"Yah, besok siang Tomi datang. Suguhannya mana?" tanya Laras.
"Ayah belum dapet duitnya, Nak. Ini juga Ayah lagi usahain." Rasyid kembali sibuk memainkan ponselnya.
Dia masih menyimpan beberapa foto-foto perempuan calon targetnya. Dipilihnya salah satu lalu dia edit semaksimal munngkin.
Laras kesal karena Rasyid bukannya nyari uang malah asik mengedit foto perempuan.
"Yah! Kan Laras sudah bilang suguhan buat Tomi nanti!" Laras sudah sangat kesal.
"Eh, bawel! Ayah kan sudah bilang, lagi ngusahain nyari duitnya!" Rasyid tak kalah kesalnya.
Laras menghentakan kakinya, lalu masuk ke kamar.
Kling!
Pesan masuk dari Tomi. Laras hanya mengintipnya. Dia belum berani menghubungi Tomi.
Selama ini yang Tomi tahu, Laras anak seorang pengusaha. Walaupun Laras bilang kalau ayahnya hanya pengusaha kecil.
Sekarang kenyataannya, di rumahnya tak ada makanan sedikitpun. Jangankan untuk menjamu tamu, makan pagi mereka saja hanya mie instant tanpa nasi atau telur.
Laras berfikir keras, bagaimana caranya nanti menjamu Tomi biar dia tidak malu.
"Udah, bilang saja kalau Ayah lagi pergi dari semalam. Jadi belum bisa bikinin suguhan apa-apa," ucap Rasyid saat melihat Laras yang mondar-mandir saja.
"Lah, sekarang kan Ayah ada di rumah. Kalau Tomi tau, gimana?"
"Iya, Ayah mau keluar sekarang!" Tanpa mandi lebih dulu, Rasyid keluar sambil membawa kunci motornya.
Niken yang dari tadi diam di kamar Ayu, langsung keluar membawa ponselnya yang mati.
"Ayah! Niken ikut! Katanya Ayah mau betulin hape Niken." Niken sudah siap hanya dengan memakai jaket saja.
"Aduh, Ayah mau ketemu temen. Kamu di rumah aja!" tolak Rasyid.
"Enggak mau! Niken maunya ikut Ayah!" Seperti anak kecil yang tak mau menerima penolakan, Niken sudah nyemplak di motor.
"Heehh!" Rasyid yang kesal, terpaksa mengajak Niken untuk menemui temannya.
Rasyid membawa Niken ke sebuah counter hape milik temannya.
"Eh, Bang Rasyid. Ada apa, Bang?" tanya Willy pemilik counter yang pernah ditipu oleh Rasyid.
Beberapa bulan yang lalu, Rasyid datang ke counter Willy. Dia bilang mau service hapenya. Setelah hapenya beres, Rasyid pura-pura mau ambil dulu uangnya di ATM.
Karena merasa sudah kenal, Willy mengiyakan saja. Tetapi sampai sore Rasyid tak juga datang.
Bahkan sampai berminggu-minggu sampai Willy lupa total biayanya, Rasyid baru datang.
Memang Rasyid memberikan uang pada Willy, tapi seingatnya tak sesuai dengan jumlah tagihan.
Willy waktu itu cuma berfikir, itung-itung beramal. Dan daripada enggak dibayar sama sekali.
Kali ini Willy lebih siaga. Dia tak mau kecolongan lagi.
"Ini hapenya Niken mati. Kemarin kecemplung di kolam renang." Kali ini Rasyid tak berbohong.
"Iya, Om. Bisa dibetulin enggak?" tanya Niken.
Willy menatap wajah Niken. Cantik juga. Meski tak secantik anak pertamanya. Batin Willy. Dia lupa nama anak pertamanya Rasyid.
"Coba, Om lihat." Willy mengecek hape Niken.
"Ken! Ayah tinggal dulu sebentar, ya? Ayah ada urusan sama temen. Kamu nunggu di sini dulu," ucap Rasyid.
Niken menatap Willy, meminta persetujuan yang punya counter. Willy mengangguk tanda setuju.
Niken pun tersenyum. Lalu mengangguk juga ke arah Rasyid.
"Anak pinter!" Rasyid mengacak rambut Niken, lalu meninggalkan Niken di counter Willy.
"Wah, ini sudah tak bisa di perbaiki. Mati total," kata Willy setelah Rasyid tak nampak lagi batang hidungnya.
"Terus gimana dong, Om?" tanya Niken memelas.
"Ya harus ganti baru," jawab Willy dengan santai.
Niken cemberut. Darimana dia mendapatkan uang untuk membelinya?
Willy meninggalkan Niken begitu saja. Lalu dia pergi entah kemana. Di counter cuma ada beberapa karyawan laki-laki yang sudah di kode untuk tidak memberikan apapun baik pada Niken maupun Rasyid nanti kalau dia kembali.
Sementara di rumahnya Laras sudah bersiap-siap menunggu kedatangan lelaki pujaannya.
Lelaki yang belum pernah dijumpai sebelumnya, karena perkenalan mereka hanya lewat medsos.
Hubungan mereka berlanjut lewat chat dan video call. Laras yang nyaris tak pernah bergaul apalagi pacaran karena Rasyid selalu membatasi geraknya, dengan mudah dirayu oleh Tomi.
Ini adalah pertemuan pertama mereka. Dari awal Rasyid mewanti-wanti untuk tidak melakukan pertemuan kecuali Tomi datang ke rumah. Dan itu dipatuhi oleh Laras dan Tomi.
Tomi sudah memberitahukan pada Laras kalau dia sedang dalam perjalanan. Rencananya Tomi datang menggunakan mobil. Karena jarak dari rumahnya ke rumah Laras cukup jauh.
Satu jam setelah Tomi memberitahu, masuklah sebuah mobil keluaran terbaru ke halaman rumah yang tak begitu luas.
Laras sudah menunggu di teras rumahnya. Dia mengenakan pakaian terbarunya yang dibeli beberapa waktu lalu di sebuah toko thrift.
Tomi keluar dari mobilnya dengan membawa tentengan. Entah apa isinya karena Tomi tak mengatakan sebelumnya.
"Tomi...!" sapa Laras yang bisa mengenali wajah Tomi meski baru pertama kali ketemu.
"Laras...! Kamu cantik sekali!" Tomi mengagumi wajah cantik Laras yang bukan sekedar efek kamera jahat.
Laras memiliki wajah cantik dari perpaduan Rasyid yang punya wajah mirip orang timur tengah, meski tak ada darah campuran. Dan Salma dengan wajah cantik asli Indonesia.
Diantara ketiga anak Rasyid, Laraslah yang paling cantik. Kalau Niken anaknya sedikit urakan dan tomboy. Sedangkan Ayu nyaris tak terurus. Karena kedua kakaknya hanya sibuk dengan diri sendiri dan ponselnya.
"Kamu juga...ganteng," ucap Laras malu-malu.
"Ayo masuk," ajak Laras sambil menarik tangan Tomi.
Tomi masuk ke ruang tamu yang sangat sederhana, jauh dari ekspektasinya. Tomi yang juga sudah terlanjur menyukai Laras hanya mengangkat bahunya.
"Ini, buat kamu. Aku tadi beli di jalan," ucap Tomi sambil menyerahkan kantong kresek.
"Apa ini?" Laras pun mengintipnya. Sepertinya berisi makanan.
"Cuma makanan. Buka aja," sahut Tomi.
"Aku pindahkan ke piring dulu ya?" Tanpa menunggu persetujuan Tomi, Laras membawa makanan itu ke dapur.
Wouw! Kayaknya enak banget. Batin Laras. Dia pun mengambil satu potong dan langsung melahapnya.
Setelah membuatkan teh panas, karena cuma itu yang ada di dapur selain kopi milik Rasyid, Laras membawa makanan dan teh ke depan.
"Maaf, ya. Aku cuma bikinin teh. Ayahku belum pulang dari kemarin," alasan Laras.
"Iya, enggak apa-apa. Ini juga sudah cukup. Yang penting bisa ketemu kamu," sahut Tomi.
Wajah Laras langsung merona. Lalu menundukan kepalanya.
Tomi yang duduk di samping Laras, menjadi gemas. Dan diangkatnya dagu Laras.
"Ras, kamu menggemaskan sekali. Boleh aku cium pipi kamu?"
Laras hanya bisa diam. Wajahnya semakin merona. Seumur-umur belum pernah ada lelaki yang menciumnya selain Rasyid.
"Boleh, kan?" tanya Tomi lagi.
Laras mengangguk pelan. Dan....
Cup.
Sebuah kecupan mendarat di pipi Laras. Laras langsung menundukan kepalanya kembali. Yang membuat Tomi semakin gemas.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 194 Episodes
Comments