Saat ini Rania sedang duduk di samping kolam renang di kediaman Arian dengan termenung dan memainkan air kolam renang dengan tangannya.
Beberapa saat yang lalu.
Revin bertanya pada Reon tentang dimana sang kakak bermain gitar, tapi Reon malah menjawab dengan acuh dan itu pun pada Rania bukan Revin.
"Jika kamu melihatnya sedang melakukan sesuatu seperti tadi, jangan pernah memujinya karna dia tidak suka," ucap Reon membuat Rania terdiam sedang Revin mengernyit bingung begitu pun dengan Carlos dan Reana.
* * *
Rania merasa sedikit tidak enak karna sudah membuat Revan kesal atau tidak suka dengannya, Rania menghembuskan nafasnya dan tanpa ia sadari dari balkon kamar di lantai atas menatapnya dengan tatapan datar dan dingin dan kemudian kembali masuk ke kamarnya.
"Hay," ucap Revin yang sudah berada di belakangnya membuat Rania tersentak dan kemudian menoleh pada Revin.
Rania tersenyum pada Revin yang kini duduk di sampingnya dengan tersenyum manis.
"Jangan terlalu di fikirkan apa yang Reon katakan tadi," ucap Revin tiba-tiba membuat Rania menatap pria itu dengan tatapan bingung.
"Brother memang begitu orangnya, dia tidak terlalu bisa berbaur dan dia orangnya pendiam dengan mimik wajah yang selalu datar, jangan masukan ke hati ya," ucap Revin dan Rania hanya mengangguk dan tersenyum.
"Ayo masuk, disini dingin!" ucap Revin dan mereka pun masuk ke dalam rumah.
Pukul 9 malam.
Pesta ulang tahun Ana pun selesai dan semua orang sudah pulang ke rumah masing-masing.
Tinggal Kimso, Fira dan Rania saja yang kini bersiap untuk berpamitan pulang ke rumahnya.
"Kami pamit dulu, Kak Arian dan kakak ipar," ucap Kimso dan Arian pun mengangguk dan Kimso beserta keluarganya pun pulang ke rumah mereka.
Pukul 6:25 pagi.
"BROTHERRR," lagi-lagi teriakan Revin mengema di pagi ini tentu saja ulah Revan yang begitu suka membangunkan adiknya dengan cara yang spesial dan pagi ini, Revan membangunkan Revin dengan cara memutar pergelangan kaki Revin dan membuat Revin berteriak keras.
Arian dan Reana hanya menghembuskan nafasnya dan kembali memakan sarapan mereka dengan Ana yang baru keluar dari dapur dan menaruh kopi sang suami di meja makan.
Ana mengelengkan kepalanya mendengar teriakan putra keduanya itu, sungguh rumah yang selalu berisik setiap pagi.
Beberapa saat kemudian.
Revan dan Revin telah duduk di depan meja makan dengan wajah Revin yang di tekuk dengan tangan yang mengepal karna kesal.
Sedang Revan hanya memakan sarapannya dengan santay dan hati yang begitu tenang.
Lima menit kemudian.
Mereka bertiga berpamitan untuk pergi ke sekolah pada Ibu dan Ayah mereka.
"Kami pergi dulu, Mom, Dad," ucap mereka bertiga bersamaan dengan melambaikan tangan pada kedua orang tua mereka.
* * *
Lima belas menit kemudian.
Revan tiba di sekolahnya setelah tadi mengantar adiknya, Revan segera turun dari motor dan bergegas ke arah kelasnya.
Revin menarik kursinya dengan keras ketika tiba di kelas dan duduk, Sedang Reon yang mendengar hal itu terkejut dan menatap Revan dengan tatapan bingung.
"Ini, penghilang stres," ucap Reon menaruh kaleng soda di meja Revan.
Revan meraih kaleng soda itu kemudian membukannya dan segera meminumnya.
"Moodmu masih buruk?" tanya Reon dan Revan hanya berdehem.
Setelah itu hanya hening hingga bel masuk kelas berbunyi.
Revan menyimak mata pelajaran dengan malas, sangat malas karna moodnya yang benar-benar sedang buruk.
Jam istirahat pun tiba, Revan dan Reon segera menuju kantin untuk makan siang dan menghilangkan rasa dongkol Revan.
Di tengah keasyikan Revan memakan makan siangnya tiba-tiba seorang yang tidak ingin ia temui berdiri di hadapannya.
Revan bersikap seolah Rania tidak ada di sana sedang Reon berusaha untuk menelan makanannya yang mendadak tidak ingin turun ke tengorokannya.
"Aku minta maaf, aku tidak bermaksud untuk membuatmu kesal," ucap Rania yang membuat semua siswi menatapnya sinis.
Revan hanya acuh sedang Reon semakin tidak bisa menelan makanannya karna mendadak merasakan hawa dingin mengenaik tengkuknya sehingga membuatnya merinding.
"Ibu membuat bekal makan siang lebih dan memintaku untuk memberikannya padamu, kak Revan," ucap Rania membuat Revan menghentikan mulutnya yang tengah mengunyah makanan.
Reon tersedak makanan yang ia makan membuat Rania panik dan segera menyodorkan botol air mineral pada Reon.
Reon segera mengambil botol yang Rania sodorkan dan meminumnya hingga air di botol itu menjadi setengah.
Reon menatap Revan yang tengah menatap tajam ke arah Rania yang hanya bisa menundukkan kepalanya.
"Duduk!" ucap Revan singkat namun mampu membuat Rania tersenyum kemudian duduk di samping Revan membuat semua siswi menatapnya iri beserta benci.
Revan segera membuka tapperware yang Rania pengang dan segera menyantap makanan yang di buat oleh Fira.
"Bolehku minta sedikit?" ucap Reon membuat Rania menatapnya dan mengangguk sementara Revan memberikannya tatapan tajam yang menusuk.
"Aku rasa tidak usah," ucap Reon segera memakan kembali makan siangnya.
"Aku ijin le toilet dulu," ucap Rania kemudian pergi dari meja itu dan bergegas ke toilet karna kebelet ingin buang air kecil.
* * *
Rania mencuci tangannya saat sudah selesai melakukan apa yang ingin ia lakukan, selesai mencuci tangannya, Rania berniat untuk keluar kamar mandi tapi, tiba-tiba 3 orang wanita masuk ke dalam kamar mandi dan menutup pintu toilet dan menatap Rania dengan tatapan benci.
Ketiga siswi itu mendekati Rania dan tiba-tiba siswi yang berada di tengah menarik rambut Rania hingga membuat Rania mendongak.
"Aduh, kakak sakit! tolong lepasin," ucap Rania memelas pada kakak kelasnya itu.
"Hey, Kamu itu jangan sok cantik ya, jangan coba-coba buat deketin kakak kelas Revan lagi!" ucap siswi itu masih dengan menarik rambut Rania.
Rania menangis menahan sakit karna rambutnya di tarik dengan begitu keras.
"Kami itu harus di beri pelajaran, biar kamu ngga berani lagi dekat-dekat dengan Revan!" ucap Siswi ity dengan tersenyum kecil lalu menatap kedua sahabatnya itu.
* * *
Bel masuk kelas berbunyi dan Revan dan Reon masuk ke dalam kelas mereka.
Guru pun mulai menjelaskan hingga guru dari kelas 10 mengetuk pintu kelas yang terbuka membuat semua murid menoleh tapi tidak dengan Revan.
"Permisi, pak. apa bapak melihat muris kelas 10 yang baru pindah kemarin?" tanya guru wanita itu pada guru yang mengajar di kelas Revan.
"Tidak, Guru Dea. saya tidak melihatnya, memangnya ada apa?" tanya guru yang mengajar di kelas Revan pada guru wanita yang bernama Dea.
Reon mengernyit hingga perkataan selanjutnya dari guru wanita itu membuatnya membelelakkan matanya.
"Begini, pak Sam. dia belum masuk ke kelas sejak bel istirahat berakhir dan saya khawatir, saya takut jika Rania kenapa-kenapa!" ucap Guru Dea membuat Reon membelalakkan matanya.
Revan yang tadinya acuh dan hanya diam, terkejut saat mendengar nama Rania yang guru Dea katakan tidak masuk kelas saat jam istirahat berakhir, Revan tiba-tiba berdiri dari duduknya membuat Semua murid dan guru yang mengajarnya menoleh padanya.
Revan berjalan keluar dari kelas menuju ke tempat yang ia yakin jika Rania ada di sana, sedang Reon segera mengikuti sahabatnya itu keluar dari kelas.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 157 Episodes
Comments
V᭄ᭃ͢dєͮvͥiͤl₲₲»̶̳͓✧ᴾᴳ ⃫⃟ ⃟⅌
lanjut akak
2020-06-26
1
Hafni Aryani
lanjut thor.. semangat
2020-06-04
2
Pint Fei Fei
mantap thor
2020-06-04
2