Happy reading
"Maaf semuanya saya terlambat, di jalan macet tadi."
Mereka semua menatap ke arah laki-laki yang berdiri di depan pintu itu dengan tersenyum Papa Andra mempersilahkan laki-laki itu duduk.
Varo, ya laki-laki itu adalah Varo. Alasan macet itu hanya alasan saja sebenarnya memang harus sengaja berangkat telat.
"Perkenalkan Mbak, Mas. Ini anak sulung kami, namanya Alvaro Nendra Alfarizqi," ucap Papa Nendra memperkenalkan anak sulungnya yang tak lain adalah Varo.
"Perkenalkan saya Varo, Om, Tante."
Varo dengan sopan menyalami Bunda Dena dan Ayah Andra. Kemudian ia tersenyum tipis pada kakak laki laki Shena.
Siapa yang tak kenal dengan Alvaro Nendra Alfarizqi. Laki laki yang sangat sukses di usianya yang saat ini 31 tahun. Perusahaan LX sangat besar, apalagi perusahaan itu sudah menduduki urutan ke 3 di dalam negeri saat dipimpin oleh Varo.
Sedangkan perusahaan keluarga Shena ada di urutan ke 8 dengan kepimpinan utama pada kakak tertua Shena.
"Dan ini perkenalkan ini anak ketiga kami, namanya Shena," ucap Bunda Dena dengan senyum memperkenalkan Shena pada mereka terutama Varo.
"Shen ayo angkat kepala kamu, kenapa kamu nunduk aja. Apa kamu tidak mau melihat calon suami kamu hmm?" tanya Bunda dengan lembut.
Mendengar suara sang Bunda, Shena mulai mengangkat kepalanya dan menatap sekitar. Pandangan gadis itu tertuju pada laki-laki yang memakai jas berwarna hitam dengan 3 kancing kemeja yang sudah dilepas.
"Dia kan," batin Shena menatap laki laki yang tidak asing di matanya.
Begitupun dengan Varo, ternyata wanita yang akan dijodohkan dengan dirinya adalah Shena. Pemilik butik yang sangat terkenal di kota itu bahkan wanita 29 tahun itu sudah memiliki banyak anak cabang di seluruh kota.
Dan satu lagi, Shena jika sudah menandatangani kontrak kerja sama dengan perusahaan AX.
Keduanya masih terdiam dengan tatapan yang sulit diartikan. Entah kenapa jantung keduanya berdebar debar dengan sangat kencang.
Sebenarnya ini bukan kali pertama pertemuan mereka. Mereka berdua sudah beberapa kali bertemu karena urusan bisnis.
Para orangtua yang melihat kedua anak mereka diam itu mulai berdehem agar kesadaran keduanya bangkit.
"Kami orangtua dari Shena, dia yang akan dijodohkan dengan nak Varo. Tapi sebelum itu apa Nak Varo sudah memutuskan perjodohan ini?" tanya Ayah Andra mencairkan suasana yang sempat canggung karena tatapan kedua anak mereka.
Varo yang mendengar itu mulai menormalkan detak jantungnya. Sedangkan Shena langsung membuang muka, entah kenapa wajahnya jadi panas begini saat bertatap dengan Varo tadi.
Shena akui jika pesona Varo memang tak ada duanya. Tapi apa benar jika Varo yang dijodohkan dengan dirinya. Tapi Shena tak yakin jika Varo akan mau menerima perjodohan ini. Karena Shena yakin Varo sudah memiliki wanita lain di hatinya.
"Bolehkah kami berbicara berdua. Saya tidak ingin jika Shena memiliki pemikiran yang berbeda dengan saya," ucap Varo meminta izin pada orang tuanya dan juga orang tua Shena.
Para orang tua hanya tersenyum dan mengangguk, mereka berpikir jika anak-anak membutuhkan privasi untuk membicarakan soal perjodohan ini.
Sedangkan Shena hanya langsung terdiam, ia bingung harus merespon apa jika begini. Ia tak tahu harus menolak atau menerima jika yang dijodohkan dengannya adalah Varo.
"Silahkan tapi jangan jauh jauh ya. Secepat kalian harus memutuskan jawaban kalian," jawab Bunda dengan lembut.
"Iya, Mama juga udah gak sabar pingin punya cucu dari kalian. Dan juga buat teman main Bella dan Cecil," tambah Mama Sindi yang dianggukkan oleh Papa Nendra.
"Iya."
Varo mengajak Shena untuk keluar dari ruang tamu itu. Keduanya berjalan menuju kolam renang yang sangat luas disana.
Baru duduk di kursi yang memang ada di dekat kolam renang. Varo yang melihat Shena masih berdiri itu langsung menyuruh Shena duduk disampingnya.
"Ayo duduk kenapa masih berdiri disitu?" tanya Varo dengan suara ngebasnya.
Dengan patuh, Shena duduk di kursi itu agak jauh dari Varo. Jujur saja ia begitu gugup duduk berdua dengan Varo seperti ini.
"Kenapa kamu menjadi diam seperti ini? Mana seorang Nona Shena yang sangat aktif dalam presentasinya itu. Sepertinya yang ada di sampingku ini bukanlah Shena yang aku kenal," ucap Varo menatap kolam yang sangat tenang di depannya.
"Maaf Tuan."
"Tuan? Saya tidak suka dipanggil Tuan, kamu bukanlah anak buahku," ujar Varo dengan nada tenangnya.
"Tapi bukannya kita sudah menjadi partner bisnis, lagipula apa pantas seorang wanita rendahan seperti saya memanggil Anda nama?" tanya Shena yang sudah mulai berani dengan membalas apa yang diucapkan Varo.
Varo yang mendengar jawaban dari Shena itu tersenyum dengan lembut. Kemudian ia beralih menatap Shena yang duduk di sampingnya.
Shena yang tiba-tiba ditatap itu malah gugup iya bisa merasakan pipinya sudah panas dan merona saat ini. Ya tak pernah berhubungan dengan laki-laki manapun selain kedua Kakak dan adiknya. Walau banyak yang menyukainya tapi ia selalu menghindar dan menolak.
Tapi jika tentang perjodohan ini ia tak tahu harus memberi jawaban apa. Rasa takut ditinggalkan kembali hadir dalam diri Shena. Iya tak mau kejadian beberapa tahun lalu terulang kembali pada dirinya.
"Tapi kamu adalah wanita yang sudah dijodohkan dengan saya. Apa pantas jika calon istri saya memanggil calon suaminya dengan sebutan Tuan?" tanya Varo menatap Shena dengan tatapan tak biasa.
"Maaf, tapi saya belum memberi jawaban iya atau tidak untuk perjodohan ini," jawab Shena dengan ragu menatap mata Varo. Sedangkan Varo yang bisa menatap mata indah milik Shena itu tampak menarik sudut bibirnya.
"Saya tidak ingin jika ada yang tersakiti jika nanti saya menerima perjodohan ini."
"Siapa yang tersakiti? Pacar kamu?" tanya Varo yang langsung di jawab gelengan oleh Shena.
"Saya tidak memiliki pacar, Tuan," ucap Shena dengan kesal. Entah kenapa Varo kini terlihat menyebalkan di mata Shena.
"Baguslah kalau begitu, jadi tidak akan ada yang menghalangi hubungan kita kedepannya," jawab Varo yang membuat Shena kaget.
"Tapi bukankah Anda memiliki pacar? Tidak mungkin lelaki sukses seperti Anda tidak memiliki wanita hebat di belakangnya. Saya tidak mau jika menerima perjodohan ini, pacar Anda akan tersakiti," ucap Shena dengan senyum tipisnya.
Ia bisa saja luka yang ia terima di masa lalu hingga saat ini, tapi hatinya tidak bisa menerima semua itu. Juga seorang wanita biasa yang akan merasa sakit hati jika laki-laki yang ia cintai dan dimiliki oleh wanita lain.
"Hmm jadi itu yang mengganggu pikiran kamu?" tanya Varo dan dianggukkan oleh Shena.
"Dengar Shena, saya tidak memiliki seorang kekasih ataupun wanita hebat selain mama dan adik perempuan saya," jawab Varo yang membuat jantung Shena berdetak lebih kencang apalagi tatapan Varo yang sangat dalam menatap dirinya.
Bersambung
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 43 Episodes
Comments