Sayup sayup terdengar kicau burung menyambut terbitnya matahari. Lamat merambat kabut menemani embun berjalan pergi. Amalia berjalan pelan menapaki jalanan pagi, tangannya erat menggenggam jemari kecil milik malaikat cantiknya. Pagi ini jadwal Amalia memeriksakan kandungannya. Dia berangkat ke rumah sakit dengan mengajak putrinya.
Tadi malam saat Amalia sengaja menunggu suaminya pulang. Ingin meminta di antar ke dokter untuk periksa kandungan tapi jawaban sang suami tak sesuai harapannya. "Aku sibuk, aku harus kerja untuk memberimu makan" itulah jawaban Angga waktu Amalia mengutarakan keinginannya untuk diantar ke dokter. Amalia hanya diam mendengar jawaban suaminya. Itulah kenapa pagi ini Amalia berangkat sendiri bersama putrinya menaiki angkot.
Turun dari angkot, Amalia menggandeng putrinya memasuki rumah sakit menuju pendaftaran dokter kandungan.
"Bayinya sehat ibu, ini saya resepkan vitamin di minum dengan rutin ya bu" kata kata dokter barusan membuat hati Amalia lega. Pasalnya akhir akhir ini tubuh dan juga pikirannya sangat lelah. Amalia yang mempunyai usaha dengan berjualan pakaian online ternyata lumayan menguras tenaga ibu hamil yang cepat lelah itu. Serta memikirkan perubahan sikap suami yang lumayan membuat stres dirinya.
Pulang dari rumah sakit Amalia mampir ke sebuah mall untuk membeli keperluan bayinya. Satu hal yang membuat Amalia tetap tersenyum yaitu tingkah putri cantiknya yang yang selalu ceria serta tingkahnya yang lucu membuat Amalia terkekeh. Bahagia Amalia melihat putrinya tumbuh dengan sehat. Setelah lelah berkeliling Amalia menuju food court untuk sekedar istirahat dan meminum es teh kesukaannya.
Sambil menunggu Rania menghabiskan makanannya, Amalia memijit betisnya yang terasa pegal. Tak sengaja Amalia melihat seorang laki laki yang berjalan di depan sebuah toko tas dengan merangkul wanita dengan mesra. Terlihat mereka masuk ke dalam toko itu dan prianya memilih tas untuk sang wanita. Mereka terlihat bahagia sekali. Amalia tertegun melihat pemandangan di depannya, ia susah payah menelan ludah melihat suaminya menggandeng mesra wanita lain. Ya laki laki itu adalah Angga suaminya. Belum juga Amalia mengalihkan pandang Angga juga melihat ke arahnya. Angga terlihat kaget dalam waktu sebentar lalu ekspresi mukanya terlihat biasa. Amalia menunduk, menghembuskan nafas panjang. Terjawab sudah apa penyebab perubahan sikap suaminya. Feelingnya sangat tepat. Sang suami punya wanita lain, itu juga yang di rasakan Amalia selama ini tapi dia tidak mau menuduh tanpa bukti dan suudzon sama suaminya. Tapi kini terjawab sudah, Tuhan sudah memperlihatkan di depan matanya sendiri.
"Mama, aku cudah celesai" Rania meminum sisa minumannya yang tinggal sedikit lalu melompat turun dari atas kursi.
Amalia tersenyum memandang putrinya lalu mengangguk. Dia lalu beranjak dari kursi mengambil barang belanjaannya lalu menggandeng tangan putrinya untuk keluar dari mall. Tidak satupun air mata jatuh di pipinya. Ia terlihat seperti tidak ada apapun yang terjadi barusan.
"Liaaa"
Di dekat pintu mall, Amalia mendengar ada orang yang memanggil namanya. Dia berhenti dan menoleh ke arah sumber suara.
"Bilqis, kok kamu jam segini ada di mall? nggak kerja?" ternyata Bilqis sahabatnya lah yang memanggilnya.
"Aku lagi ambil cuti selama tiga hari. Kemarin papa aku sakit dan harus di rawat inap"
"Ow ya, om sakit? kok kamu nggak kasih tau aku sih"
"Udah nggak apa apa kok Li. Sekarang sudah sehat dan sudah diperbolehkan pulang. Papa hanya sehari semalam di rumah sakit"
"Syukur alhamdulillah kalau om sudah sehat"
"Iya, Alhamdulillah. Besok juga aku sudah masuk kerja lagi.
Eh Li aku tadi lihat suamimu di atas dia___" Bilqis tidak sampai hati untuk melanjutkan perkataannya, dia melihat sahabatnya itu dengan wajah sendu.
"Aku tau, aku juga melihatnya" jawab Amalia.
"Benarkah? Sabar ya Li" Bilqis mengusap usap pundak Amalia.
Amalia tersenyum sambil mengangguk menanggapi Bilqis.
"Sekarang kamu mau kemana?"
"Aku mau pulang Bil, aku capek sekali sedari tadi berkeliling. He he he he tenaga ibu hamil ternyata tidak bisa diandalkan"
Bilqis dan Amalia tertawa bareng karna penuturan Amalia.
"Ayo aku antar pulang. Sudah lama juga aku tidak ke rumahmu"
"Nggak ngerepotin nih?"
"Enggak Li, mumpung aku nggak kerja. Aku mau main di tempatmu sampai sore"
Mereka keluar meninggalkan mall menuju rumah Amalia.
Sampai di rumah, Rania langsung tergeletak di sofa ruang tengah depan TV tertidur pulas. Selain capek bocah itu juga terlalu kenyang memakan burger keju kesukaannya tadi di food court.
Amalia dan Bilqis duduk meleseh di atas karpet depan TV. Mereka menikmati minuman dingin dan kue basah bikinan Amalia tadi pagi sebelum berangkat ke rumah sakit.
"Kau hebat Li. Tak setetes pun air mata jatuh di pipimu. Padahal kau melihat dengan mata kepalamu sendiri suamimu berjalan dengan wanita lain"
Amalia tersenyum, lalu menghembuskan nafas lelah.
"Siapa sih perempuan yang nggak sakit melihat suaminya mendua Bil. Begitupun juga aku"
"Iya, betul Li. Kalau aku jadi kamu pasti aku sudah ngamuk ngamuk dan melabrak mereka tadi"
"Aku juga ingin melakukannya tadi he he he he, tapi sayang Rania ikut dan aku tidak mau Rania melihat itu. Dan asal kamu tau Bil, ini bukan yang pertama"
"Benarkah Li? apa dulu suamimu juga sudah pernah selingkuh?"
Amalia mengangguk sendu, "bahkan kali ini juga bukan yang kedua"
"Hah" Bilqis terkejut dengan pengakuan Amalia.
"Hatiku rasanya sudah kebas Bil, sekuat tenaga aku mempertahankan keluargaku walau banyak kesakitan. Ingin rasanya aku menyerah saat ini, tapi kala aku melihat Rania aku tak sanggup untuk melakukannya. Sekarang ku pasrahkan saja sama yang maha Esa"
"Memang permasalahan kalian apa Li? coba kamu komunikasi dengan suamimu, siapa tau hubungan kalian bisa di perbaiki"
Amalia tersenyum mendengar perkataan Bilqis.
"Aku tau, awalnya suamiku hanya sedang make sure pada dirinya sendiri. Bagiku suami istri itu saling memberi dan saling menerima. Tapi suamiku tidak memiliki pemahaman yang sama sepertiku. Dia menganggap dialah yang selalu memberi dan akulah yang selalu menerima karena aku yang tidak bekerja, tidak memiliki penghasilan. Hingga aku merintis usaha berjualan online, ya penghasilannya memang tidak seberapa. Hanya cukup untuk membeli bumbu dapur he he he he"
Amalia menghentikan ceritanya sebentar, menghapus air mata yang mulai menggenang dengan ibu jarinya. Bilqis mengusap bahu Amalia memberikan kekuatan.
"Suamiku menghina penghasilan ku yang kecil, dan disaat penjualan ku lumayan banyak aku mencoba membantu suamiku saat kesulitan ekonomi. Tapi suamiku salah paham denganku, dia menganggap aku sombong karena memiliki penghasilan yang lumayan. Dan saat dia sudah mempunyai gaji yang besar dia kembali meremehkan penghasilan ku, menghina usahaku"
"Sepasang suami istri itu bagaikan sepasang kaki kanan dan kiri, bila salah satunya tidak ada maka jalannya pun akan pincang. Seperti aku saat ini, saat ini aku berjuang dengan jalan terpincang. Tapi suamiku tidak memiliki pemahaman yang seperti itu. Menurutnya dialah kaki tunggal yang berjalan lancar tanpa pendamping nya".
"Sudah beberapa bulan dia tidak memberiku nafkah. Apalagi untukku, untuk anaknya pun tidak. Aku tau, dia ingin membuktikan bahwa hanya dialah yang memberi dan akulah si penerima. Dia seolah akan memberi bukti bahwa aku dan Rania akan kelaparan tanpa pemberian nafkah darinya. Aku stay di tempat menunggu suamiku sadar kembali Bil, aku tidak pergi. Tapi ternyata suamiku belok, tidak pulang ke rumahku. Walau begitu aku tetap sabar menunggunya, dengan harapan suatu saat nanti dia akan ingat rumahnya yang sesungguhnya. Walau banyak sekali kesakitan yang harus aku terima. Kesakitan demi kesakitan yang aku dapatkan membuat hatiku kebas tak dapat merasakan"
"Kamu tau Bil, kesakitan itu ibarat virus. Terasa begitu sakit saat pertama kali merasakan, dan tak begitu terasa karena sudah pernah merasakannya saat kesakitan itu datang lagi. Dan lama kelamaan akan menjadi kebas dan kebal. Kesakitan kesakitan yang lalu membentuk kekebalan untuk hati kita. Kekebalan itu mengeraskan hati kita, hingga membuat jiwa kita mati"
Bilqis memeluk Amalia dengan sedih, dia neteskan air mata mendengar cerita sahabatnya itu.
"Saat ini aku maju menggantikan nahkodaku yang sedang pergi. Ku layarkan kapal semampuku walau tanpa ketrampilan dan keahlian yang memadai. Kembali atau tidak nahkodaku yang sedang pergi, aku tetap akan terus melayarkan kapal. Karena kalau aku menyerah, hanya aku yang akan selamat di sini. Penumpang ku belum punya keahlian untuk berenang dan aku tidak punya pelampung untuk memfasilitasi nya" kata Amalia sambil mengelus putrinya yang tidur pulas di sofa.
"Aku yakin kamu dapat melakukannya Li, aku yakin karena aku tau kamu wanita yang kuat dan tidak akan pernah menyerah. Apalagi penumpangmu akan bertambah satu" Bilqis mengelus punggung sahabatnya itu.
Amalia tersenyum dan mengangguk, "trimakasih Bil, kamu memang sahabat terbaikku"
"Aku bukan sahabat terbaikmu Li, kalau aku sahabat yang baik aku pasti sudah melabrak gundik suamimu tadi"
"Kalau ngelabrak ya dua duanya dong Bil, kan yang melakukan bukan cuma wanitanya tapi juga laki-lakinya"
Amalia dan Bilqis tertawa bersama.
Jam empat sore Bilqis pamit pulang, Amalia lalu memandikan Rania dan memasak di dapur. Tak berselang lama terdengar suara mobil Angga memasuki pelataran rumah.
Seperti biasa Angga memasuki rumah meletakkan tas kerjanya asal, membuka sepatunya dengan meletakkannya di sembarang tempat. Amalia berjalan ke ruang depan dalam diam, dia ambil sepatu suaminya untuk di letakkan nya di rak, diambilnya juga tas kerja suaminya dimasukkan ke dalam kamar. Di dalam kamar Angga terlihat duduk di tepi ranjang sambil memegang handphone nya. Wajahnya datar dan biasa saja, mulutnya pun diam tak bersuara, seolah tidak pernah ada kejadian apapun. Seolah dia tidak melakukan kesalahan apapun. Begitupun dengan Amalia, dia hanya diam dan tetap melakukan kewajibannya sebagai istri. Diambilkan nya suaminya baju ganti dan diletakkannya di atas ranjang setelah itu dia keluar menuju dapur melanjutkan memasak.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 33 Episodes
Comments
Yem
Amalia Istri yang tegar.. Luar biasa kak
2023-03-25
1
Rose_Ni
baru 2 bab udah menguras emosi
2023-02-15
0