Usai pulang dari tempat les, Andini mengajak Rindu mengunjungi salah satu pusat perbelanjaan, untuk membeli baju yang akan dikenakan saat menghadiri pesta ulang tahun Melly Sabtu malam.
Awalnya Rindu protes, tapi Andini setengah memaksa, sehingga mau tak mau ia menurut saja, bahkan saat sahabatnya memilihkan untuknya.
Dress hitam tanpa lengan dengan panjang diatas lutut, begitu pas ditubuh gadis berkepang satu itu.
"Din, apa nggak kelewat seksi? gue malu,"keluh Rindu begitu keluar dari bilik sembari menutupi dadanya.
Andini menggeleng, "sekali-kali Lo mesti modis, toh kata Melly ini pesta topeng jadi mereka nggak ada yang sadar kalau itu elo,"
Karena bujuk rayu sahabatnya, akhirnya Rindu terpaksa membeli dress dengan model V neck itu.
Usai berbelanja, keduanya langsung menuju parkiran bawah tanah, dimana mobil milik Andini terparkir.
Namun sesuatu yang tadi dilihat kedua gadis itu di sekolah, kembali terpampang nyata, tepat di samping mobil.
Dua ekspresi berbeda ditujukan oleh mereka, Andini berbinar-binar melihat kegiatan dua sejoli yang sedang beradu bibir dan lidah, sedangkan Rindu terlihat hampir saja mual, untuk kedua kalinya dalam satu hari ia melihat secara live adegan yang diperankan oleh Milano dengan wanita yang berbeda.
"orang gila, sehari tiga kali ciuman dengan cewek beda-beda, benar-benar sakit jiwa,"gumamnya pelan lalu melirik sahabatnya,Rindu mengusap wajah Andini, "iler Lo netes tuh,"ejeknya.
Bodohnya Andini malah menyeka sisi bibirnya, nyatanya tak ada apapun, gadis itu memicingkan matanya, kesal kegiatan mengamati lelaki yang disukainya terganggu.
"balik yuk, udah mau magrib, entar nyonya Kartika ngambek sama gue,"ajak Rindu melihat jam dipergelangan tangannya.
Andini menahan tangan sahabatnya, "diem dulu sini Ri, ya kali kita gangguin mereka, gue denger, Milano paling nggak suka diganggu, dan gue juga nggak berani,"
"Cemen Lo,"ejek Rindu pada sahabatnya, "sini biar gue yang nyetir,"ujarnya sembari mengambil kunci mobil yang dipegang oleh sahabatnya, karena kedua sejoli itu berdiri tak jauh dari pintu kemudi bersandar di tembok.
Dengan santainya, Rindu melewati dua sejoli yang masih sibuk bercumbu tak tau tempat itu.
Rindu sengaja membanting pintu dan menyalakan klakson, hal itu sengaja ia lakukan untuk mengagetkan mereka, terbukti Milano melepaskan ciuman itu.
Rindu menyunggingkan senyumannya, melihat tatapan amarah dari Milano, tapi siapa peduli.
"gila Lo Ri, Milano marah banget kayaknya, kan gue bilang dia nggak suka diganggu kalau lagi sama cewek, mana pake mobil gue lagi, duh.... Mampus gue,"ungkap Andini khawatir.
Rindu cekikikan, bahagia rasanya mengganggu lelaki brengsek itu, "santai aja kali, emang dia kurang kerjaan apa hafalin mobil orang,"
"Ri, Lo nggak tau apa? Milano itu pendendam, dia paling nggak suka diganggu, gue denger gosip ada adik kelas kita yang nggak sengaja ganggu dia lagi berduaan sama salah satu ceweknya, itu adik kelas, dibikin babak belur sepulang sekolah,"
Tentu hal itu diketahui oleh Rindu, saat kejadian, secara tak sengaja ia lewat, ia tau bagaimana brutalnya Milano menghajar adik kelas tanpa ampun.
Dengan tanpa rasa bersalah, lelaki itu bersama teman-temannya meninggalkan begitu saja, sang adik kelas yang sudah terkapar tak berdaya.
Dan Rindu lah yang membawa korban ke rumah sakit tak jauh dari sekolah juga menghubungi pihak keluarga.
"kayaknya untuk sementara, gue nggak bisa bawa mobil ke sekolah deh, gue takut,"keluhnya.
Rindu hanya menaikan bahunya tak peduli, toh jika tak membawa mobil, Andini bisa meminta papa / kakaknya ke sekolah.
Keesokan harinya, lagi-lagi ia harus melihat hal yang sama, dengan perempuan yang berbeda.
Entah mengapa, Rindu merasa dirinya benar-benar tak beruntung, harus disuguhi pemandangan yang dibencinya.
Membayangkan berapa banyak kuman dan bakteri yang tertukar akibat kegiatan bertukar Saliva itu, membuatnya jijik.
Hari berikutnya tak mau melihat hal memuakan lagi, Rindu memutuskan untuk memakan bekalnya di kelas saja.
Hanya ada beberapa murid yang berada di kelas, sekadar bercerita, mengerjakan tugas atau sama seperti dirinya yang membawa bekal dari rumah.
Usai mengosongkan kotak bekalnya, Rindu memutuskan ke toilet, tapi ia harus disuguhi pertengkaran dua sejoli tepat didepan toilet yang sepi.
Itu Milano dan Rachel, menurut informasi yang pernah ia dengar dari Andini, Rachel yang merupakan siswi kelas XII IPA 3 merupakan salah satu mantan pacar Milano tiga bulan yang lalu.
Dari yang ia dengar, ia mengambil kesimpulan, jika Rachel meminta mereka menjalin hubungan kembali.
Namun Milano sialan itu menolak mentah-mentah bahkan mengatai salah satu perempuan tercantik di sekolah, dengan kata-kata yang tidak pantas.
"kalau kamu nggak mau balikan, aku mau lompat aja,"ancam Rachel, saat ini mereka berada di lantai tiga gedung sekolah.
"silahkan, itu bukan urusan gue b*tch," Milano dengan santai melenggang meninggalkan Rachel yang terduduk dilantai sambil menangis tersedu-sedu.
Ingin rasanya, Rindu menenangkan wanita itu, tapi ia tak berani mendekat, ia tau betul, Rachel memiliki harga diri tinggi.
Akhirnya Rindu memutuskan turun menggunakan toilet lantai dua, sungguh ia tak ingin jadi pahlawan kesiangan.
Baru saja keluar dari toilet, kehebohan terjadi di luar, ia bingung mengapa adik kelasnya berlarian turun.
"apa gempa?"gumamnya pelan, "tapi kok gue nggak berasa,"
Rindu menghentikan langkah salah satu teman sekelasnya yang hendak naik ke atas, "Kasih, ada apaan sih?"tanyanya.
"ada yang mau bunuh diri Ri, di atap,"jawab kasih.
Rindu diam mencerna apa yang dimaksud Kasih, ia jadi teringat pertengkaran lelaki brengsek itu dengan Rachel beberapa saat yang lalu, "Apa dia ya?"tanyanya sendiri.
Andini datang tergopoh-gopoh, "Ri, Rachel mau bunuh diri, ikut gue yuk nenangin dia,"setelah mengatakannya, Rindu diseret agar mengikuti sahabatnya.
Sepanjang jalan menaiki tangga, Rindu menolak, tapi Andini tetap kekeh mengajaknya, "entar kalau ada yang bunuh diri, sekolah kita jadi angker gimana?"
"bentar lagi kita lulus, mau angker atau nggak, bukan urusan kita,"
"tapi kita belum ujian Ri,"
Malas menanggapi, Rindu memilih diam, tapi tetap mengikuti sahabatnya menuju atap sekolah.
Sesampainya di sana, sudah banyak murid kelas XII dan guru serta sekuriti sekolah.
Sedangkan Rachel berdiri tepat di pagar pembatas, Bu Rahma wali kelas XII IPA 3 mencoba menenangkan anak didiknya.
"turun Rachel, sini sama ibu, kita omongin baik-baik, bunuh diri itu dosa, Tuhan akan marah jika hambanya seperti ini,"bujuk Bu Rahma.
Dengan linangan air mata Rachel menggeleng, "nggak ada yang menginginkan aku, jadi buat apa aku hidup,"teriaknya.
Beberapa bujukan juga dilontarkan oleh teman sekelas dan guru-guru lainnya, tapi tak kunjung membuat gadis cantik itu mengurungkan niatnya.
beberapa menit berlalu, lelaki yang menjadi sumber kegalauan Rachel datang bersama kedua temannya.
Bu Rahma yang baru mengetahui alasan anak didiknya melakukan hal nekad itu sampai memohon pada Milano, agar bisa membujuk Rachel.
Tapi jawaban lelaki yang katanya tampan itu membuat mereka tercengang, "biarin aja sih Bu, dia mau mati atau nggak, toh dia yang rugi, udah ya, nggak usah panggil saya lagi,"ucapnya santai sembari meninggalkan tempat itu.
Rachel yang mendengar langsung penolakan terang-terangan dari mantan pacarnya semakin histeris, mungkin gadis itu tak menyangka, akan seperti ini.
Saat itulah, pak Budi dan sekuriti, berhasil menarik tubuh Rachel agar turun dari pagar pembatas itu.
Helaan nafas lega terdengar dari mereka yang menyaksikan drama percintaan itu.
Bu Rahma segera memeluk Rachel yang terus menangis meratapi kisahnya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 94 Episodes
Comments
Halimah lim
cerita ngalir kaya air,gak dapat ke hati pembaca/Sob/
2023-11-06
2