Rasyid akhirnya pulang dengan perasaan sangat kesal. Gara-gara hapenya ketinggalan, jadi dia tak bisa memberikan bukti kalau Lili benar-benar mengundangnya.
Tapi Rasyid jadi berfikir, kenapa tadi satpam itu bilang kalau Lili masih punya suami? Bukankah Lili pernah bilang kalau suaminya telah meninggal dunia lima tahun yang lalu?
Apa mungkin Lili telah menikah lagi? Secepat itu? Baru kemarin Rasyid ke rumah Lili dan tak ada suaminya di sana.
Ah! Rasyid jadi bingung sendiri. Dia akan mencari jawabannya nanti kalau sudah sampai di rumahnya. Dia akan menelpon Lili dan mencari tahu kebenarannya.
Satpam baru di rumah majikan Lili, masuk ke dalam untuk membuat kopi.
"Mbak Sol, aku mau kopi dong!" pintanya pada Lili alias Solihah.
"Bikin sendiri aja Mas Jun. Itu kopinya ada di rak. Aku lagi sibuk nih," sahut Lili. Dia lagi menyiapkan masakan untuk makan malam majikannya dengan beberapa teman yang diundang ke rumah.
"Oke." Satpam yang bernama Junaedi membuat sendiri kopinya.
"Tadi ada laki-laki dekil mau masuk ke rumah. Dia ngaku-ngaku pacarnya bu Maya. Mana mungkin bu Maya punya pacar dekil begitu. Lagi pula bu Maya kan sudah punya suami. Aneh-aneh saja orang kalau mau menipu." Junaedi bercerita sambil mengaduk kopinya.
Lili terkejut mendengarnya. Jangan-jangan itu Kahlil Gibran, kekasih hatinya. Tadi Lili menelponnya untuk datang. Sebelum tiba-tiba majikannya membawa satpam baru.
"Orangnya kaya apa, Mas Jun?" tanya Lili.
"Dia naik motor butut. Orangnya gendut tidak terlalu tinggi. Pakai topi baret, tapi kelihatan kalau rambutnya agak gondrong. Tanpa kumis, tapi berjenggot lumayan panjang. Kulitnya coklat, wajahnya agak mirip orang timur tengah." Junaedi merinci penampilan Rasyid dengan jelas.
Junaedi telah terlatih sebagai security bersertifikat dengan predikat terbaik. Dia biasa menjaga rumah-rumah pejabat.
Dia terdaftar di sebuah agency, jadi siapa saja bisa memakai jasanya asal berani bayar mahal.
Kebetulan beberapa hari ini, Maya dan Ricko akan kedatangan orang-orang penting. Dan mereka butuh jasa seorang security untuk menjaga keamanan tamu-tamunya termasuk juga memarkirkan mobil para tamu.
Junaedi bukan cuma terkenal sebagai security berprestasi, dia juga bisa mengerjakan segala macam. Termasuk menyetir mobil mewah meski hanya sekedar memarkirkannya saja. Karena tugasnya memang hanya sebatas itu. Bukan sebagai sopir pribadi.
Mendengar cerita dari Junaedi, Lili yakin kalau itu adalah kekasih hati yang sedang dikangeninya.
Kenapa mas Kahlil tak menelponku tadi ya? Dan telponku tadi juga tidak diangkatnya. Atau jangan-jangan hapenya ketinggalan di rumah.
Tapi seandainya dia ke sini pun, malah akan membuka kedok Lili. Karena di rumah ini sedang banyak orang. Bahkan majikannya sedang berada di rumah.
Lili segera menonaktifkan hapenya. Jangan sampai nanti Kahlil alias Rasyid mengganggu pekerjaannya. Bisa kena semprot kalau pekerjaannya berantakan.
Sampai di rumahnya, Rasyid langsung mencari hapenya. Seingatnya dia tadi menaruh di ruang tamu.
"Tak ada. Kemana hapeku?" Rasyid kebingungan. Sementara Laras dan Niken tertidur. Hanya Ayu yang melek sendirian di kamarnya.
"Ayah...." panggil Ayu dengan suara lemah. Rasyid mendekat.
"Iya, Nak. Ada apa? Sebentar, Ayah lagi buru-buru." Rasyid berniat keluar lagi dari kamar Ayu.
"Ayu lapar, Yah," ucap Ayu. Dari pagi dia tak di kasih makan apapun. Makanan yang mestinya untuknya, malah dimakan oleh Laras.
Rasyid menoleh ke arah Ayu. Dia melihat tatapan mata Ayu yang sendu. Wajahnya terlihat pucat.
"Sebentar." Rasyid kembali ke ruang tamu. Dia ingat tadi masih ada kue balok coklat. Lumayan bisa buat mengganjal perut Ayu sampai dia mendapatkan uang dari Lili.
Sampai di ruang tamu, Rasyid hanya mendapati sebuah piring kosong. Hanya bekas coklatnya saja yang masih menempel sedikit.
Ini pasti dihabiskan oleh Laras dan Niken. Rasyid jadi semakin geram. Dua anaknya ini memang paling jago kalau harus cepet-cepetan menghabiskan makanan.
"Laras...! Niken...! Bangun kalian!" teriak Rasyid di pintu kamar mereka.
Keduanya terlonjak mendengar suara Rasyid yang menggelegar. Dan langsung duduk di tempat tidur.
"Siapa yang menghabiskan kue balok di meja ruang tamu?" tanya Rasyid masih dengan suara stereo.
Laras dan Niken saling menuding. Mereka tak mau disalahkan.
"Bagus kalian! Makan tanpa menyisakan buat Ayu. Lihat tuh, adik kalian kelaparan! Dasar anak-anak rakus!" maki Rasyid.
"Tadi Ayu masih tidur, Yah," sahut Laras.
"Kamu pikir adik kamu tidak akan bangun kalau tidur? Kalian memang kelewatan?"
Laras dan Niken hanya bisa menundukan kepalanya.
"Sekarang mana hape Ayah?"
Niken merogoh saku celana pendeknya. Lalu mengeluarkan hape Rasyid. Hape Niken yang mati total membuatnya menggunakan hape Rasyid mumpung ketinggalan.
"Nih, Yah."
Rasyid mengambilnya. Dan emosinya semakin memuncak saat hapenya lowbath dan terus mati.
"Apa ini? Hape Ayah enggak dicas?" Rasyid memperlihatkannya pada Niken.
"Maaf, Yah. Niken lupa," sahut Niken.
Plak!
Tanpa sadar Rasyid menampar pipi Niken hingga berdarah.
"Makan saja kamu enggak lupa!"
Dengan kasar, Rasyid melepas charger yang sedang dipakai Laras untuk mengecas hapenya. Membuat hape Laras jatuh. Tapi Laras tak berani protes. Bisa ikut kena tampar kalau protes sekarang.
Laras mengambil hapenya saat Rasyid sudah kembali ke ruang tamu. Dan Laras hampir menangis mendapati layar hapenya retak karena tadi jatuh terlalu keras.
"Pecah?" tanya Niken pelan sambil memegangi bibirnya yang berdarah. Laras mengangguk.
Laras mengambil tissue untuk membersihkan darah di bibir Niken.
"Auwh! Sakit, Kak!" seru Niken. Laras terus saja mengelapnya.
"Pelan-pelan, Kak." Niken memegangi tangan Laras agar tak terlalu cepat membersihkannya. Karena rasanya sangat perih.
"Iya! Ini juga pelan."
"Kamu punya uang tidak, Ken?"tanya Laras. Kalau uangnya tadi dibawa Rasyid pergi. Janjinya akan mulangin, nyatanya datang-datang langsung mengamuk.
"Buat apa?" tanya Niken sambil meringis kesakitan.
"Beliin makan buat Niken. Kasihan dia belum makan," jawab Laras.
"Aku enggak punya uang sama sekali, Kak."
Laras terdiam. Dia tak tahu mesti bagaimana lagi. Dia mengintip dari pintu kamarnya, melihat Ayu sedang tidur meringkuk sambil memegangi perutnya.
Meski tak tega, Laras mendatangi juga Ayu.
"Ayu laper?" tanya Laras. Ayu mengangguk lemah.
"Tunggu sebentar, ya. Kakak carikan makanan." Laras keluar dari kamarnya.
Dia memutar otak. Bagaimana bisa mendapatkan makanan untuk Ayu.
Laras ke ruang tamu, malah mendapati Rasyid tertidur terlentang. Laras hanya menghela nafasnya.
Laras berjalan ke rumah pak RT. Dia akan meminta tolong. Semoga pak RT mau memberinya makanan untuk Ayu. Mumpung Rasyid tidur.
Rasyid tak pernah mengijinkan anak-anaknya merendah di depan tetangga. Dia tak mau diremehkan. Apalagi dihina oleh tetangga.
Tapi demi Ayu, Laras rela merendahkan dirinya. Toh yang dilakukannya untuk menolong Ayu yang sedang sakit.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 194 Episodes
Comments