Bab 5

Erlin menggenggam erat tangan Angga. Mereka berjalan di tepi sungai di depan cakrawala yang sudah berbalut senja. Erlin tersenyum bahagia kala Angga mengatakan akan mengajaknya berlibur ke Bali.

"Besok, aku ada kerjaan di Bali. Kamu ikut ya, temani aku" pinta Angga kepada Erlin.

Tentu saja Erlin langsung mengiyakan. Erlin memeluk lengan Angga dengan manja. Angga dan Erlin duduk di tepi pantai sambil menggenggam tangan masing masing.

Angga yang sedang bahagia di mabuk asmara dengan kekasihnya, berbanding terbalik dengan istrinya dirumah yang sedang kesulitan menenangkan putrinya. Sang putri kembali mengeluhkan perutnya yang kembali sakit. Sedangkan Amalia sendiri pun merasakan pinggangnya yang terasa nyeri sedari pagi. Amalia sudah tidak kuat menahan lagi, mendengar teriakan putrinya serta merasakan perutnya yang mulai terasa kontraksi. Amalia meringis mengambil handphone nya. Dia berusaha menghubungi suaminya. Lima puluh kali panggilan tak di jawab oleh Angga. Amalia meneteskan air mata tak kuat melihat putrinya yang berteriak kesakitan. Akhirnya Amalia menelepon ambulan dan mengirimkan pesan kepada suaminya bahwa dia ada di rumah sakit bersama Rania putrinya. Amalia mengambil peralatan bayi yang sudah disiapkan nya di di dalam tas. Tak lupa ia memasukkan dompet ke dalam tasnya.

Amalia memegang tangan putrinya yang tidur diatas brankar ambulan sambil sesekali menarik nafas panjang saat kontraksi di perutnya terasa. Mobil ambulan memasuki pelataran rumah sakit bertepatan dengan gema adzan magrib terdengar. Amalia beristighfar memohon pertolongan dari Tuhan. "Tuhan hanya Engkaulah penolong yang sesungguhnya" gumam Amalia dalam hati.

Amalia berjalan terseok seok mengikuti para perawat membawa putrinya. Setelah putrinya masuk ke dalam ruang IGD Amalia membungkuk menahan rasa sakitnya kontraksi. Seorang dokter menghampirinya, mengetahui Amalia akan melahirkan dia segera memanggil perawat dan membawa Amalia ke ruang bersalin.

"Anakku dok" Amalia meneteskan air mata sambil melihat ke arah dokter yang menolongnya.

"Anak ibu sudah mendapatkan perawatan, ibu tidak usah khawatir" sang dokter menenangkan Amalia.

"Ibu kesini sama siapa? suami ibu mana?" tanya salah seorang perawat saat Amalia sudah berada di dalam ruang bersalin.

Amalia hanya menggeleng. Amalia meminta pertolongan kepada suster untuk mengurus pendaftaran dirinya dan putrinya. Amalia mengambil kartu identitasnya serta sebuah kartu debit. Keberuntungan Amalia kali ini adalah bertemu para dokter dan perawat yang baik, mau membantu mengurus administrasi rumah sakit untuknya.

Tepat jam sepuluh malam Amalia melahirkan anak laki laki yang sangat tampan.

"Arya" ucap Amalia sambil tersenyum saat seorang bidan memberikan bayinya.

Jam lima pagi Amalia pergi ke ruang rawat inap anaknya di bantu seorang perawat dengan menggunakan kursi roda. Tubuhnya masih lemas pasca melahirkan. Amalia tersenyum lega melihat putrinya tidur pulas. Dari keterangan dokter tadi malam kondisi Rania sudah membaik. Seandainya ada yang membawa Rania pulang, Rania sudah diperbolehkan pulang.

Amalia mengelus rambut putrinya. Diciumnya tangan sang putri lama. Tiada henti Amalia mengucapkan puji syukur di dalam hati.

...----------------...

Angga membuka handphone nya, dahinya mengernyit melihat panggilan masuk sampai lima puluh kali. Handphone nya tertinggal di mobil saat ia menikmati senja di pinggir pantai bersama Erlin. Ia membaca pesan dari istrinya. Ingin ia berangkat ke rumah sakit tapi teringat jadwal penerbangannya malam ini ke Bali Angga mengurungkan niatnya untuk pergi ke rumah sakit. Ia segera menghubungi Erlin dan bertemu di bandara.

Angga dan Erlin berada di Bali selama lima hari. Sebenarnya perjalan kerja Angga hanya tiga hari tapi Angga mendapat libur dua hari dari atasannya. Dua hari liburnya digunakan untuk bersenang senang di Bali bersama Erlin. Angga mengajak Erlin mengunjungi tempat tempat yang di inginkan Erlin untuk dikunjungi. Angga memberikan apa saja yang Erlin inginkan. Banyak sekali barang barang yang Erlin beli selama di Bali.

...----------------...

Hari ini Amalia sudah pulang dari rumah sakit. Dia memperkerjakan seorang asisten rumah tangga untuk membantunya. Amalia menelepon temannya untuk membantunya mencari seorang asisten rumah tangga saat dia di rumah sakit. Dia merasa kewalahan harus mengurus rumah dan juga dua anaknya. Apalagi dia juga harus mengurus usahanya. Amalia sudah bertekad akan memulai semuanya dari awal. Dia akan berjuang sendiri. Dia sudah tidak akan mengharapkan apapun dari suaminya. Amalia bertekad akan maju dan kuat untuk kedua buah hatinya.

Tiga hari sudah Amalia dan anak anaknya berada di rumah. Tubuh Amalia sudah semakin sehat.

Suara mobil Angga memasuki gerbang rumahnya saat Amalia berada di ruang tengah menyusui Arya putranya dengan Rania yang menempel pada Amalia dan mengelus kaki adiknya. Rania sangat bahagia dengan kehadiran adik laki lakinya sehingga dia menempel terus pada Arya tidak mau jauh sebentar saja.

Angga melihat istri dan anaknya sedang bercengkrama, ia lalu meletakkan tas ranselnya yang berisi pakaian ganti dan mendekat ke arah anak dan istrinya berada.

"Itu anak kita?" tanya Angga setelah berdiri di dekat Amalia.

Amalia mendongak melihat wajah Angga, ia tersenyum dan mengangguk.

"Siapa yang mengantarkanmu ke rumah sakit?"

"Sendiri mas" jawab Amalia dengan tenang, sedikitpun tak ia perlihatkan rasa sedih dan sakitnya. Amalia bersikap biasa seperti tak pernah terjadi apapun.

Angga hanya diam, dia melihat Arya sebentar lalu masuk ke dalam kamar untuk membersihkan diri. Selesai mandi Angga keluar menyusul anak dan istrinya di ruang tengah.

"Biar aku yang menggendongnya" Angga meminta Arya dari pangkuan Amalia.

Amalia pun menyerahkan Arya kepada Angga. Setelahnya Amalia bangkit berdiri menuju dapur membantu pembantunya memasak. Sedangkan Rania tidak mau beranjak masih tetap menempel pada adiknya.

"Ayah" panggil Rania tiba tiba.

"Iya, kenapa?"

"Ayah apa kabar? lama ya Ayah nggak kelihatan, kemana aja?" tanya Rania polos.

Angga yang mendapat pertanyaan dari anaknya seperti itu gelagapan bingung. Pasalnya putrinya bertanya seperti itu padanya dengan ekspresi seperti bertanya kepada orang lain. Seperti seseorang yang bertanya kabar dengan tetangganya.

"Ayah baik. Rania apa kabar?" jawab Angga akhirnya.

"Rania baik yah, ibu selalu menjagaku kemarin saat aku sakit sehingga bisa kembali sehat" jawab Rania dengan suara khas anak kecil.

Angga menelan ludah, wajahnya pucat mendengar penuturan putrinya. Ia teringat tak seharipun ia menjenguk putrinya saat Rania hampir seminggu di rawat di rumah sakit.

"Rania kenapa nggak memberi tau ayah kemarin kalau lagi sakit?" tanya Angga dengan bodohnya.

"Kan aku lama nggak ketemu ayah, gimana mau ngasih taunya" jawab Rania dengan muka bingung dan polos sehingga muka bocah itu terlihat lucu dan menggemaskan.

"Kenapa nggak telpon?"

"Kata bunda ayah nggak bisa di hubungi, lagi sibuk kerja, nggak bisa di ganggu"

Angga langsung terdiam mendengar jawaban putrinya. Pandangan Angga lalu tertuju pada Arya, ia tersenyum memandang wajah Arya.

"Anaku tampan sekali" gumam Angga di dalam hati.

Selesai mempersiapkan makan malam Amalia menghampiri anaknya.

"Makanan sudah siap mas, mungkin mas Angga sudah lapar, silahkan kalau ingin makan duluan. Arya biar aku tidurkan di kamar" ucap Amalia sambil mengambil Arya dari pangkuan Angga.

Angga menatap wajah Amalia yang terlihat biasa saja. Tak ada kemarahan di wajah itu. Angga sadar dengan kesalahannya, hanya saja dia tidak tau apa yang membuat istrinya tetap tenang seperti itu. Seolah tak ada kesalahan apapun yang di buat olehnya.

Angga mengangguk lalu berjalan menuju meja makan. Angga kaget ketika melihat seorang perempuan setengah baya menata hidangan di atas meja makan.

"Anda siapa?" tanya Angga.

"Perkenalkan Pak, saya Romlah pembantu baru disini" jawab mbak Romlah sambil menunduk sekilas.

Setelah mbk Romlah pergi, Angga duduk dan mengambil piring. Angga duduk menunggu Amalia, karena sudah terbiasa Amalialah yang akan mengambilkan nya makanan. Lebih dari lima menit Angga menunggu tapi Amalia tak muncul juga. Angga memukul piring yang ada di depannya dengan sendok sehingga menimbulkan suara dentingan, bermaksud agar Amalia datang menghampirinya dan mengambilkan nya makanan, tapi Amalia tak datang juga. Angga mengulanginya lagi memukul piring dengan sendok sampai berulang kali tapi Amalia tak datang juga. Angga mendesah lalu bangkit dan mengambil makanannya sendiri. Angga makan dalam diam, dia sendirian di meja makan yang besar itu.

Setelah makan Angga berjalan keluar rumah, dia duduk di kursi terasnya sambil membawa secangkir kopi yang ia seduh selesai makan tadi. Dahinya mengernyit merasakan kopi buatannya sendiri. Kopi yang ia rasakan tak seenak bikinan istrinya, Angga mendesah. Dia termenung memikirkan sikap istrinya. Kenapa Amalia tidak marah padanya. Amalia telah melihat sendiri saat dirinya jalan dengan Erlin, dirinya tak datang waktu anaknya di rumah sakit, dan parahnya lagi dirinya tak datang saat Amalia melahirkan. Angga sadar atas semua kesalahan kesalahannya.

Dering handphone membuyarkan pikiran Angga tentang Amalia. Bibir Angga tersenyum kala melihat Erlin lah yang menghubunginya. Ia menggeser tombol hijau lalu berdiri dan masuk ke dalam rumahnya.

"Hai" sapa Angga sambil merebahkan tubuhnya di sofa ruang tengah.

(...............)

"Aku juga kangen sayang" ucap Angga sambil tersenyum senang.

(.............)

"Baiklah, by. muach"

Angga terlonjak kaget kala melihat Amalia keluar dari, berjalan melintas di sampingnya menuju kamar.

"Berarti Amalia mendengar percakapan ku dengan Erlin" gumam Angga dalam hati.

"Tapi kenapa dia diam saja, tidak marah" Angga berbicara sendiri.

"Ah bodo amat" Angga lalu merebahkan tubuhnya kembali.

Sedangkan Amalia menekan dadanya sambil memejamkan mata, mengucap istighfar sebanyak yang ia mampu di balik pintu kamarnya. Sudah tidak ada air mata yang membasahi pipinya. Amalia sudah bertekad ia akan menjadi tembok kokoh untuk anak anaknya. Apapun yang suaminya lakukan tidak akan dibiarkan mempengaruhi semangat nya. Tekadnya akan setegar karang.

Terpopuler

Comments

Rose_Ni

Rose_Ni

haduh..luar biasa

2023-02-15

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!