Revin tersenyum pada Revan yang berdiri tidak jauh darinya dengan Reon yang berdiri di sampingnya.
Revan segera berjalan ke ruang BK sementara Reon menatap Revin dari atas hingga bawa.
Reon menahan tawanya melihat Revin yang mandi keringat akibat berdiri di bawah terika matahari.
Revin melihat Reon yang mengigit bibir bawahnya untuk menahan tawanya, Karna kesal, Revin melemparkan kaleng soda yang sudah kosong ke arah Reon.
Reon menghindar dan sedetik kemudian tertawa membuat Carlos ikut tertawa dan mendapat umpatan dari Revin.
"Hahaha," tawa Reon dan Carlos membuat Revin mengumpat pada mereka berdua.
"Kamb**g," umpat Revin kesal membuat Carlos berbicara ngawur.
"Hey, Vin. jangan sering sebut kambing entar dianya bersin-bersin mulu," ucap Carlos membuat Reon tertawa lepas dan memengang perutnya yang sakit akibat tertawa.
Revin memutar bola matanya malas, entah mengapa para sahabatnya itu selalu tertawa di atas penderitaannya.
* * *
Revan berjalan menuju ruang BK untuk bertemu dengan seseorang yang menelfonnya tadi.
Revan berjalan dengan wajah datarnya dan tiba-tiba seorang siswi menghampirinya.
"Halo, Sayang," ucap siswi itu membuat Revan mengernyitkan alisnya.
"Minggir," ucap Revan dingin mendorong tubuh siswi itu ke samping dan kembali berjalan.
Siswi itu mamatung di tempatnya melihat perlakuan sang pacar.
"Revin kenapa sih, tadi itu kayak bukan dia aja deh," ucap siswi itu yang bernama Bella pacar Revin.
Bella berjalan hingga tiba di lapangan dan terkejut melihat Revin berdiri di sana dengan bercucuran keringat dan juga Carlos yang tertawa bersama pria yang tidak ia tau siapa.
"Sayang, kok kamu bisa di sini sih?" tanya Bella saat sudah berada di dekat Revin.
"Aku dari tadi di sini, Yang. lagi di hukum sama guru BK," ucap Revin menatap pacarnya itu.
Reon terdiam kemudian berbisik pada Carlos.
"Pacar keberapa?" tanya Reon sedikit berbisik pada Carlos.
"Pacar ke 10 bulan ini," bisik Carlos membuat Reon terdiam dan mengelengkan kepalanya.
'Aku tidak tau jika ternyata Revin lebih playboy dari apa yang aku tau,' ucap Reon dalam hati tidak percaya.
Bella terkejut dengan pengakuan sang pacar dan kemudian berbicara.
"Terus yang tadi itu siapa?" ucap Bella membuat Revin terdiam dan kemudian tersenyum.
* * *
Revan tiba di depan pintu ruangan guru BK dan kemudian mengetuk pintu itu.
Revan mengetuk pintu dan kemudian mendengar suara dari dalam yang memintanya untuk masuk.
"Masuk," ucap guru BK dan Revan pun membuka pintu dan berjalan mendekati meja di mana guru BK itu tengah mengerjakan sesuatu yang membuatnya fokus.
Guru BK itu mengangkat kepalanya dan terkejut dengan seseorang yang berdiri di hadapannya yang menatapnya datar.
"Revin! bukankah saya menyuruhmu untuk berdiri di tengah lapangan, apa yang kamu lakukan di sini?" ucap guru BK itu membuat Revan menghembuskan nafasnya kemudian berbicara dengan nada datar dan dingin.
"Anda menelfon saya dan meminta saya untuk datang ke sini, dan lagi saya bukan Revin, saya Revan saudara kembarnya," ucap Revan dingin dan datar.
Guru BK itu terkejut kemudian menatap Revan dari atas hingga bawah dan memang sedikit berbeda.
Guru BK itu lagi-lagi terkejut saat melihat ke arah jaket Revan yang sedikit terbuka hingga seragam sekolahnya sedikit terbuka.
'Seorang siswa dari Sekolah elit nomor satu di kota A,' ucap Guru BK itu terkejut dan kemudian menelan salivanya dengan susah payah.
"Begini, saya tadi menelfon ke nomor yang ada di sini atas nama orang tua Revin, tapi ternyata bukan nomor orang tua kalian, saya ingin bertemu dengan orang tua kalian untuk membicarakan hal penting!" ucap guru BK itu menjelaskan.
Revan hanya berwajah datar kemudian memejamkan matanya dan berbicara.
"Orang tua kami sibuk, jika ada yang ingin anda bicarakan, dengan saya saja," ucap Revan masih dengan wajah datarnya.
Guru itu menatap Revan yang sama sekali tidak menunjukkan raut wajah berbohong tentang orang tuanya yang sibuk.
Guru BK itu menghembuskan nafasnya lalu berbicara.
"Ini sudah ke 2 kalinya Revin memukul juniornya tanpa alasan dan kali ini saya ...," ucap guru BK yang terhenti karna tiba-tiba pintu ruangannya terbuka.
"Mana anak yang berani memukul anak saya!" teriak seorang pria yang masuk ke dalam ruangan guru BK dengan amarah.
"Maaf pak, tenang dulu ...," ucap guru BK mencoba menenangkan.
"TENANG, KAMU FIKIR SAYA BISA TENANG MELIHAT WAJAH ANAK SAYA YANG BABAK BELUR SEPERTI ITU!" teriak pria itu pada guru BK.
"Tenang pak, saya tau, tapi ...," ucap guru BK yang lagi-lagi terpotong karna pria itu yang merupakan ayah dari siswa yang Revin pukul berbicara.
"Saya tidak mau tau! pokoknya anak yang memukul anak saya harus di keluarkan dari sekolah ini!" ucap pria itu menekan kata-katanya.
Revan mengepalkan tangannya mendengar perkataan pria itu sedang guru BK terkejut.
'Tidak mungkin, mengeluarkan anak sepintar Revin dari sekolah,' ucap guru BK itu dalam hati.
Meski pun nakal dan Playboy, Revin adalah orang yang pintar turunan dari sang ayah.
"Lebih baik anda segera mengahiri hukuman adik saya dan anda ...," ucap Revan pada guru BK itu kemudian menatap pria paru baya di hadapannya.
"Jika anda berani melakukan sesuatu, jangan salahkan saya jika anda menjadi seorang gelandangan," ucap Revan menekan kata-katanya kemudian keluar dari ruangan BK dengan memasukkan tangannya di saku celananya.
Guru BK dan pria paru baya itu terdiam sejenak karna merasakan hawa membunuh yang keluar dari tubuh Revan.
* * *
Revin masih berdiri di tengah lapangan, Reon melemparkan kaleng soda yang ke 5 pada Revin.
"Sia**n," umpat Revin kesal.
Reon dan Carlos duduk tidak jauh dari Revin dengan Ponsel di tangan mereka.
Reon sedang mengetik pesan pada adiknya yang bernama Dion Sang sedang Carlos sedang merekam Revin yang berdiri di bawah terik matahari dan mulai mandi keringat.
Tiba-tiba kaleng soda kosong melayang dan mengenai kepala Carlos membuat Reon terkejut dan menatap Carlos yang mengelus kepalanya yang terkena lemparan kaleng oleh Revin.
"Jika kamu merekamku sekali lagi, yang akan melayang selanjutnya adalah sepatu!" ancam Revin pada Carlos yang hanya cengegesan.
"Itulah, dari tadi aku bilang jangan merekamnya, tapi kau tidak mendengarkanku," ucap Reon kemudian kembali fokus pada ponselnya.
"Kenapa juga kamu memberikannya minuman itu sih, 'kan jadi kena Gue," ucap Carlos membuat Reon mengangkat bahunya.
"Masih untung aku memberikannya minuman itu, jika tidak, maka sepatu yang akan melayang di kepalamu," ucap Reon santay sunggu berbeda dari sifat sang ayah.
Entah mengapa sifat Reon lebih mirip dengan Arian di banding dengan Rafael kecuali sifat sang adik yang begitu mirip dengan sifat sang ayah.
"Aku 'kan masih bisa lari jika dia mencoba membuka sepatunya," ucap Carlos pada Reon.
Sifat Carlos lebih mirip dengan sang ibu di banding ayahnya, tapi ada satu sifat yang begiti mirip dengan ayahnya yaitu dingin dan cuek pada orang lain kecuali pada orang-orang tertentu seperti sahabat dan keluarganya.
"Sejauh apapun kamu berlari, sepatu itu akan tetap mengenai kepalamu, kamu lupa jika orang di sana itu seorang penembak jitu!" ucap Reon membuat Carlos terdiam karna yang di bilang Reon ada benarnya.
Mereka terdiam sejenak sedang pacar Revin yang bernama Bella itu sudah masuk dari tadi ke kelasnya.
Tiba-tiba mereka menoleh saat mendengar suara langkah kaki yang terhenti di belakangnya.
Mereka tersenyum saat melihat siapa yang berdiri di belakang mereka.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 157 Episodes
Comments
Tri Ani
hai aq mampir, feedback ya
2020-08-04
1
off total
bagus ceritanya 😍
2020-07-29
3
kim.yeoja.syahkira
nih pasti sifatnya ketuker karna pas mau lahiran kan tukeran bapak... 🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣
2020-07-16
6