Keesokan paginya, sempat terjadi perdebatan antar kedua sejoli di parkiran, Milano yang motornya telah dibawa David semalam, menghendaki mereka menaiki motor menuju sekolah.
Sementara Rindu kekeh menaiki mobilnya, bukan tanpa alasan, mengingat di bagasi mobilnya, masih ada bundelan uang sisa membeli rumah dan perabotannya.
Mungkin setiap keduanya berdebat, Rindu akan mengalah pada akhirnya, tapi tidak untuk yang satu ini.
"kalau gitu kita sendiri-sendiri aja, lagian apa kata yang lain kalau kita berdua berangkat bersama? Pokoknya aku mau naik mobil sendiri,"
Lelaki yang memakai kaos hitam itu berkacak pinggang dan menatap wanita yang tingginya hanya sebatas bahunya, "kamu pacar aku, wajar dong berangkat bareng, lagian disini aman kok, mobil kamu nggak bakal hilang,"
"sekali enggak tetep enggak, aku mau berangkat pakai mobil, kalau kamu mau pakai motor silahkan, kita berangkat sendiri-sendiri,"sahut Rindu tetap dengan pendiriannya.
Milano menghembuskan nafasnya kasar, "Ri, nurut sama aku ya!"pintanya.
Malas melanjutkan perdebatan, Rindu berjalan mengikuti Milano menuju motor Sport yang tak jauh dari sana.
Milano telah menaiki motor, dan memakai helmnya namun saat memberikan helm untuk pacarnya, wanita itu tak ada disisi belakangnya, lalu sebuah mobil biru melintas dan membunyikan klakson.
Milano mengumpat, ia kecolongan, tak menyangka Rindu diam-diam pergi darinya.
Disisi lain, Rindu tertawa terbahak-bahak, senang rasanya menipu lelaki sialan itu.
Masa bodoh dengan kemarahan Milano, yang terpenting uang milik mamanya di bagasi aman.
Rindu menghentikan mobilnya ketika lampu berubah merah, namun ia terkejut ketika kaca jendela mobil samping kemudi diketuk.
Ia menoleh dan mendapati lelaki yang menaiki motor sport berwarna hitam itu berada tepat di sebelah mobilnya.
Rindu menurunkan kaca jendela mobilnya, "aku tunggu di parkiran sekolah,"ucap Milano dengan suara beratnya, sementara wanita itu hanya mengangguk.
Lampu berubah menjadi hijau, kendaraan kembali melaju, Rindu bisa melihat jika motor sport itu melaju disebelah mobilnya.
"Cowok gila,"makinya kesal, niat hati ingin pulang terlebih dahulu, malah dibuntuti seperti ini.
Melewati gerbang sekolah, keduanya berbelok ke arah jalan yang berbeda, parkiran mobil dan motor terpisah.
Rindu memarkirkan mobilnya disebelah mobil merah yang ia tau itu milik Andini, bukan tanpa alasan, karena hanya sisi itulah yang kosong.
Hari ini Rindu mengenakan kemeja navy dan celana hitam yang dibelinya saat dirinya berada diluar kota saat hendak mengunjungi kampus, tak ketinggalan kacamata dan kuncir kuda.
Milano mengiriminya pesan, jika lelaki itu dipanggil oleh panitia acara perpisahan.
"baguslah,"gumamnya.
Rindu berjalan sendiri menuju kelas, namun ia merasa ada yang aneh dengan tatapan teman seangkatan saat berpapasan dengannya.
Ia hanya menaikan bahunya tak peduli, ia tetap melanjutkan langkahnya ke kelasnya.
Sampai Di kelas sudah ada pak Budi yang sedang memberikan pengarahan, Rindu meminta maaf karena datang terlambat lalu Ia duduk di kursi kosong disisi paling pojok.
Sedari awal ia masuk, ia tau jika disebagian teman sekelasnya, menatapnya dengan tatapan sinis.
Beberapa saat kemudian, pak Budi keluar dari ruangan setelah selesai memberikan arahan tentang acara perpisahan juga penandatanganan ijazah.
Sepeninggal wali kelas, sebagian keluar dari kelas, namun saat Rindu hendak bangkit, salah satu teman sekelasnya menahannya, "duduk Lo!"
Teman sekelasnya berkumpul mengerumuninya, menatapnya sinis dan mulai terdengar bisikan-bisikan membicarakannya.
Salah satu teman Melly yang bernama Bella menarik kuncir kudanya, "eh cewek munafik, gue nggak nyangka ya elo picik juga! Muka lugu tapi kelakuannya kek j*l*Ng,"
Terdengar lagi bisik-bisikkan yang sebagian memaki dirinya, Rindu diam sembari menahan kunciran yang ditarik oleh Bela.
Melly maju dan menampar dirinya cukup keras, plak..... Kaca mata yang dikenakannya terjatuh ke lantai.
"Lo kan yang tidur sama Milano waktu party gue, dasar munafik, bilang benci nggak taunya mau juga, berapa kali Lo main sama dia?"ucap Melly sembari menginjak kaca mata miliknya.
Rindu menatap Melly, tak ada ketakutan di sana, ia sudah tau jika akan seperti ini, ia terkekeh, "terus kenapa? Lo iri sama gue, karena udah bisa tidur bareng itu cowok, sementara Lo nggak bisa kan? Kasihan deh Lo,"ejeknya.
Melly yang tak terima kembali menamparnya, bukan cuma sekali, berkali-kali secara bergantian pipi kanan dan kiri, Rindu tak bisa melawan, kedua tangannya dipegang oleh kedua teman wanita itu.
Makian terus terlontar dari sebagian teman sekelas yang mengerumuninya,
Puas menampar, Melly memegang dagu Rindu dan mencengkeramnya, "pasang kuping Lo baik-baik j*l*Ng, Lo tuh nggak pantes buat Milano, nggak sepadan, jadi jauhi dia,"
Rindu memberontak pegangan tangan kedua teman sekelasnya terlepas, ia balik menatap tajam Melly, "Harusnya Lo ngomong ke dia, Lo pikir gue mau Deket sama cowok sialan itu,"tatapannya beralih pada teman-teman yang mengerumuninya, "Lo semua nggak usah sok tau deh, terutama Lo Din, gue nggak nyangka persahabatan kita bisa hancur hanya karena ini, Lo bahkan nggak minta penjelasan dari gue,"
Setelah mengatakannya, Rindu memecah kerumunan teman sekelasnya, ia beranjak dari sana, masa bodoh dengan penampilannya.
Baru saja menuruni tangga menuju lantai dua, Rachel and the geng menghadangnya.
Kenapa hari ini ia sial sekali, sebelum Rachel angkat bicara terlebih dahulu Rindu berucap, "elo pada kalau mau maki-maki gue, silahkan tapi jangan mukul gue please, pipi gue masih nyut-nyutan nih,"ujarnya sembari memegangi pipinya yang memerah.
Rachel memang menurutinya tak memukul wajahnya, tapi wanita itu mendorongnya dan menjambaknya.
"gue pikir Lo kalem, bahkan gue nggak kenal sama Lo, bisa-bisanya Upik abu kayak Lo deket sama Milano, nggak ngaca lo?"
Malas menimpali, Rindu memilih pasrah sembari memegangi rambutnya agar tak rontok terlalu banyak.
Rachel melepaskan jambakannya, ia menunjuk dahi Rindu dengan telunjuknya," kalau gue masih denger gosip Lo Deket sama dia, gue bikin hidup Lo nggak tenang,"Sebelum meninggalkannya, Rachel sempat meludahinya.
Rindu terduduk di lantai, tak ada seorangpun yang menolongnya, keadaannya benar-benar berantakan, pipi memerah, rambut bak singa, dan kancing kemeja bagian atasnya terlepas, memperlihatkan tank top berwarna putih.
Ia bangkit berdiri, segera berlari menuruni tangga menuju parkiran, sepanjang jalan, ia mendapatkan makian juga sorakan dari para pemuja lelaki sialan itu.
Kehidupan sekolahnya berantakan, ia malu, bahkan untuk sekedar mengangkat wajahnya.
Beruntung sebentar lagi, ia lulus, tinggal pengumuman kelulusan seminggu lagi, acara perpisahan dan penandatanganan ijazah sekaligus menerimanya.
Ia terus berlari menuju parkiran, tak peduli apapun, ia masuk menuju sisi pintu kemudi dan tancap gas dari sana.
Air matanya mulai berlinang, kenapa jadi berantakan seperti ini? Rasa penyesalan itu muncul lagi, Andai malam itu ia tak datang ke pesta, andai ia tak menolong Milano mungkin hidupnya akan tetap tenang sampai akhir.
Saat di lampu merah, ponselnya berdering, tapi tak ia pedulikan, ia tau siapa yang menghubunginya, ia butuh waktu sendiri.
Mobil biru itu mulai melaju memasuki jalan bebas hambatan, tak ada tempat yang ia tuju, hanya mengikuti nalurinya saja.
Tak mungkin ia pulang dalam keadaan seperti ini, itu akan menambah masalah baru, ia juga tak mau menjadi Beban bagi kedua orang tuanya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 94 Episodes
Comments
Lies Atikah
gak seru ah cewe nya payah lembek
2024-07-23
2
Aneuk Pocut
rindu jgn pasrah gitu aja dong,setidak nya lawan mereka,jgn mau d i jsk2,kesel deh gue
2023-11-01
1