Revin tersenyum pada Revan yang melihatnya dengan tatapan datar.
"Bagaimana kak?" tanya Revin dan Revan hanya menghembuskan nafasnya.
"Tidak lama lagi guru BK mu itu akan datang. Reon, Ayo!" ucap Revan dan Reon pun segera berdiri dari duduknya dan mengikuti Revan menuju parkiran untuk segera kembali ke sekolah.
Revin hanya terdiam kemudian melihat Carlos yang juga terdiam melihat Revan meninggalkan gerbang sekolah.
Tidak lama kemudian, Guru BK pun datang menghampiri Revin yang masih setia berdiri di tempatnya.
"Revin, kali ini saya memaafkan kesalahanmu, ingat untuk tidak mengulangnya lain kali," ucap guru BK itu pada Revin.
Revin tersenyum lebar dan kemudian berjalan mendekati guru BK itu.
"Saya tidak berani janji, pak. kalau mereka tidak membuat saya marah, maka mungkin tidak akan ada lain kali," ucap Revin kemudian pergi menuju kelas di ikuti oleh Carlos.
Guru BK itu merinding mendengar perkataan Revin, ini pertama kalinya dia di buat takut oleh seorang siswa, pertama Revan kemudian Revin.
Guru BK itu menelan salivanya dengan susah payah.
'Anak yang mirip dengan Revin itu benar-benar menakutkan, aku saja sampai merinding tadi dan sekarang Revin juga seperti memiliki aurah membunuh, aku harus berhati-hati dengan anak ini,' ucap guru BK itu dalam hati.
Revin dan Carlos masuk ke dalam kelas dengan keadaan mandi keringat.
Revin duduk di bangkunya yang berada di dekat jendela kemudian menghembuskan nafasnya, Carlos menatap sahabatnya itu dengan tatapan cukup prihatin.
Saat ini semua siswa dan siswi menatap Revin dan Carlos karna baru masuk ke kelas, padahal bel masuk kelas sudah berbunyi sedari tadi, tapi untung saja guru belum datang.
"Revin, aku dengar orang yang kamu pukul tadi di rujuk ke rumah sakit, karna hidungnya patah dan juga lukanya yang cukup parah, kamu sadis juga ya," ucap Carlos membuat seluruh siswa dan siswi di dalam kelas itu merinding.
Revin hanya mengangguk mengerti tidak berniat berbicara karna moodnya saat ini sedang buruk karna hampir sejam berdiri di bawah terik matahari.
* * *
Revan dan Reon tiba di parkiran sekolah dan segera mematikan mesin motornya dan bergegas ke kelas.
Revan mengetuk pintu kelas yang terbuka membuat guru yang sedang mengajar menoleh padanya.
"Maaf, pak. tadi saya ada urusan," ucap Revan singkat.
Guru itu mengangguk kemudian mempersilahkan Revan dan Reon untuk segera masuk ke kelas.
Revan duduk di kursinya di samping di dekat jendela di ikuti oleh Reon yang duduk di kursinya di samping Revan.
Revan dan Reon menyimak dengan baik pelajaran yang di terankan oleh guru di depan mereka.
Pukul 4 sore.
Revan dan Reon bersiap untuk pulang dan segera menuju ke parkiran. saat hampir tiba di parkiran, tiba-tiba seorang siswi berdiri tepat di hadapan Revan, membuat Revan menghentikan langkahnya dan berdecak kesal.
"Kakak Kelas Revan, saya menyukaimu," ucap siswi itu dengan menyodorkan surat cinta pada Revan sambil menundukkan kepalanya.
Reon terdiam dan kemudian menatap raut wajah Revan yang datar.
'Ah, pasti di tolak,' tebak Reon dalam hati.
"Minggir," ucap Revan datar dengan ekspresi dingin membuat siswi itu tersentak dan kemudian menyingkir dan berlari dengan menangis.
'Sudah ku duga,' ucap Reon dalam hati kemudian menatap sahabatnya itu sambil mengelengkan kepalanya.
"Wah, kau sadis sekali pada adik kelas sendiri," ucap Reon yang mendapat tatapan tajam dari Revan membuat Reon bungkam seketika.
Revan menaiki motor besarnya dan kemudian mengangkat helmnya berniat untuk memakainya.
"Jam 7 malam nanti," ucap Revan pada Reon kemudian memakai helmnya dan segera menyalakan mesin mobilnya dan menarik gas menuju ke sekolah Reana.
Reon tersenyum pada Revan dan segera menaiki motornya untuk segera pulang ke rumah bersiap untuk nanti malam.
* * *
Revin dan Carlos berjalan ke parkiran dan naik ke motor masing-masing berniat untuk pulang ke rumah.
"Brother mengirim pesan padaku, dia bilang untuk bertemu jam 7 malam nanti untuk membahas sesuatu," ucap Revin pada Carlos.
Carlos yang mendengar hal itu mengangguk dan Revin pun menyalakan motornya untuk segera pulang ke rumah.
'Apa ada hal penting yang ingin di katakan oleh Revan ya,' ucap Carlos dalam hati kemudian memakai helmnya dan segera menyalakan motornya dan keluar dari gerbang sekolah.
* * *
Revan menghentikan motornya di depan gerbang sekolah Reana tanpa berniat untuk membuka helmnya.
Tidak lama kemudian, Revan melihat Reana berjalan dengan seorang pria membuat Revan membuka helmnya kemudian memanggil adiknya itu.
"Reana!" panggil Revan membuat Reana menoleh dan tersenyum kemudian berpamitan pada teman prianya itu lalu mendekat pada sang kakak yang masih berada di atas motor dengan wajah datar dan juga tidak lupa dengan ekspresi dingin.
"Aku fikir kak Revan tidak datang untuk menjemputku," ucap Reana saat berada di dekat sang kakak.
"Itu tidak mungkin, naiklah," ucap Revan dan Reana pun mengangguk kemudian memakai helm yang sedari tadi ia bawa.
Revan menatap tajam pada pria itu, pria itu menelan salivanya dengan susah payah karna di tatap tajam oleh Revan.
Reana nail ke motor dan kemudian memeluk pinggang sang kakak dan Revan pun segera menjalankan motonya setelah memakai helm.
'Itu cowok siapanya Reana ya, liat aku tajam amat, jangan-jangan pacarnya Reana lagi,' ucap pria itu kemudian mengangkat bahunya bergidik ngeri dengan tatapan Revan padannya.
* * *
Revin tiba di rumah dan tidak melihat motor Revan di halaman rumah.
'Sepertinya kakak belum sampai rumah, mungkin dia menjemput Reana dulu kali,' ucap Revin dalam hati kemudian masuk ke dalam rumah.
"Aku pulang," ucap Revin sedikit berteriak membuat Ana yang baru saja turun dari tangga segera menghampiri putra keduanya itu.
"Udah pulang, Vin. kamu kok bau keringat sayang," ucap Ana pada putra keduanya itu saat sudah berada di dekatnya.
"Hehe, tadi lari-larian di sekolah, Mom. jadi keringatan deh," ucap Revin kemudian tersenyum memperlihatkan deretan giginya yang putih.
Revin mencium pipi sang ibu kemudian segera naik ke lantai atas.
"Revin masuk kamar dulu, Mom." ucap Revin dan berlari menaiki tangga menuju kamarnya.
Ana mengelengkan kepalanya melihat tingkah laku putranya itu.
"Kami pulang," teriak 2 orang yang baru saja datang dan masuk ke dalam rumah.
"Mommy," teriak Reana berlari dan segera memeluk sang ibu.
"Ada apa, Rere." ucap Ana pada putrinya kemudian menatap putranya yang berwajah datar.
"Aku ke atas dulu, Mom." ucap Revan kemudian naik ke lantai atas dengan lesuh.
"Kakak kamu kenapa?" tanya Ana pada Reana yang sudah melepaskan pelukannya dari perut sang ibu.
Reana tersenyum kikuk kemudian menceritakan hal yang tadi terjadi sebelum dirinya tiba di rumah.
Beberapa saat yang lalu.
Revan dan Reana sedang dalam perjalanan pulang, hingga tiba-tiba Reana memukul bahu sang kakak untuk segera menghentikan motornya.
Revan menghentikan motornya ke tepi tepat di depan supermarket.
"Ada apa?" tanya Revan membuka helmnya lalu menoleh kebelakang.
Reana mengingit bibir bawahnya kemudian berbicara.
"Kak, bisa belikan aku ...," ucap Reana mengantung ucapannya.
Revan mengernyit heran kemudian bertanya.
"Apa?" tanya Revan lagi pada Reana.
Reana membuka helmnya kemudian membisikkan sesuatu di telinga Revan.
Reana tersenyum malu setelah selesai menbisikkan hal yang ingin dia beri tahu pada sang kakak.
Revan terdiam kemudian menghembuskan nafasnya dan turun dari motornya kemudian berjalan ke arah supermarket lalu masuk meninggalkan Reana yang masih duduk di atas motor.
Revan masuk ke dalam supermarket kemudian berkeliling mencari sesuatu yang Reana bisikkan padannya tadi.
Revan mengambil barang itu dengan sesekali menghembuskan nafasnya kemudian berjalan ke kasir lalu menaruh barang yang ia ambil di atas meja kasir.
Revan berwajah datar sedang sang kasir supermarket yang merupakan seorang wanita menahan tawanya melihat apa yang Revan beli.
"Apa ini saja, tuan." ucap wanita itu pada Revan.
Revan mengangguk tidak berniat berbicara karna dirinya benar-benar malu sekarang.
"Ini tuan," ucap wanita itu kemudian memasukkan barang yang di beli Revan ke kantongan plastik.
Revan segera membayarnya kemudian keluar dari supermarket itu meninggalkan wanita itu yang cekikikan.
'Sial**n,' umpat Revan dalam hati kesal sekaligus malu.
"Ini," Revan menyodorkan barang yang ia beli pada Reana yang tersenyum senang.
"Makasih, kakak," ucap Reana kemudian memasukkan pembalut yang Revan beli ke tasnya.
"hm," hanya itu yang keluar dari mulut Revan dan segera naik ke motornya dan memakai helmnya.
Revan melajukan motornya dengan kecepatan 70 km agar dirinya bisa cepat sampai ke rumah.
* * *
Kini Revan berjalan menuju kamarnya dan segera membuka pintu kamarnya.
'Aku tidak akan mau memiliki pacar jika harus di repotkan seperti tadi,' ucap Revan dalam hati kesal sambil membuka pintu kamarnya
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 157 Episodes
Comments
Lulu_djie
masih jaman ya nyatain cinta pake surat..😁
2020-09-04
1
Ayunina Sharlyn
lanjut Thor
semangat ya
salam Vicky I love you💖
2020-07-13
1
Diana Ana
suka binggo
2020-06-30
1