Ketukan pintu membangunkan tidur mantan gadis itu, "Ri, bangun dong, kok tumben pintunya dikunci,"Itu Kartika yang mencoba membangunkan putrinya.
Rindu menggeliat, kepalanya terasa berat dan badannya rasanya pegal-pegal, "bentar ma,"sahutnya.
Ia mencoba bangkit, langkahnya sempoyongan menuju pintu kamarnya, ia hanya menyembulkan kepalanya, tak mengijinkan Kartika masuk, "kenapa ma?"tanyanya.
Kartika terkejut melihat wajah putrinya yang pucat, "kamu sakit?"tanyanya balik.
"cuman pusing ma,"
"Mama mau nyusul papa ke Bandung dulu, nggak tau berapa hari, mama udah sediain lauk di kulkas, kalau mau makan tinggal di hangatkan, kalau masih pusing, kabari mama ya, terus jangan lupa minum obat, terus..."
"ma, Riri bukan anak kecil lagi, ini bukan pertama kalinya mama keluar kota,"potongnya.
"Tapi kamu lagi sakit Ri,"
"iya nyonya Kartika, saya bukan bocah SD, jadi silahkan pergi dan hati-hati dijalan, jangan lupa kunci pager, Rindu Pramana mau bobo lagi,"
Kartika terkekeh mendengar ucapan putri semata wayangnya, sekali lagi ia berceloteh sembari menuruni tangga menuju lantai bawah.
Memastikan sang mama tak terlihat lagi, Rindu menutup pintu kamarnya, tubuhnya merosot dibelakangnya, ia mulai terisak, meratapi kejadian semalam.
Rasanya hancur, baik fisik maupun mentalnya, tapi ia berusaha untuk menutupinya, ia tak ingin menjadi beban orangtuanya.
Puas menangis ia bangkit dan berjalan menuju ranjangnya, menenggelamkan wajahnya dan menumpahkan air matanya kembali di sana dan suara jeritannya teredam bantal miliknya.
Lelah menangis, ia kembali tertidur, berharap kejadian memilukan itu hanyalah mimpi.
Tapi saat Rindu membuka mata kembali, ia sadar, bahwa kejadian semalam bukanlah mimpi, itu nyata.
Ia melihat langit-langit kamarnya, apa yang harus dilakukannya sekarang?
Rindu keluar dari kamarnya, ia turun menuju dapur, perutnya minta diisi, ia menghangatkan beberapa lauk yang dimasak sang mama.
Setelahnya ia duduk di ruang makan dan mulai menyantap hidangan yang ada dihadapannya, meskipun mulutnya malas untuk mengunyah, lambungnya butuh diisi.
Sepi rasanya, ia sendiri di rumah sebesar ini, tak ada ART, karena Kartika mengerjakan semua pekerjaan rumah seorang diri.
Ada alasan mengapa sang mama tak memperkerjakan ART, dulu sewaktu dirinya kecil, ia pernah mengalami tindakan kekerasan dari ART, pernah juga rumahnya dirampok oleh ART dan karena salah satu mantan ART juga, rumah tangga kedua orangtuanya nyaris hancur.
Dan sekarang Rindu sendirian, papanya sedang mengerjakan proyek di kota kembang dan seperti biasa mama akan menyusul.
Tak masalah baginya, ia sudah terbiasa dengan semua ini, semenjak Sekolah menengah pertama ia sering ditinggal pergi kedua orangtuanya, toh lingkungan rumahnya aman, ada sekuriti komplek yang kerap berkeliling memantau keamanan semenjak perampokan sepuluh tahun lalu.
Biasanya disaat seperti ini, Andini akan menginap, tapi untuk saat ini, hal itu tak mungkin dilakukannya, ia tak ingin sahabatnya tau, apa yang menimpanya semalam.
Biarlah ini menjadi rahasia yang akan ia simpan seumur hidupnya.
Keesokan paginya, Rindu tak berangkat sekolah, ia menelpon wali kelasnya dan mengatakan jika dirinya tengah demam disertai flu berat, ia tidak berbohong, kenyataannya memang seperti itu, mungkin karena mandi air dingin terlalu lama, alhasil dari semalam hidungnya mampet.
Andini mengiriminya pesan, menanyakan tentang alasan dirinya tidak masuk, tentu Rindu menjawab sesuai apa yang ia katakan pada wali kelasnya.
Pun saat sahabatnya berniat mengunjunginya sepulang sekolah, Rindu menolak dengan alasan ingin istirahat.
Sudah lima hari Rindu tak bersekolah, demamnya sudah turun tiga hari yang lalu, walau flu belum sepenuhnya hilang, tapi keadaannya sudah lebih baik.
Kedua orangtuanya juga belum juga pulang, tapi sehari bisa lebih dari tiga kali, Kartika dan Pramana menghubunginya secara bergantian, sekedar menanyakan kabar atau kegiatan yang sedang dilakukannya.
Sore itu, Bel rumahnya berbunyi, ketika Rindu sedang duduk di teras belakang sembari membaca buku.
Ia bergegas keluar rumah menuju pintu gerbang, ia mengintip terlebih dahulu, ia melihat mobil merah milik sahabatnya terparkir.
Ia membukakan gerbang, agar mobil milik Andini bisa masuk.
Gadis dengan rambut sebahu itu keluar dari kemudi, dan memberikan senyum cerah kepadanya.
Andini memeluknya lalu memberikan bungkusan makanan, katanya titipan dari Nyonya Retno, mama kandung dari sahabatnya itu.
Rindu mengajaknya duduk di ruang makan, sembari membuka bungkusan lalu mulai menikmatinya, sebelumnya ia mengambilkan minuman kaleng untuk tamunya.
"Lo ngapain sih, dari tadi senyum-senyum sendiri?"tanyanya heran, "perasaan gue lagi makan, dan nggak lagi ngelawak,"lanjutnya.
Andini tersipu malu, wajahnya terlihat memerah, "udah abisin dulu makanannya, baru gue ceritain,"
Rindu mengangguk setuju lalu melanjutkan menyantap makanan buatan nyonya Retno.
"jadi ceritain kenapa Lo senyum-senyum dari tadi?"tanya wanita yang mengenakan Hoodie army dan celana kulot dengan warna senada.
Mereka sekarang duduk di teras belakang sembari melihat kolam ikan koi peliharaan Pramana,
"Sebelumnya gue mau tanya, Lo serius sakit beneran?"tanya Andini.
"menurut Lo?"tanya balik Rindu.
"emang keliatan masih pucat sih,"gumam gadis itu pelan melihat wajah sahabatnya, "tapi kok Lo nggak minta temenin gue? Kan nyonya Kartika lagi honeymoon sama Tuan Pram,"
"mau ujian Din, gue nggak mau ganggu waktu belajar Lo, lagian takut Lo ketularan,"tak sepenuhnya berbohong, karena memang Rindu demam dan Flu, tapi alasan sebenarnya karena ia tak ingin Andini tau kondisi mentalnya setelah kejadian kelam itu, "jadi ceritain kenapa Lo senyum-senyum Mulu, dapet nilai bayangan bagus ya!"
Andini menggeleng, "Lo ingat Senin kemarin gue bilang, Melly jadian sama Milano?"
Rindu menegang mendengar nama lelaki brengsek itu, tapi dengan segera ia mengendalikan dirinya, ia tak ingin sahabatnya curiga, ia mengangguk menanggapi ucapan gadis berpotongan rambut sebahu itu.
"Masa tadi pas istirahat, Melly nangis-nangis abis diputusin sama Milano,"ujar Andini antusias.
"oh...,"sahut Rindu singkat.
"kok Oh sih?"ucap gadis itu kesal.
"lah, terus gue mesti bilang Wow gitu? Kan udah biasa menurut cerita Lo, itu cowok emang ganti cewek kayak ganti baju, harusnya Lo udah nggak kaget bukan? Jadi ini yang buat Lo senyum-senyum?"
Giliran Andini yang menggeleng, "tadi pas di parkiran Vino ngajakin gue jalan besok Sabtu, ih.... Gue seneng banget, secara Vino ganteng juga, nggak apa-apa walau bukan Milano deh,"
Rindu terkejut mengetahui fakta yang didengar dari sahabatnya, setau dirinya Vino memiliki tunangan berbeda sekolah dengan mereka.
"emang mau jalan kemana?"tanyanya.
"Vino ngajakin gue nonton, coba kalau Lo nggak sakit, pasti Lo gue ajak,"
Rindu melambaikan kedua tangannya, "tidak terima kasih, saya sibuk, besok Senin ujian,"
"tapi abis ujian kita liburan bareng yuk!"
"kemana?"
"Villa aja gimana?"
"gue ngomong ke bonyok gue dulu,"
Keduanya membicarakan soal ujian kelulusan yang akan dilaksanakan Senin depan, Andini juga sempat memberikan lembar latihan soal dari tempat les mereka, agar bisa dipelajari.
Usai magrib, Andini pamit pulang, karena nyonya Retno telepon menyuruh putrinya untuk segera pulang, ada keperluan katanya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 94 Episodes
Comments
Astri
disni toko lakinya kurang d ceritakan.. semoga brikutx si lakinya banyak nongol jga
2024-01-25
3
Astri
bmn dengan si lakinya yah apakah dia tau jk it rindu
2024-01-25
1
Ony Syahroni
lanjut thor
2024-01-24
1