Reana menatap Revin dengan tatapan tidak percaya, bagaimana mungkin kakaknya itu tidak pernah berciuman.
"Bohong banget sih," ucap Reana membuat Revin Membelalakkan matanya.
"Kakak ngga bohong tau, kakak udah punya banyak pacar tapi tidak ada satu pun dari mereka yang pernah mendapat kecupan dari kakak, lecuali Mommy," ucap Revin kemudian menyilangkan tangannya di depan dada.
"Percaya atau pun tidak, yang penting kakak berkata jujur dan juga Reana, jangan pernah membuat kak Revan marah, mengerti!" ucap Revin dan Reana pun mengangguk mengerti.
Revin tersenyum kemudian mengelus rambut Reana dan berdiri dari duduknya lalu keluar dari kamar Reana untuk segera ke kamarnya.
Revin membuka pintu kamarnya dan segera merebahkan tubuhnya di atas tempat tidur empuknya.
Revin menghembuskan nafasnya berulang-ulang lalu menatap langit-langit kamarnya.
"Brother kemana ya?" tanya Revin pada dirinya sendiri kemudian bangun dari tidurnya dan duduk di atas tempat tidur.
Revin mengambil ponselnya yang tergeletak di tempat tidur kemudian mengetik sesuatu di grup chat yang beranggotakan 4 orang yaitu dirinya, Revan, Reon dam Carlos.
Revin melihat nomor kakaknya yang tidak aktif kemudian berdecak kesal.
"Apa Brother ada bersama kalian" isi chat Revin di grup.
"Dia tidak bersamaku," chat yang masuk dari Carlos membuat Revin membuang ponselnya di sampingnya.
Tiba-tiba ponsel Revin berdering menandakan ada pesan yang masuk.
Revin kembali mengambil ponselnya lalu melihat isi chat itu yang tidak lain dari Reon.
"Dia ada bersamaku di markas," isi chat Reon membuat Revin mengernyitkan alisnya.
"Apa dia baik-baik saja?" isi chat Revin pada Reon.
"Wah, kalian berdua pergi markas tanpa mengajak kami, sia**n," Isi chat Carlos yang mengumpat karna Reon tidak mngajaknya ke markas.
"Iya, dia ada di sini, coba tebak apa yang dia lakukan," Isi chat Reon membuat Revin bertanya-tanya.
"Apa yang dia lakukan?" isi chat Revin yang mulai penasaran.
"Iya, apa yang dia lakukan, aku penasaran," isi chat Carlos yang begitu penasaran apa yang di lakukan Revan di markas.
"Dia sedang memukul seorang pria yang tidak tau siapa, karna pria itu berani-berani ingin mencelakai Reana," isi chat Reon membuat Revin segera keluar dari kamarnya dengan jaket dan kunci motor di tangannya dan segera menuruni tangga.
Revin berlari dengan cepat keluar dari rumah membuat Arian yang baru saja keluar dari kamar dan berniat mengambil air minum untuk Ana yang tiba-tiba merasa tidak enak badan.
'Mau kemana anak itu, sepertinya hal yang gawat,' ucap Arian dalam hati kemudian menghembuskan nafasnya dan kembali melangkahlan kakinya ke arah dapur.
Tiba-tiba ponsel yang berada di saku celana Arian berdering, Arian segera mengangkat telfon dari orang yang tidak lain adalah Desta.
"Halo, ada apa?" tanya Arian to the point.
"Halo, Bos. tuan muda Revan mengamuk di markas bahkan memukul seorang anak berumur 16 tahun tanpa ampun," ucap Desta di seberang telfon membuat Arian terkejut.
"Apa! bagaimana mungkin?" ucap Arian tidak percaya dengan apa yang ia dengar.
"Iya, Bos. pria yang tuam muda Revan pukuli adalah orang yang ingin mencelakai nona Reana," ucap Desta membuat Arian menghembuskan nafasnya.
"Baiklah, awasi dia, Revin dalam perjalan ke sana," ucap Arian yang kini sudah tau kemana putra keduanya itu ingin pergi dengan begitu terburu-buru.
"Baik, Bos!" ucap Desta dan Arian pun mematikan panggilang lalu segera mengambil air di dapur untuk memberikannya pada istrinya.
* * *
Tiga puluh menit kemudian
Sementara itu, Revin sudah tiba di markas Dragon night dan segera membuka helmnya dan berlari masuk ke dalam markas dan terkejut melihat kegilaan sang kakak.
Revin segera menghampiri Revan sedang Reon hanya bisa berdiri tidak jauh dari Revan karna takut jika terlalu dekat, bisa-bisa dirinya juga yang akan kena batunya.
"Brother hentikan!," ucap.Revin berusaha untuk menghentikan Revan yang tangannya sudah di penuhi oleh darah pria yang ia pukuli.
"BROTHER HENTIKAN!" Teriak Revin membuat Revan menghentikan tangannya kemudian menoleh pada Revin dengan iris mata yang sudah berubah menjadi merah karna marah.
Semua orang menelan salivanya melihat hal itu, tapi tidak dengan Revin yang tediam dengan kembali menatap mata sang kakak.
Revan berjalan menjauh dari pria itu yang wajahnya sudah benar-benar hancur tapi masih hidup.
Revan mencoba mengatur nafasnya yang tidak beraturan akibat emosi dan perlahan-lahan iris matanya kembali normal.
Revin menatap miris pria itu, lalu memberi isyarat pada beberapa bawahannya untuk membawa pria itu ke rumah sakit dan berniat untuk membayar biaya rumah sakit.
"Bawa dia ke rumah sakit, soal biaya aku ...," ucap Revin yang terhenti karna Revan sudah berbicara.
"Segera bangkrutkan perusahaan XT Group!" ucap Revan yang merupakan perintah.
Revin terdiam kemudian menatap Reon yang hanya terdiam karna apa yang di katakan oleh Revan adalah hal yang harus di patuhi.
Revin menghembuskan nafasnya kemudian berbicara pasa bawahannya yang menunggunya berbicara tentang biaya rumah sakit pria itu.
"Biaya aku yang bayar, pergilah!" ucap Revin dan ketiga bawahannya itu pun pergi untuk membawa pria itu ke rumah sakit.
"Sebenarnya ada apa? apa yang membuat Brother marah," ucap Revin menatap semua orang yang hanya terdiam hingga tatapannya jatuh pada Desta.
Desta hanya menganggukkan kepalanya membuat Revin semakin bingung.
"Brother ...," ucap Revin menunggu sang kakak untuk menjawab pertanyaan yang ia lontarkan.
"Pria itu berusaha untuk mencelakai Reana, dia teman sekolah Reana dan juga anak dari XT Group, perusahaan yang berusaha menjatuhkan perusahaan Daddy dan dia ibgin mengunakan cara licik untuk membuat Daddy menuruti perkataannya dengan cara meminta putranya untuk mengajak Reana pergi ke taman hiburan kemudian mencelakainya bahkan berniat untuk melecehkannya," ucap Revan mengertakkan giginya mencoba untuk menahan amarahnya yang lagi-lagi ingin meledak.
Revin terkejut mendengar penjelasan sang kakak dan kemudian mengepalkan tangannya.
"Sia**n," umpat Revin kesal dengan apa yang ia dengar.
"Berani-beraninya mereka!" ucap Revin yang mulai emosi.
"Bawakan aku laptop!" perintah Revin dan sedetik kemudian seorang bawahannya membawa laptop dan memberikannya pada Revin.
Revin segera duduk di kursi di depan meja yang berada di ruangan itu lalu membuka laptopnya lalu mulai meretas sistem perusahaan XT Group.
Hanya perlu waktu 3 menit dan Revin berhasil meretas sistem perusahaan online XT Group dan mulai melancarkan aksinya untuk membuat bangkrut perusahaan yang sudah berani ingin mencelakai adiknya dan juga menganggu ketenangannya.
Sepuluh menit kemudian.
Revin berhasil membuat harga saham perusahaan XT Group jatuh hingga benar-benar tidak dapat di tolong bahkan Revin sudah membuat pengumuman, di media online pada semua bank di seluruh Kota untuk tidak memberikan pinjaman pada XT Group atau pihak yang berhubungan dengan XT Group, jika mereka memberikan pinjaman maka hari itu juga, bank itu akan hilang dari kota itu atau hancur tak tersisa.
Revin tersenyum penuh kemenangan dengan apa yang sudah ia buat dan kemudian menatap sang kakak yang mulai bernafas normal.
Revin menatap kakaknya itu dengan pandangan kagum, kagum karna kakaknya sudha berusaha keras untuk melindunginya dan juga Reana selama ini tanpa melibatkan orang tua mereka.
'Brother, kamu adalah panutanku, aku akan berusaha untuk bisa terus bisa sepertimu dan juga akan melindungi Reana, aku janji padamu,' ucap Revin dalam hati berjanji pada dirinya sendiri.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 157 Episodes
Comments
Tan
bagus banget epribadihhh
2021-07-31
0
kim.yeoja.syahkira
suka ihh ceritanya, ga menye2 trus, banyak konflik soal bisnis dan mafia
2020-07-17
7
Rizna Aftha
duh jadi iri deh sama reana..
2020-07-03
4