Mohon bijak dalam membaca
Dengan susah payah Rindu menaiki tangga sambil memapah ukuran tubuh berbeda darinya, menuju kamar yang tadi disebutkan.
Beberapa makian ia tujukan pada lelaki itu, sayangnya hanya bisa ia katakan dalam hati, ia jelas tau resiko yang harus ia tanggung jika menyinggung Milano.
Sesampainya didepan pintu kamar, ia mencari key card di kantong jas yang yang sedari tadi ada dipundaknya.
Pintu terbuka, Rindu melangkah dengan susah payah menuju ranjang mengandalkan pencahayaan dari luar kamar.
Nafas lega, ia hembuskan setelah berhasil meletakan tubuh lelaki yang cukup menyusahkannya.
"Lano, tugas gue udah selesai ya, jadi gue balik dulu, baik-baik Lo, jangan nyusahin gue lagi,"ucap Rindu pelan, berharap ini kali terakhir berurusan dengan lelaki itu.
Namun saat hendak melangkah, tangannya kembali ditahan, "panas.."gumaman terdengar dari mulut Milano.
"apalagi sih? Kan gue udah anterin sesuai permintaan Lo, dan kalau Lo sakit, kenapa nggak minta ke rumah sakit sih,"gerutu Rindu berusaha melepaskan genggaman tangan besar itu, sayangnya pegangannya terlalu kuat, "Lano, lepasin gue ih, gue mau balik,"pintanya.
Rindu bisa melihat Milano bangkit terduduk disisi ranjang sangat dekat dimana ia berdiri.
"Bantuin gue please, panas..."lagi-lagi lelaki itu bergumam.
Rindu melihat kesalah satu sudut kamar, pendingin ruangan telah menyala, "AC nya udah nyala kok, jadi nggak mungkin kepanasan, Lo mimpi apa gimana sih?"tanyanya masih berusaha melepaskan genggaman tangan besar itu.
Dan alangkah terkejutnya ia ketika Milano menariknya, alhasil ia duduk dipangku lelaki itu.
"Lo apa-apaan si, lepasin nggak, gue mau pulang,"ucap Rindu berusaha bangkit.
Namun semakin ia memberontak, tangan besar Milano merengkuhnya semakin kuat.
"kenapa Lo wangi banget sih? Gue suka,"gumam lelaki itu mulai mengendus-endus leher milik Rindu.
Gadis yang baru pertama kali dekat dengan lelaki selain ayah dan mendiang kakeknya, merasa kegelian dengan tindakan yang dilakukan Milano, ia mulai tak nyaman.
"lepasin gue Milano,"pintanya lagi.
Seolah tak peduli, permintaan wanita yang ada di pangkuannya, Milano bahkan menciumi leher dengan aroma yang khas itu, tangannya mulai tak tinggal diam menyentuh sana sini.
Merasa mulai kelewat batas, Rindu semakin keras memberontak, ia bahkan memaki lelaki yang tengah memangkunya.
"lepasin gue brengsek, jangan kurang ajar Lo, sialan,"
Seolah tuli, Milano bahkan menidurkan wanita itu diatas ranjang,
"mo ngapain Lo sialan? Lepasin gue nggak,"Rindu terus memberontak, kakinya dan tangannya tak bisa diam, menyadari tanda bahaya yang akan menimpa dirinya.
Rindu terus memohon untuk dilepaskan, tapi mulutnya malah dibungkam oleh ciuman dari lelaki diatasnya,
Matanya melotot kaget, makiannya teredam oleh mulut Milano, sungguh sial dirinya, ciuman yang ia akan berikan pada lelaki yang dicintai, nyatanya direnggut paksa oleh lelaki yang dibencinya.
Tak peduli dengan pemberontak wanita dibawahnya, Milano mulai membuka paksa dress yang menghalangi jalannya.
Rindu menjerit, namun lagi-lagi mulutnya dibungkam dengan ciuman dari lelaki itu, Air mata mulai mengalir dari kedua sudut matanya,
Pemberontak yang ia usahakan nyatanya sia-sia, tenaganya tak sebanding dengan lelaki yang berbeda dari segi ukuran tubuh.
Rindu bisa mendengar sobekan kain miliknya, apa ia harus pasrah saja diperlakukan seperti ini?
Ia menyesal tak mengikuti ekskul karate ketika Salah satu teman sekelasnya mengajaknya dulu saat kelas sepuluh.
Andai dulu ia mengikutinya, mungkin ia bisa menghajar lelaki yang kini tengah melecehkannya.
Walau pencahayaan yang minim, Rindu bisa melihat samar, bagaimana lelaki brengsek itu mencium, mencumbu dan memberikan gigitan kecil yang mungkin akan menimbulkan bekas.
Mulut Rindu kembali dibungkam dengan ciuman, bukan hanya bibir, lidah lelaki itu merangsek masuk ke dalam mulutnya.
Terlintas dalam ingatannya, begitu mudahnya Milano berciuman dengan beberapa wanita berbeda, Rindu merasa jijik, ia semakin benci.
Beberapa saat kemudian sebuah benda menerobos masuk secara paksa dibawah sana, sontak Rindu menjerit kesakitan, ia tak menyangka bukan hanya ciuman pertamanya yang renggut, bahkan mahkota paling berharga miliknya juga sama.
Rindu hanya bisa terisak, ketika lelaki kurang ajar itu menggagahinya dengan kasar.
Tak tahan dengan perlakuan yang diterimanya, mantan gadis itu akhirnya menutup mata, ia tertidur setelah kelelahan mendapatkan perlakuan menyakitkan itu.
Masih dalam kondisi gelap gulita, Rindu membuka matanya, entah berapa lama ia tertidur, rasanya badannya remuk, ia teringat tentang hal yang tadi dialaminya, rasanya ingin menjerit, memaki namun ucapannya tertahan.
Ada sesuatu yang berat menimpa dada dan pahanya, juga tautan dibawah sana yang terasa mengganjal, bagian kewanitaannya juga perih.
apa yang harus dilakukannya sekarang?
Bayangan wajah kecewa kedua orangtuanya membuatnya semakin merasa bersalah.
Perlahan ia melepaskan tautan itu juga tangan dan kaki yang melilitnya, lelaki itu mengeratkan pelukannya, "jangan pergi, biar gini aja,"bisiknya.
Rindu menegang, jujur rasanya ia takut sekali pada lelaki yang tengah memeluknya.
Ia diam beberapa saat hingga Pelukan itu kembali mengendur, Rindu tak membuang kesempatan itu agar bisa lepas dari rengkuhan lelaki itu.
Ia mengambil asal kain yang tercecer disekitar ranjang, dan membawanya ke kamar mandi.
Sayangnya, dress hitam miliknya koyak tak layak pakai, ia bingung, tapi tatapannya tertuju pada kaos hitam milik lelaki kurang ajar itu.
Tanpa pikir panjang, ia memakainya, panjangnya lumayan hingga paha, ia harus segera meninggalkan tempat yang menjadi sumber petakanya.
Dengan susah payah ia berhasil keluar dari tempat yang ia berjanji tak akan dikunjunginya lagi.
Diluar masih gelap, ia tak tau ini jam berapa, tak peduli juga, yang ada dipikirannya hanya menjauh dari tempat sialan itu.
Dengan langkah tertatih, Rindu menyusuri jalan, ia bahkan lupa ini dimana.
Merasa tak sanggup ia berhenti, menyetop taksi berwarna biru yang kebetulan lewat.
Didalam taksi ia hanya bisa terisak, tak peduli anggapan pengemudi, ia hanya ingin meratapi musibah yang menimpanya.
Ada tanya dalam hatinya, mengapa ia harus mengalami hal ini? apa salahnya? Apa selama ini ia kurang baik terhadap orang tua dan orang lain?
Pikiran buruk melintas, bagaimana setelah ini ia menghadapi hari-hari kedepannya?
Taksi berhenti tepat didepan gerbang rumahnya, setelah membayar ia keluar dari sana, berdiri menatap pagar berwarna hitam.
Di rumah ini ia dibesarkan, mama dan papanya memberikan kasih sayang melimpah, sedari kecil ia tak kekurangan sedikitpun, baik materi maupun non materi.
Sekali lagi ia bertanya, apa yang harus dilakukannya setelah ini? Bagiamana jika kedua orangtuanya tau?
Ia mulai mendengar suara petir, dan perlahan rintik hujan mulai membasahi bumi, Rindu tersadar ia bergegas membuka pintu kecil disisi gerbang, tak dikunci, ia tau Kartika sengaja melakukannya, agar ia bisa masuk.
Rindu memilih melewati pintu samping garasi dimana mobil biru miliknya terparkir, Hadiah ulangtahunnya yang ke tujuh belas dari Pramana.
Ia menaiki tangga belakang didekat dapur kotor, meskipun bagian intinya masih perih, ia tetap melangkah menaiki tangga melingkar menuju kamarnya.
Tempat ternyaman nya, kamar miliknya, tak lupa menguncinya, ia langsung menuju kamar mandi setelah melempar Sling bag nya asal.
Dibawah guyuran shower air dingin ia menggosok seluruh tubuhnya, berharap jejak lelaki sialan itu terhapus, tapi harapan tinggal harapan, ia bahkan masih ingat dimana saja lelaki brengsek itu menyentuhnya, kata-kata apa saja yang diucapkan.
Rindu membenturkan kepala belakangnya ke dinding, berharap memory kelam itu hilang dari ingatannya, tapi itu percuma, sesuatu yang telah terjadi tak akan kembali.
Entah berapa lama, ia berada dibawah guyuran shower sembari meratapi nasibnya, hingga tubuhnya mulai menggigil, Rindu memutuskan menyudahinya.
Ia melilitkan handuk dan berdiri didepan cermin wastafel, ia melihat bagaimana jejak lelaki sialan itu terlihat, leher, tulang selangka dan sekitar dadanya terdapat tanda merah keunguan.
Rasanya ia ingin menghancurkan cermin dihadapannya, ia ingin menyangkal apa yang dilihat matanya, tapi ia sadar itu akan percuma, tak akan ada yang bisa dirubah meskipun ia memecahkannya.
Rindu menggosok giginya keras, berharap jejak Saliva lelaki itu hilang, tapi lagi-lagi ingatan muncul dalam benaknya, bagaimana saat lidah itu menari-nari didalam mulutnya, mengingatnya saja membuatnya mual, ia jijik dengan dirinya sendiri.
Karena terlalu keras, gusinya berdarah, sekali lagi, usahanya menghilangkan jejak itu sia-sia saja, ini hanya semakin membuat fisiknya tersiksa, ciuman pertamanya tak mungkin kembali.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 94 Episodes
Comments
Aneuk Pocut
jahat
2023-10-29
2