"Katakan sekali lagi julukan s*alan itu!!" ucap Al dengan nada dingin serta tatapan tajamnya.
Bukannya takut, Shakila tetap ikut menatap tajam Al. "Tiang listrik kena salju, kenapa ha! Memang benar kan lo tinggi kaya tiang listrik terus dingin seperti salju yah pas lah! Bagus kan julukan yang gue berikan," jawab Shakila dengan senyum smirknya.
Al mengepalkan tangannya kesal mendengar apa yang dikatakan Shakila terutama melihat keberanian Shakila yang malah tersenyum seperti meledek dirinya.
"Ekhem, Al sebaiknya kita pulang aja yuk. Kita juga ada kegiatan kan sesudah ini!" ujar Kenta ingin melerai keduanya sebelum Al kelepasan berbuat kasar ke Shakila.
Al hanya menatap tajam sekilas Kenta setelah mendengar ucapan Kenta itu, lalu kembali menatap tajam Shakila.
"Ck kapan tatap-tatapan tajam ini selesai, leher gue udah sakit mendongak, lo sih kenapa pake tinggi banget!!" gerutu Shakila yang nampak tidak ada takut-takutnya.
Mendengar hal menjengkelkan lagi yang keluar dari mulut perempuan di depannya ini, Al pun menundukkan kepalanya lalu berbisik, "Lo akan dalam pengawasan gue!" bisiknya tepat di samping telinga Shakila dengan nada dinginnya.
Shakila hanya acuh tak acuh mendengar perkataan yang mengandung ancaman dari Al kepadanya.
"Ayo!" ajak Al lalu pergi duluan dari tempat itu.
"Sorry yah cantik," ujar Davin yang langsung pergi karena ditarik oleh Kenta.
Wajah Shakila tambah muram melihat kepergian ketiganya. "S*alan gara-gara tiang listrik kena salju itu tuh gue kan nggak jadi pinjam hpnya cowok tadi!! Aahkk ck nyebelin banget sih!!" gerutu Shakila merasa sangat kesal saat ini, ia pun menarik rambutnya serta mendendang-nendang sembarangan saking kesalnya.
******
Mansion yang nampak mewah dan besar terpampang di depan Shakila, Mansion yang dirindukannya dimana banyak kenangan yang tersimpan rapih di Mansion itu.
"Akhirnya gue bisa juga sampai di Mansion ini! Untung supirnya baik gue bayar kalau sampai sini. Okayy sekarang saatnya minta duit dulu keburu supirnya marah lagi karena nunggu lama," gumamnya kepada dirinya sendiri.
Shakila pun melangkah ke gerbang yang tertutup rapat.
Tuk tuk tuk, Shakila mengetuk pagar itu agar terdengar oleh satpam yang sedang berjaga di pagar. Shakila sangat yakin saat ini pasti pagar tengah di jaga ketat.
Seperti dugaan Shakila satpam yang berjaga tidak langsung membukakan gerbang untuknya, dan Shakila juga dengan instingnya yang masih ada walaupun berpindah tubuh ia dapat melihat dari lubang kecil yang ada di pagar itu bahwa ada beberapa bodyguard yang membawa senjata berjaga di sekitar gerbang.
"Siapa anda? Ada tujuan apa?" tanya seseorang yang berpakaian Satpam kepada Shakila tanpa basa-basi.
"Saya Shakila, dan tujuan saya ingin bertemu dengan Tuan Abrata dan Nyonya Milona. Anda bisa menyampaikan ke Tuan Abrata apa yang akan saya katakan ini dan saya yakin Tuan Abrata akan membiarkan saya masuk. Aleena Queena Adelia A. sebenarnya masih hidup dan saya tau dimana dia berada, tolong sampaikan hal itu!" tegas Shakila.
"Baik, tunggu sebentar," ujar Satpam itu lalu berniat pergi.
"Eh, tunggu dulu dong pak!" cetus Shakila buru-buru.
"Ada apa lagi?" tanya Satpam itu dengan wajah herannya.
"Pinjam dulu pak uangnya lima puluh ribu aja pak!" ujar Shakila sembari menyodorkan tangannya.
"Ha?" Satpam itu mengernyitkan dahinya mendengar permintaan Shakila, begitupun yang sedang berjaga dengan memegang senjata di dekat Satpam itu juga merasa heran.
"Eitss, bapak jangan kira saya pengemis yah! Saya beneran ada keperluan dan apa yang saya katakan tadi beneran. Tapi, saat ini saya lagi butuh nanti deh saya bayar dua kali lipat pak, boleh yah pak?" pinta Shakila lagi sekaligus mengklarifikasi takutnya dirinya hanya dianggap pengemis dan semua yang diucapkannya tadi hanya bohongan belaka.
"Mm baiklah." Satpam itu pun memberikan uang selembar lima puluh ribu rupiah ke Shakila.
Shakila bernafas lega menerima uang itu, karena ia bisa bayar ongkosnya ke sini. "Pegang janji saya yah pak, bapak tenang aja kalau bapak sampaikan pesan saya tadi saya jamin saya akan langsung bayar!" janji Shakila bersungguh-sungguh.
Setelah mengatakan hal itu Shakila pun kembali ke tempat supir yang mengantarkannya hingga ke tempat ini.
Setelah membayar Shakila menunggu di luar hingga Satpam kembali setelah melapor dan menerima perintah.
Setelah beberapa saat, setelah lelah menunggu akhirnya Satpam yang di tunggu-tunggu Shakila datang juga.
Satpam yang baru datang itu langsung membukakan gerbang untuk Shakila dan mempersilahkan Shakila untuk masuk ke Mansion. "Silahkan Nona."
Shakila senang bisa kembali ke Mansion ini. Ia melihat sekitar dan tersenyum kecil, bahkan Shakila merasa sangat senang menghirup udara di Mansion ini kembali yang terasa sejuk karena dikelilingi dengan banyak pepohonan.
Saat sampai di area Mansion, Satpam itu kembali berkata dengan sopan. "Saya hanya mengantar Nona sampai di sini, selanjutnya Nona akan dipandu oleh pelayan itu untuk bertemu dengan Tuan, Nyonya dan Tuan Muda," ujar Satpam itu sembari menunjuk pelayan yang berada di depan mereka saat ini.
Shakila hanya mengangguk mendengar hal itu. Shakila hampir saja lupa kalau punya kakak yang nyebelin yah walaupun dia juga tetap sayang dengan kakaknya yang selalu jahil kepadanya itu.
"Mari Nona," ujar pelayan itu mempersilahkan Shakila untuk mengikutinya.
Lagi-lagi Shakila hanya menjawab dengan anggukan. Walaupun Shakila sudah tahu setiap sudut Mansion ini, tetapi ia tidak ingin membuat yang lain curiga sebelum dia mengungkapkan hal itu ke orang tua aslinya langsung.
Shakila di bawa oleh pelayan ke ruang tamu yang berada di Mansion itu yang ternyata sudah duduk Tuan Abrata, Nyonya Milona dan Tuan Muda Arka serta kepala pelayan yang biasa dipanggil Pak Chan.
"Selamat sore Tuan, Nyonya, dan Tuan Muda. Saya membawa wanita yang ingin menemui Tuan," ujar pelayan itu menunduk hormat.
"Hmm kamu boleh pergi," perintah Arka. Arka yang menjawab karena melihat orang tuanya yang sudah tegang dari tadi.
Pelayan itu pun pamit lalu pergi dari tempat itu.
"Duduk!" perintah Abrata dengan wajah datarnya yang sangat berbeda dengan perasaannya saat ini.
Shakila mengangguk lalu duduk sesuai dengan perintah dari Abrata.
'Xixixi Daddy nggak berubah sama sekali beda di wajah beda dihati,' batin Shakila tersenyum kecil melihat orang tua yang dirindukannya.
"Dari mana kamu tau kalau anak kami sudah meninggal, padahal beritanya belum kami sebarkan?!" tanya Milona dengan tatapan tajamnya mulai mengintrogasi Shakila.
Deg...
Jantung Shakila tiba-tiba terasa berdebar kencang. Walaupun Shakila sudah tau kalau tubuh aslinya sepertinya sudah meninggal seperti beberapa novel yang sudah dibacanya mengenai transmigrasi tapi tetap saja ia terkejut mendengar langsung dari ibu kandungnya bahwa tubuh aslinya sudah meninggal.
"Kenapa kamu diam saja! Cepat jawab!!" seru Milona dengan nada tegasnya yang terkesan tidak sabaran untuk mengetahui jawaban dari perempuan di depannya.
"Karena saya anak anda," jawab Shakila dengan sedikit teriak. Jantung Shakila benar-benar berdebar kencang saat ini bahkan napasnya memburu.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 29 Episodes
Comments
Zizi🍁
lanjut thot
2023-02-03
0
Uchi Hafiz
lanjut
2023-02-03
0
ririn
😭😭😭kurang thor
2023-02-02
0