Revan berjalan dengan cepat menuju ke toilet wanita di sekolah dengan Reon yang berjalan di belakangnya.
Insting Revan mengatakan jika saat ini Rania berada di dalam toilet dan entah mengapa tiba-tiba Revan merasa jika Rania sedang dalam kesulitan dan itulah yang membuatnya segera keluar dari kelas tanpa meminta ijin pada guru terlebih dahulu.
Tidak lama kemudian, Revan pun tiba di depan pintu toilet wanita dan kemudian mencoba membuka handle pintu.
'Terkunci!' ucap Revan dalam hati dan kemudian mengertakkan giginya.
"Van, Kamu mau apa di toilet cewek?" tanya Reon menghentikan langkahnya di samping Revan dan terkejut saat tiba-tiba Revan mencoba mendobrak pintu itu.
Revan mendobrak pintu toilet siswi itu sebanyak 2 kali dan akhirnya terbuka, Revan masuk dan terkejut saat melihat Rania terduduk di lantai dengan memeluk lututnya dan juga pakaiannya yang basah.
Reon terkejut ketika melihat ke dalam toilet siswi dimana Rania terlihat begitu kacau dengan seluruh pakaiannya yang basah dan juga rambut yang basah dan sedikit berantakan.
Rania mendongak saat mendengar suara pintu terbuka dan menatap Revan yang berjalan mendekatinya.
Revan mengepalkan tangannya melihat hal itu lalu membuka kancing baju seragamnya dan memakaikannya pada Rania agar lekuk tubuh Rania tidak terlalu terlihat.
Kini Revan hanya memakai baju kaos lengan pendek karna bajunya yang sudah ia pakaikan pada Rania.
Revan menatap tajam Reon lalu memberi isyarat pada Reon. Reon yang mendapat isyarat dari Revan, segera pergi ke kantor keamanan sekolah untuk melihat sesuatu.
Revan memapah tubuh Rania yang mulai mengigil keluar dari toilet.
'Siapa pun yang melakukan ini, tidak akan ku maafkan!' ucap Revan dalam hati dengan sorot mata yang tajam bagai pisau.
* * *
Sementara itu, guru Dea dan Guru Sam masih berdiri di luar kelas 12 yaitu kelas Revan dan Reon. guru Dea menoleh dan terkejut saat melihat Rania yang di papah oleh Revan dengan keadaan berantakan.
Guru Dea segera menghampiri Rania yang sudah mengigil kedinginan.
"Astaga! Rania kamu kenapa? kamu baik-baik saja 'kan?" tanya guru Dea berturut-turut pada Rania.
"Saya ... baik-baik saja, guru Dea," ucap Rania dengan tersenyum meski bibirnya gemetar karna kedinginan.
Sementara itu, Revan segera masuk ke kelas melewati guru Sam yang terdiam dengan menelan salivanya dengan susah payah, karna mendadak ia merasakan hawa di sekitarnya menjadi dingin.
Revan mendekati kursinya kemudian mengambil jaketnya, semua murid di kelas itu menatap Revan dengan tatapan bingung sekaligus terkejut.
Selesai mengambil jaketnya, Revan berjalan keluar dari kelasa dengan melirik tajam pada 3 orang yang ia curiga sebagai pelaku yang membuat Rania terkunci di dalam toilet dengan seluruh tubuh basah kuyub.
"Pak, saya minta izin untuk tidak masuk jam pelajaran berikutnya, saya akan mengantar Rania pulang!" ucap Revan dan guru Sam hanya mengangguk mengijinkan.
Revan menghampiri Rania bersama dengan guru Dea lalu kemudian memakaikan jaketnya pada Rania.
"Saya izin untuk membawa Rania pulang, Guru Dea," ucap Revan dan guru Dea segera mangangguk dengan wajah prihatin.
Baru kemarin Rania masuk ke sekolah ini dan sudah mendapat hal buruk di hari kedua membuat guru Dea merasa bersalah karna tidak mampu menjaga anak temannya itu yaitu Fira.
Revan kembali memapah Rania ke arah parkiran untuk segera mengantar Rania pulang ke rumahnya.
* * *
Revan dan Rania tiba di parkiran, Revan memberikan helm milik Reon pada Rania padahal dirinya belum meminta izin pada pemilik helm itu.
Rania memakai helm yang di berikan Revan padannya, Revan segera naik ke motor besarnya lalu memakai helmnya.
Jika ada orang luar yang melihat Revan sekarang, mungkin mereka akan mengira jika Revan adalah anak berandalan, karna hanya memakai celana sekolah dan kaos lengan pendek.
Rania naik ke motor Revan, Revan menyalakan mesin motornya dan kemudian menancap gas membuat Rania yang belum duduk dengan sempurna, menjadi tersentak dan refleks memeluk pinggang Revan.
Rania segera melepas pelukannya pada pinggang Revan lalu memengang bahunya sebagai pengangan dari pada harus memeluk pinggang pria di hadapannya itu.
Dua puluh menit kemudian.
Revan menghentikan motornya di depan sebuah bangunan apartemen, Rania pun turun dari motor dengan keadaan masih mengigil.
"Te ... terima kasih," ucap Rania kemudian membungkukkan sedikit badannya pada Revan dan memberikan helm yang ia pakai.
Rania berbalik dan berjalan dengan semponyongan karna kepalanya yang mendadak sakit.
Revan mengernyit melihat cara jalan Rania yang seperti ingin jatuh, Revan menghembuskan nafasnya lalu membuka helmnya dan segera berjalan memghampiri Rania.
Tiba-tiba Rania merasakan kepalanya semakin pusing dan sedetik kemudian kehilangan kesadarannya.
Revan segera menghampiri Rania yang mulai kehilangan kesadarannya, Revan segera memeluk tubuh Rania yang sudah tidak sadarkan diri.
Revan menyentuh kening Rania yang panas.
"Dia demam!" ucap Revan kemudian mengendong Rania ala bridel style dan segera berjalan ke lift dan memencet tombol lift dengan susah payah.
Lift terbuka, Revan segera berlari ke arah pintu apartemen dan segera berteriak karna kedua tangannya yang tidak bisa memencet bel.
"Paman Kimso! bibi Fira!" Revan yang sedikit berteriak saat tiba di depan pintu apartemen milik Kimso dan Fira.
Fira yang berada di dalam dapur segera keluar saat mendengar seseorang berteriak. Fira segera membuka pintu dan terkejut melihat Revan dan juga Rania yang berada di gendongan Revan.
Fira mempersilahkan Revan masuk dan segera membawa Rania ke kamarnya.
Revan menidurkan Rania di tempat tidur kemudian keluar dan menunggu di ruang tamu, karna Fira sedang menganti baju putrinya yang basah.
Dua puluh menit kemudian.
Fira selesai mengompres kening Rania dan juga sudah menganti seragam Rania yang basah karna Revan sudah memberi tahunya tadi untuk segera menganti pakaian Rania yang basah.
Fira keluar dari dapur dengan membawa nampan yang berisi satu gelas jus jeruk.
Fira meletakkan nampan itu di meja di depan sofa yang Revan duduki dan kemudian ikut duduk berhadapan dengan Revan.
"Apa yang terjadi? kenapa Rania bisa seperti itu?" tanya Fira berturut-turut pada Revan.
Revan menceritakan pada Fira dimana guru Rania datang ke kelasnya dan mrngatakan jika Rania tidak masuk kelas padahal jam istirahat sudah selesai dan juga di mana dirinya menemukan Rania di dalam toilet dengan keadaan badan yang basah kuyub.
Fira menutup mulutnya tidak percaya dengan apa yang ia dengar, padahal anaknya itu adalah anak yang periang dan muda berbaur, kenapa hal buruk seperti itu harus menimpa putrinya.
"Bibi tenang saja, aku akan menyelesaikannya dan juga, aku harap paman Kimso tidak tau tentang hal ini," ucap Revan pada Fira.
Fira menghembuskan nafasnya kemudian mengangguk untuk tidak menceritakan hal ini pada Kimso yang memang sedang pergi kerja sekarang di perusahaan miliknya sendiri yang di berikan oleh Arian yaitu perusahaan milik Keluarga Liu dulu.
"Baiklah, Revan. terima kasih, karna sudah membawa Rania pulang dan soal baju seragam dan jaketmu, bibi akan mencucinya terlebih dahulu baru kemudian memberikannya padamu." ucap Fira dengan tersenyum kecil pada Revan.
"Baiklah, bibi. kalau begitu, aku pamit pulang dulu," ucap Revan dan Fira pun mengangguk dan kemudian mengantar Revan keluar dari pintu apartemennya.
* * *
Sementara itu, di parkiran sekolah, Reon tengah mencari helmnya untuk segera menyusul Revan.
"Helmku mana ya, perasaan tadi aku simpan di sini deh!" ucap Reon mengaruk kepalanya yang mulai gatal karna pusing dimana helmnya itu berada.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 157 Episodes
Comments
indahahaha
baper woy wkwk
2020-06-04
4
Riskafebriawati
lanjut thor
2020-06-04
2
Rania Nindypuspta
visualny jng lp thor biar 💪💪 bcany
2020-06-04
1