Tersisa Satu Kamar

Happy reading

Suara geledek yang tadinya hanya satu dua kini mulai bersautan. Shena yang tak mau terkena hujan itu langsung mengajak Varo untuk pulang.

Hingga akhirnya Varo menyetujui ajakan Shena untuk segera pulang. Tapi belum juga mereka sampai di mobil, hujan deras itu turun. Dengan cepat keduanya masuk ke dalam mobil.

"Haduh bagaimana ini, Mas? Pasti kita terjebak hujan, apalagi jarak dari sini ke rumah itu cukup jauh," ucap Shena dengan gusar.

Geledek dan petir saling bersautan, pasti akan banjir hari ini. Shena sangat takut dengan petir, pernah ia hampir tersambar petir untungnya saat itu ia langsung menghindar. Tapi tetap saja Shena trauma akan petir, bahkan jika hujan tiba biasanya ia akan tidur di kamar daripada keluar dari rumah.

"Kita cari penginapan aja ya, Mas gak mau sampai kita kejebak banjir disini," jawab Varo mengelus rambut Shena. Seraya membuat Shena tenang akan hal ini.

"Iya," jawab Shena.

Akhirnya Varo menjalankan mobil itu keluar dari area telaga. Hujan yang turun juga makin deras, Shena juga mencari penginapan dari internet.

"Mas, disekitar sini ada penginapan. Di daerah X, gak jauh dari tempat kita ini," ucap Shena memperlihatkan penginapan yang ada di ponselnya.

"Ya sudah kita ke penginapan ini aja ya, aku gak mau kamu kenapa napa karena kejebak hujan," ucap Varo melajukan mobilnya menuju penginapan yang ada di ponsel Shena itu.

Tak lama mobil itu sampai di sebuah penginapan yang cukup sederhana bagi Varo yang notabene adalah anak orang kaya. Bahkan apartemennya saja sangat sangat besar, daripada penginapan ini.

Tapi Varo tak ingin menilai penginapan dulu, yang bisa dibuat untuk berteduh bersama Shena.

"Ayo Shen."

Varo mengambil payung yang ada di mobil dan keluar terlebih dahulu. Kemudian ia berjalan menuju pintu mobil yang mengarah ke Shena dan membukanya.

"Mas ini penginapannya?" tanya Shena menggenggam tasnya yang berisi dompet dan ponsel.

"Iya sayang, ini penginapan yang kamu tunjuk tadi," jawab Varo.

Keduanya berjalan menuju penginapan itu, kebetulan sekali ada yang menjaga di depan sana. Sepertinya itu adalah pemilik penginapan, karena biasanya jika hujan begini akan banyak pengunjung yang datang ke penginapannya.

"Permisi pak."

"Ya, ada yang bisa saya bantu?" tanya bapak itu dengan wajah ramahnya.

"Iya pak, apa disini masih ada kamar kosong. Rencananya kami akan menginap disini sampai hujan reda," ucap Shena dengan sopan sedangkan Varo hanya mengikuti Shena saja. Ia tak bisa akrab begini dengan orang yang baru ia kenal.

Tampak laki laki berusia kurang lebih 50 tahunan itu tampan melihat buku catatannya. Kemudian ia melihat kunci yang ada di laci yang ada di bawah saja.

"Masih ada satu kunci, berarti ada satu kamar yang belum terpakai. Bagaimana apa kalian ingin menyewa kamar itu?" tanya laki laki itu.

Keduanya tampak memikirkan apa yang baru saja laki-laki itu katakan. Mereka membutuhkan dua kunci berarti dua kamar bukan hanya satu.

Tapi kenapa hanya satu kamar yang tersisa, jika begini mereka harus bagaimana apakah harus berbagi kamar.

"Tapi Pak kita butuhnya dua kamar," ujar Shena yang tak bisa jika berduaan dengan Varo saja. Bisa bisa laki-laki itu khilaf dan unboxing nya sebelum waktunya.

"Kalian gimana, suami istri kok mau pisah kamar. Lagian kamar disini udah penuh semua hanya tinggal satu kamar saja. Apa kalian mau hujan hujanan?" tanya laki laki itu dengan santainya.

"Pak kita bukan suami istri, dia masih calon suami saya," jawab Shena menatap Varo yang tengah menahan senyumnya.

Sedangkan Varo, laki laki itu mengaminkan ucapan sang bapak itu. Agar ia bisa menikahi Shena secepatnya.

"Kita kan cuma semalam disini, gak apa apa lagian ini sudah banjir. Kamu gak mau tidur di mobil kan?" tanya Varo memegang pundak Shena yang lebih pendek darinya.

"Tapi kan kita belum muhrim."

"Emang kita mau ngapain sampai nunggu muhrim? Kita hanya berteduh Shen, nih lihat bajuku juga sudah basah. Kamu gak maukan calon suami kamu ini masuk angin?" tanya Varo yang mendapat gelangan dari Shena.

"Tapi kamu janji gak akan apa apain aku kan?" tanya Shena pada Varo.

"Emang kamu maunya aku apain kamu hmm?" tanya Varo menggoda Shena yang tampak menggemaskan jika sedang malu.

Akhirnya keduanya menerima kamar itu, walau hanya satu kamar tapi setidaknya mereka bisa beristirahat dulu sampai hujan reda.

"Oke pak, kita ambil satu kamar itu."

"Tepat sekali, dan kalian beruntung mendapat kamar ini," ucap laki laki itu menyerahkan kunci kamar itu pada Varo.

Varo dan Shena meninggalkan tempat itu menuju kamar yang sudah mereka pesan.

Sedangkan bapak itu melanjutkan ngopinya seraya menatap sekitar, ia ingin tiduran dulu di sana.

Keduanya berjalan beriringan menuju nomor kamar yang ada di kunci itu. Dan di sepanjang jalan keduanya selalu dibuat bergidik ngeri saat mendengar suara yang bisa mereka tebak itu apa.

"Ayy ahh ahh ayahhh."

"Ouhhh ahhh ahh sayang."

"AKHHH love you baby ouhhh uhh ahhh."

"Ahh yes ahhh yess begitu sayang."

"Faster ahh baby faster."

Suara itulah yang sepanjang jalan mereka dengar, Shena yang ada di samping Varo itu juga menggeleng dengan wajah bersemu merah.

"Mas."

"Hmm."

Varo menggenggam tangan Shena yang sangat dingin itu. Laki laki itu menghangatkan tangan Shena dengan lembut.

"Apa kita yakin mau nginap disini?" tanya Shena dengan ragu.

"Mau gimana lagi, penginapan yang kita dapat cuma ini. Emang kamu mau hujan hujanan?"

"Enggak mau tapi Shen, gak nyaman disini. Kenapa mereka semua begitu sih? Shen jadi takut," ujar Shena pada Varo.

"Sttt udah gak apa apa, kita cuma sampai sore kok disini," jawab Varo dengan senyum manisnya.

"Tapi kan mas."

"Udah, ayo masuk ini sudah sampai di depan kamar. Kamu dari tadi ngomong muku, gak capek hmm?" tanya Varo membuka pintu itu dengan kunci yang ia bawa.

"Eh bentar mas, Bunda telepon. Aku angkat dulu ya," ucap Shena memperlihatkan ponselnya dan benar saja yang telepon adalah Bunda.

"Iya tapi jangan lama lama."

"Iya."

Shena mengangkat panggilan telepon dari Bunda, sedangkan Varo langsung masuk ke dalam kamar.

Shena selesai berbicara dengan bunda jika hari ini ia akan menginap di butik karena hujan yang sangat lebat. Tak mungkinkan Shena jujur jika saat ini ia sedang berada di penginapan bersama laki laki.

Setelah selesai berat telepon Shena kembali ke dalam kamar dan dapat terkejutnya ia saat melihat kamar yang ada di depannya ini.

"Mas."

Bersambung

Terpopuler

Comments

baiq fathiyatirrohmi

baiq fathiyatirrohmi

Gambar apaan tuh🤔🤔🤔 lanjut Thor 👌 ceritamu selalu ku nanti 🥰🥰🥰

2023-02-04

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!