Seminggu berlalu, hari pengumuman kelulusan tiba, beruntung pihak sekolah mengumumkannya secara online, sehingga baik orang tua ataupun murid tak perlu hadir di sekolah, mencegah coret-coret yang biasanya dilakukan oleh siswa siswi.
Rindu masih berada ditempat nan jauh dari ibukota, bukan ia melarikan diri, ia hanya ingin menenangkan hatinya, bagaimanapun akibat perundungan yang dilakukan teman-temannya membuatnya tertekan.
Kartika tentu tau keberadaan putrinya, tak ada Omelan atau protes dari wanita berusia empat puluh tahun itu.
Rindu juga melewatkan acara perpisahan di sekolahnya, tak masalah, toh dirinya bukan juara sekolah yang akan diundang diatas panggung untuk diberikan penghargaan.
Namun penandatanganan ijazah beberapa hari usai acara perpisahan, mau tak mau mengharuskannya datang ke sekolah.
Sehari sebelumnya, ia kembali ke ibukota, ia pulang ke rumah orangtuanya.
Sudah berminggu-minggu ia tak pulang, satu hal yang membuatnya merasa janggal, kenapa papanya yang biasa cerewet, tak lagi menghubunginya, namun ia menepis pikiran buruk itu, ia tau dari Kartika jika papanya sibuk dengan proyek di Bandung yang sebentar lagi rampung.
Sesampainya di rumah, ia sengaja memasukkan mobilnya ke dalam garasi, begitu masuk ke dalam rumah, tak ada satupun penghuni, baginya hal ini sudah biasa.
Menyetir selama tujuh jam, dan hanya berhenti beberapa kali, membuat kelelahan, Rindu memutuskan untuk tidur setelah sebelumnya membersihkan diri.
Entah berapa lama ia tertidur, nyatanya langit diluar telah gelap, ia berdiam diri sejenak, rasanya nyaman sekali, kamar yang sudah tak ditidurinya berminggu-minggu lamanya.
Perutnya mulai keroncongan minta diisi, ia bangkit dan berjalan menuju kamar mandi.
Setelah mandi dan berganti baju, Rindu keluar dari kamarnya, suasana rumah gelap, "apa mama dan papa belum pulang?"gumamnya, padahal waktu sudah menunjukan pukul delapan malam.
Ia berbalik ke kamar untuk mengambil Hoodie dan dompetnya, sepertinya ia harus makan diluar, ia berfikir mungkin kedua orangtuanya masih di Bandung.
Ia tak memberitahukan kepulangannya pada Kartika, mamanya juga sudah tiga hari kebelakang tak lagi menghubunginya.
Dengan berjalan kaki, ia menuju warung tenda yang biasa berjualan tak jauh dari gerbang komplek .
Ia memesan beberapa menu makanan, warung cukup ramai sebagian meja penuh, menyisakan dua kursi disampingnya.
Hanya beberapa menit, pesanannya telah disajikan, ia mulai menikmati makanannya.
Baru beberapa suap, namanya dipanggil, ia reflek menoleh, mencari sumber suara.
Itu David bersama Seorang lelaki dibelakangnya, yang tak dikenal Rindu.
"Lo kemana aja sih Ri? Pergi nggak pamit,"
Rindu hanya menaikan bahunya tak peduli, ia memilih melanjutkan makannya.
David tak lagi bertanya, lelaki itu berbicara dengan teman disebelahnya, entah membahas apa, Rindu tak terlalu peduli.
Bermenit-menit berlalu, hidangan yang ada dihadapan Rindu, hanya menyisakan tulang dan beberapa butir nasi.
"laper Lo!"cetus David yang duduk bersebelahan dengannya.
"dari siang baru ketemu nasi,"sahut Rindu sembari mengelap mulutnya dengan tisu yang tersedia.
"Besok ke sekolah Ri?"Tanya lelaki yang mengenakan jaket denim dengan tulisan salah satu club' motor.
"Dateng lah, mau nggak mau,"jawab Rindu sembari memainkan sedotannya.
"abis ini mau kemana Ri?"
"pulanglah, tidur,"
"boleh ngomong bentar nggak, gue janji Milano nggak bakal Dateng, dia masih di pesawat abis dari Bali,"
Rindu mengangguk menyetujuinya
"eh kenalin ini Dion, temen balapan gue sama Milano,"
Tak ada jabatan tangan, hanya saling senyum sebagai tanda perkenalan, dikarenakan ada David yang menghalangi mereka.
"ion, Ini Rindu ceweknya Milano,"
"apaan sih Lo,"ucap Rindu ketus.
"emang omongan gue salah? tuh buktinya,"tunjuk David pada gelang yang dikenakan Rindu, "belinya bareng gue tau,"
Rindu berdecak, "jadi ngobrol nggak?"
"Jadilah, tapi di Taman depan aja kali ya!"
Rindu bangkit tak lupa membayar biaya makannya sendiri, awalnya David yang akan membayarnya, tapi ia menolak mentah-mentah.
Keduanya duduk di bangku taman dengan jarak beberapa jengkal, sementara Dion pergi membeli minuman dan rokok di mini market tak jauh dari sana.
"Kejadian perundungan yang Lo alami, sampai ke telinga Milano, dia ngamuk, saat itu sekolah kacau banget Ri, dia udah kayak orang kesurupan, maki-maki pelaku, hampir aja dia mukulin itu cewek-cewek, seumur-umur gue kenal Milano, baru kali ini lihat dia semarah itu, dan yang bikin dia tambah ngamuk elo menghilang gitu aja,"
David menyulut rokoknya yang hanya tinggal satu batang, namun sebelumnya ia minta ijin terlebih dahulu, "acara perpisahan kemarin hampir aja kacau, andai bokap nya nggak dateng, mungkin itu acara nggak bakal terlaksana,"
Lelaki itu menghisap rokoknya dan menghembuskan asapnya ke udara, "nggak cukup sampai disitu Ri, dia kerjain itu Rachel dan Melly habis-habisan,"
"tunggu, sorry gue sela, maksud Lo dikerjain gimana?"tanya Rindu heran.
David bersandar dibangku taman, ia mendongak, "Rachel sama Melly di *****-***** sama cowok-cowok di club', salah mereka sendiri sih, mau-mau aja dikadali,"
Rindu menggeleng tak percaya, "bohong Lo,"
David menatapnya dengan tatapan sulit diartikan dibawah lampu taman yang remang-remang, "Lo belum kenal Milano sepenuhnya, apa dia belum pernah cerita, kalau saat umur lima belas tahun, hampir aja dia nembak ibu kandungnya sendiri, dan bukan hanya itu, Abang tertuanya hampir aja dibikin cacat,"
Lelaki itu menghisap lagi rokoknya, "Milano orangnya nekad Ri, kalau udah emosi, nggak banyak omong langsung eksekusi,"
"Tunggu deh, dia ngelakuin kayak gitu ke ibu sama abangnya, terus nggak dihukum gitu?"sela Rindu.
"Karena emang Ibunya salah, makanya sama bokap seolah dibiarin,"
David membuang puntung rokoknya ke tanah, dan menginjaknya, " gue saranin, kalau emang Lo nggak benar-benar suka sama dia, mending Lo ngilang sejauh-jauhnya, jangan sampai nongol depan dia lagi, bukan elo yang disakiti, tapi orang di sekeliling Lo,"
"gue emang nggak akan kuliah disini Dave, jadi Lo tenang aja, gue bakal enyah dari sini,"
"kalau boleh tau, Lo mau kemana?"
"Rahasia dong, ya kali gue kasih tau elo,"
David terkekeh, "tapi serius Ri, Lo nggak suka sama Milano?"tanyanya.
Rindu menggeleng yakin, "gue takut sama dia,"
"Padahal kata cewek-cewek Milano ganteng banget, aneh Lo, gue rasa Lo mesti ganti kaca mata deh,"
"Udah kok, terakhir gue ke sekolah, kaca mata gue diinjak sama Melly, terpaksa beli deh, sayang duit sebenarnya,"
"pelit lu,"Ejek lelaki itu.
Dion datang membawa paper bag berwarna cokelat, "Dave, hape Lo kenapa? Milano telpon nggak diangkat?"tanyanya.
David memberikan cup es krim pada Rindu, mengantongi sebungkus rokok, dan mengambil minuman kaleng, tak lupa mengecek ponselnya,
"gue silent, kenapa emang?"
"ngajakin ketemuan di club' mau bahas..."Dion tak melanjutkan omongannya, lelaki yang memakai topi hitam itu melirik Rindu.
David yang paham, ikut melirik pada wanita yang tengah memakan es krimnya, "Ri, saran gue abis ini Lo pulang, kunci pintu, jangan nyalain lampu kamar, seolah elo nggak ada di rumah, gue rasa Milano mau nyari Lo lagi, terus gue minta nomor Lo yang baru,"ucapnya sembari menyodorkan ponselnya, "gue bakal kasih info kalau sekiranya dia nyamperin Lo ke rumah,"
Rindu melirik Dion, yang dilirik tentu paham, "Tenang Ri, gue nggak bakal bilang sama Milano, jadi aman,"
Setelahnya Es krim habis, Rindu berpamitan pulang pada dua lelaki itu.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 94 Episodes
Comments
Astri
david ini sbnrx ad mksd apa sihh
2024-01-25
1
Astri
ntah apakah david in tulus berkata sprt it atau ad niat lain
2024-01-25
0
Astri
padahal lebih seru jk tempo hari milano tahu kasus ini klo rindu abis kena bullyan
2024-01-25
0