan pecah terbelah jadi dua. Belum juga menghadapi rengekan rengekan Erlin bila sedang menginginkan sesuatu. Dengan berdalih mengidam, untuk menuruti keinginan anak Erlin selalu menuntut dan meminta sesuatu yang kadang membuat Angga bertambah pusing.
Angga memasuki pintu apartemen, ia masuk ke dalam kamar. Dilihatnya Erlin yang terlelap di bawah selimut nya. Semenjak hamil Erlin tak pernah mau jauh darinya. Setiap malam menjelang tidur Erlin akan merengek manja minta di elus perutnya agar ia bisa terlelap. Angga mengingat Amalia istrinya, semenjak hamil anak ke dua ia tak pernah memperhatikannya. Jangankan mengelus perutnya, menanyakan keadaannya saja tidak pernah. Kalau dipikir pikir, dia memang picik sekali menuduh Amalia berselingkuh sedangkan Angga sendiri tau bagaimana aktivitas Amalia setiap harinya. Hanya keluarga dan pekerjaan. Bisnis online yang Amalia kelola dari nol nyatanya sekarang bisa untuk menopang hidup Amalia dan anak anaknya. Mengingat itu, Angga baru sadar bahwa selama bersama dengan Erlin dia tidak pernah memberi nafkah pada anak dan istrinya.
Angga menghembuskan nafas dalam. Angga yang tadinya akan berbaring di samping Erlin ia urungkan. Dia keluar dari kamar lalu menuju dapur untuk membuat secangkir kopi, setelah itu ia duduk di sofa sambil menikmati kopi yang baru saja di buatnya.
Kini pikiran Angga bagaikan layang layang, terbang tinggi ke awan. Sedikit demi sedikit dia mulai menyadari kesalahannya walaupun bisa dibilang terlambat.
"Mungkin benar apa yang di katakan oleh Robi. Aku akan melepasmu Lia"
Setelah mengucapkan itu Angga lalu merebahkan badannya di sofa. Dia memejamkan mata memasuki alam mimpi tanpa menyentuh kopi yang telah diseduh nya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 33 Episodes
Comments