Kini mereka tiba di parkiran lebih tepatnya di depan motor Revan dan Revin.
Reana masih menundukkan kepalanya dengan berdiri di belakang tubuh Revin karna takut melihat ekspresi wajah Revan yang begitu menakutkan.
"Kamu antar Reana pulang!" ucap Revan kemudian menyalakan mesin motornya dan meninggalkan Taman hiburan itu.
Revin terdiam melihat sang kakak yang sudah pergi dengan menahan emosi membuatnya bertanya dalam hati.
'Apa yang membuat dia begitu emosi,' ucap Revin dengan menatap Revan yang perlahan-lahan hilang dari pandangannya.
Revin naik ke motornya kemudian memakai helmnya, sementara Reana masih menundukkan kepalanya dengan mengigit bibir bawahnya sambil sesekali tangannya mengusap air mata yang menetes di pipinya.
"ayo naik, kita pulang ke rumah!" ucap Revin dan Reana pun segera naik ke motor dan memeluk pinggang sang kakak.
Revin menyalakan mesin motornya kemudian menancap gas dan meninggalkan parkiran taman hiburan itu.
Dua puluh menit kemudian.
Revin dan Reana tiba di rumah, Revin mematikan mesin motornya dan Reana segera turun lalu berjalan masuk dengan cepat membuat Revin yang tengah membuka helmnya hanya bisa menghembuskan nafasnya.
Reana berjalan melewati ruang tamu tanpa berbicara sedikit pun membuat Ana menatap bingung putrinya itu.
"Reana kenapa, Vin?" tanya Ana pada Revin yang baru saja masuk dan berjalan melewati ruang tamu.
"Tidak apa-apa, mom. hanya masalah kecil, aku akan berbicara padannya," ucap Revin tersenyum pada ibunya.
Ana yang menganggu menganggapi ucapan putranya sedang Arian, masih asyik dengan kegiatannya yang tengah memakan buah nenas yang sudah di kupas dan di potong-potong oleh Ana tadi.
* * *
Reana membuka pintu kamarnya dan menutupnya kemudian menjatuhkan tubuhnya di tempat tidur dan terisak dengan bantal yang ia gunakan untuk menutup kepalanya agar suara isaknya tidak terdengar.
Ini pertama kalinya, Reana melihat Revan yang begitu emosi, Revan yang ia tahu penuh kasih sayang meski dengan sikap yang kadang datar atau dingin tapi tetap menyanyangi Reana dengan sepenuh hati.
Dan tadi, Reana benar-benar terkejut melihat raut wajah sang kakak yang menahan merah padam karna menahan amarahnya.
Lama Reana menangis hinggga tiba-tiba ia merasakan seseorang mengangkat bantal yang menutupi wajahnya yang sudah basah karna air mata.
Reana terkejut dan menatap Revin yang juga menatapnya dengan tatapan datar.
Revin menghembuskan nafasnya kemudian duduk dan menatap sang adik yang wajahnya basah karna air mata.
"Ada apa?" tanya Revin dan kemudian Reana menangis dan berhambur ke pelukan sang kakak.
"Maaf," hanya itu yang Reana ucapkan dengan terus menagis di dada bidang kakak keduanya.
Revin mengelus rambut Reana yang tergerai dengan lembut dan membiarkan Reana untuk mengeluarkan semua air matanya yang sedari tadi ia tahan.
Revin tau, jika sebenarnya tadi Reana sangat takut dapat Revin lihat dari tubuh Reana yang sedikit gemetar dan juga dari wajah Revan yang merah padam menahan emosi.
"Sudah, jangan menangis lagi. adikku tidak boleh cengeng," ucap Revin melepaskan pelukan Reana kemudian menghapus air mata sang adik yang terus menerus mengalir membasahi pipi chubynya.
Perlahan-lahan Reana mulai berhenti menangis tapi masih sesungukan akibat menangis terlalu lama.
"Apa yang membuat kakak marah besar?" tanya Revin dengan mengelus rambut adiknya.
Reana mulai menceritakan hal yang terjadi tadi, dimana teman prianya itu menyentuh wajahnya dan kemudian perlahan mendekatkan wajahnya ke wajah Reana dan Reana sama sekali tidak menghindar dan hanya terdiam.
Dan saat bibir mungilnya hampir bertemu dengan bibir milik teman prianya itu, Revan datang dan menariknya ke pelukannya lalu di situlah yang membuat Reana sedikit tersentak karna mendengar suara sang kakak yang terdengar begitu menakutkan di telinganya dan juga saat ia menatap wajah sang kakak yang merah padam, membuatnya benar-benar takut.
Revin hanya terdiam setelah mendengar Reana menceritakan hal yang terjadi tadi sebelum Revan marah, Revin mengepalkan tangannya kemudian menghembuskan nafasnya dan menatap adiknya itu.
"Reana, dengarkan kakak!" ucap Revin membuat Reana yang menunduk mengangkat kepalanya dan menatap kakaknya yang juga menatapnya.
"Jangan pernah membiarkan seseorang mencium bibirmu, jangan biarkan mereka menyentuhmu, jaga jarak dengan pria mana pun, bukan kakak melarangmu untuk berteman dengan seorang laki-laki atau memiliki pacar," ucap Revin menghentikan ucapannya kemudian menghembuskan nafasnya dan kembali berbicara.
"Tapi akan lebih baik, jika kamu menjaga jarak dari mereka, saat ini kamu belum tau apa yang laki-laki fikirkan saat melihatmu, ketika mereka melihatmu, yang ada di fikiran mereka hanyalah fikiran yang buruk, mereka akan memanfaatkan kepolosanmu untuk kepentingan mereka, jangan muda untuk tertipu dengan kata-kata manis yang mereka lontarkan dari mulut mereka," ucap Revin lagi-lagi menghentikan ucapannya dan kembali menghembuskan nafasnya.
"Karna mereka berbahaya, kakak dan kak Revan hanya ingin kamu tetap aman, dan selalu menjaga diri dari para buaya di luar sana, karna bagi kami, kamu adalah hal yang sangat penting yang harus kami jaga, kamu adalah harta yang sangat berharga bagi kakak dan kak Revan dan wajar bagi kak Revan untuk marah saat melihat ada lelaki yang ingin mencium bibirmu yang hanya bisa kamu berikan pada suamimu nanti, tidak pada orang yang hanya datang untuk kesenangan dan setelah berhasil mengambilnya, dia akan pergi entah kemana," ucap Revin panjang lebar menjelaskan pada Reana.
Reana terdiam mendengar ucapan sang kakak, Reana fikir jika kedua kakak laki-lakinya terlalu posesif padanya karna dia satu-satunya anak perempuan di keluarganya tapi ternyata, mereka memiliki alasan lain yang sama sekali tidak Reana sadari.
"Kakak dan kak Revan sangat menyangimu, kami hanya tidak tau harus mengatakannya dan memilih untuk memperlihatkannya dengan cara kami, yaitu menyanyagimu dan menjagamu agar tetap aman, meski pun kami tau, jika cara yang kami lakukan salah dan itu membuatmu tidak nyaman, tapi hanya itu yang bisa kami lakukan, karna kata-kata tidak mampu untuk mengungkapkan rasa sayang kami," ucap Revin membuat Reana kembali menangis dan kembali menghambur ke pelukan sang kakak.
"Maaf 'kan Reana, Reana janji akan turutin semua yang kak Revan dan kak Revin bilang, Reana janji tidak akan memgulangi hal yang Reana lakuin tadi," ucap Reana berjanji pada Revin.
Revin tersenyum karna adiknya itu mulai ingin mendengarkan apa yang ia bilang dan Revan.
"Tapi, bukankah kakak juga laki-laki," ucap Reana melepaskan pelukannya dan menatap Revin dengan tatapan penuh selidik.
"Apa kakak juga sama seperti pria di luar sana?" ucap Reana membuat Revin terkejut kemudian tersenyum kecil.
"Tentu saja tidak, kakakmu ini adalah pria baik-baik, meski pun punya banyak pacar, tapi kakak tidak pernah melewati batas, karna kakak tau batasan ketika berpacaran, bahkan bibir kakak ini masih suci loh," ucap Revin membuat Reana terkejut.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 157 Episodes
Comments
helga
best brother
2021-05-16
0
raraniii
lanjut kuy
2020-08-24
2
kim.yeoja.syahkira
biarpun ga bisa nahan emosi tp masih tau aturan, masih bisa nahan diri biar ga kelewat batas dalam percintaan
2020-07-17
3