Bab 7

Angga melajukan mobilnya dengan kencang ke arah apartemen Erlin. Angga menghentikan mobilnya di perempatan jalan saat lampu merah menyala.

"Wanita mana yang nggak cemburu sama sekali melihat suaminya meggandeng wanita lain. Jangan jangan dia mempunyai kekasih makanya dia nggak cemburu karena dia sudah nggak cinta lagi padaku" gumam Angga.

"Sial" umpat Angga sambil memukul setir mobilnya.

"Jangan jangan Arya itu bukan anaku. Brengsek! wanita sialan" Angga marah marah sendiri sepanjang perjalanan ke apartemen Erlin.

...----------------...

Sudah tiga hari Angga tidak pulang ke rumah setelah pertengkaran malam itu. Dia tidak mengirimkan kabar sama sekali kepada Amalia, begitupun dengan Amalia dia juga tidak menanyakan kabar tentang suaminya itu.

Minggu siang Amalia sedang memetik sayuran di belakang rumah saat Angga datang. Amalia yang tak mengetahui kedatangan Angga terkejut ketika tiba tiba Angga berada di depannya saat Amalia fokus dengan tanamannya.

"MasyaAllaah mas, ngagetin aja" ucap Amalia sambil mengelus dadanya.

"Aku mau bicara" jawab Angga ketus.

Amalia mengangguk lalu mereka duduk di dalam gazebo di dekat taman sayur Amalia.

"Katakan padaku anak siapa Arya itu?"

"Maksud kamu apa mas?" Amalia mengernyit bingung mendengar pertanyaan suaminya.

"Nggak usah belagak deh. Katakan padaku anak siapa Arya itu, dia bukan anakku kan?"

Amalia terbengong sesaat, otaknya seolah lambat mencerna semua perkataan Angga yang baru saja di dengarnya.

"Arya anakku mas, kalau kamu tidak mengakuinya sebagai darah dagingmu, sebagai anakmu nggak apa apa. Dia anakku, anakku sendiri bukan anak kita" dengan meneteskan air mata ia menjawab pertanyaan Angga lirih.

"Baik. Kalau begitu kita lakukan tes DNA"

Amalia tersenyum dan menghapus air mata di pipinya dengan ibu jari.

"Nggak usah buang buang uang untuk melakukan yang percuma mas. Tidak apa apa kamu tidak mengakui Arya sebagai anakmu, dia hanya anakku. Bila besar nanti saat dia menanyakan siapa ayahnya aku akan menjawab kalau ayahnya sudah tidak ada di dunia. Kamu tidak usah khawatir aku tidak akan memaksamu untuk mengakui Arya sebagai anakmu"

"Mendengar perkataanmu, membuatku yakin bahwa kau memang punya laki laki lain" Bentakan Angga menggelegar di telinga Amalia.

" Pikirlah aku sesuai prasangkamu, apapun itu aku tidak perduli"

Amalia berdiri dari duduknya, ia mengambil keranjang yang sudah berisi sayuran di sampingnya kemudian berlalu pergi meninggalkan Angga yang masih tersulut emosi.

"Wanita kurang ajar!" teriak Angga. Tapi sayang Amalia tak menggubris sama sekali teriakan suaminya itu.

Amalia berjalan memasuki rumah, ia berjalan menuju dapur meletakkan sayuran disana. Mulutnya komat kamit beristighfar meredam amarah. Ia berusaha tak terprovokasi oleh suaminya.

Amalia segera masuk ke dalam kamar saat mendengar suara Arya yang menangis histeris.

"Cup cup sayang, jangan nangis ya" Amalia menenangkan anaknya.

...----------------...

Dengan kecepatan sedang Angga mengemudikan mobilnya. Pagi tadi Erlin mengirimnya pesan untuk datang ke apartemennya. Sore setelah pulang kerja Angga langsung melajukan mobilnya kesana.

Erlin langsung memeluknya saat Angga baru memasuki pintu apartemen. Erlin menyembunyikan mukanya di dada Angga.

"Ada apa?" tanya Angga lembut sambil mengusap kepala Erlin.

Erlin melepas pelukannya lalu ia berjalan membuka laci nakas yang ada di samping TV. Erlin mengambil sebuah alat tes kehamilan dan disodorkan kepada Angga.

"Aku hamil" ucap Erlin gemetar.

Angga membeliak kaget. Tubuhnya menegang mendapat kabar yang tak pernah disangkanya. Sungguh kabar kehamilan Erlin adalah sebuah kejutan yang hampir membuat jantungnya loncat.

"Bagaimana bisa? bukankah selama ini kamu mengkonsumsi pil kontrasepsi?" tanya Angga begitu tersadar dari kagetnya.

"Aku juga nggak tau mas. Selama beberapa hari aku tidak enak badan, setelah aku cek ke dokter pagi tadi dokter bilang aku hamil. Pulangnya aku mampir ke apotik membeli alat tes kehamilan untuk memastikan, aku berfikir dokter itu keliru tapi setelah aku tes hasilnya positif"

Angga menyugar rambutnya, pikirannya kalut. Apa yang akan ia lakukan. Akankah ia akan menggugurkan bayi tidak berdosa itu. Erlin masih menangis sesenggukan di pelukan Angga.

"Sudah, tenang dulu biar aku pikirkan jalan keluarnya" ucap Angga menenangkan Erlin

"Aku nggak mau menggugurkan dia mas, tolong jangan suruh aku menggugurkan nya" mohon Erlin kepada Angga.

Angga mengangguk sambil menarik nafas dalam. Kepalanya tiba tiba berdenyut nyeri. Akankah dia berpoligami, maukah Amalia di poligami.

"Perduli apa dengan Amalia, mau atau tidak dia dipoligami dia harus mau" gumam Angga dalam hati.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!