Usai murid kelas dua belas mengikuti ujian kelulusan, mereka tak lagi hadir di sekolah, mereka hadir hanya menyangkut administrasi, atau persiapan pentas seni menjelang perpisahan nanti.
Beberapa hari ini, Rindu hanya diam di rumah, sedangkan Kartika menemani Pramana bekerja menangani proyek di Bandung.
Andini yang merupakan sahabat satu-satunya tak lagi mau berteman dengannya.
Bosan berada di rumah, akhirnya ia memilih berkeliling menggunakan mobil biru hadiah dari papanya.
Tempat yang pertama dituju adalah museum gerabah, di sana ia mengikuti kelas membuat kerajinan keramik, sedikit menghiburnya, walau hasilnya tidak sebaik teman-teman barunya, setidaknya ia telah berusaha.
Hari berikutnya, ia mengunjungi toko buku, hampir dua jam ia berada di sana, alhasil beberapa novel best seller ia bawa pulang untuk dibaca di rumah.
Malam itu saat dirinya sedang membaca novel, Kartika menghubunginya, menanyakan kembali rencana tempat kuliah dan terakhir ia dimintai tolong mengambil beberapa perhiasan di kamar sang mama, dan membungkusnya dengan plastik hitam lalu meletakkannya di bagasi mobilnya.
"sebenarnya ada apa sih ma? Mama aneh tau nggak,"ucap Rindu heran.
"suatu saat mama bakal jelasin, tapi nggak bisa sekarang, oh ya Ri, satu lagi sertifikat rumah Mbah Kakung di brangkas papa bisa diambilin nggak? nanti mama kasih tau password-nya, abis itu besok kamu ketemu temen mama, nanti kamu kasih ke dia, kalau dia kasih bungkusan, kamu terima aja lalu taruh di bagasi mobil ya,"
Rindu berdehem, tanda setuju, "mama kapan pulang? Nggak kangen apa sama anak,"
"Maafin mama sayang, secepatnya mama kembali,"
Setelah mengakhiri panggilannya, Rindu bergegas menuju kamar orang tuanya, mengambil beberapa kotak perhiasan dan menyisakannya sesuai pesan sang mama, membungkusnya dengan kantong plastik hitam yang biasa untuk membuang sampah, tak lupa masuk ke ruang kerja papanya, untuk membuka brangkas mengambil sertifikat rumah mendiang Mbah kakung-nya.
Baru saja ia memasukan bungkus plastik hitam itu ke bagasi mobilnya, Kartika kembali mengiriminya pesan, memintanya, memasukan beberapa koleksi tas branded yang ada di walk in closed ke dalam kardus sesuai mereknya.
Katanya setelah menyerahkan sertifikat rumah, akan ada beberapa teman Kartika yang akan mengambil tas dan memberinya bungkusan.
Rindu sendiri bingung, apa yang sedang terjadi dengan sang mama kenapa menyuruhnya melakukan itu semua, tapi ia memilih menahannya, ia percaya, Kartika akan selalu melakukan hal yang terbaik untuk keluarga.
Sesuai pengarahan dari sang mama, ia datang ke salah satu restoran Jepang di selatan ibukota, setibanya di sana ia menyebutkan reservasi, dan pelayanan restoran mengarahkannya pada ruang VIP.
Sudah ada dua orang laki-laki, ia memberikan sertifikat, menandatanganinya dan menerima kantong plastik hitam besar yang biasa untuk membuang sampah, karena lumayan berat, ia dibantu membawanya ke mobil.
Setelah itu, ia kembali lagi ke dalam sambil membawa beberapa koleksi tas branded milik sang mama.
Sambil menunggu, Rindu memesan beberapa makanan kecil yang tersedia di resto, baru beberapa suap segerombolan wanita berpenampilan layaknya sosialita mendatanginya.
Sesuai pengarahan Kartika, ia mulai menjejerkan enam kotak untuk diperiksa terlebih dahulu.
Para wanita itu mendadak heboh, dan mulai memeriksa setiap detail tas, yang ia tau berharga mahal.
"jeng Tika emang nggak diragukan lagi soal kayak gini,"cetus salah satu dari mereka, Rindu bisa melihat wajah puas wanita-wanita itu.
"Ri, masih ada lagi nggak?"tanya wanita yang Rindu tau bernama Eveline.
"ada Tan di mobil, tinggal tiga kalau nggak salah,"jawabnya, ia juga menyebutkan merek dan series-nya.
Salah satu dari mereka mengatakan mengincar sudah lama, tas branded asal negara Perancis, yang Rindu sebutkan.
Sesuai perjanjian mereka memberikan uang yang dibungkus kantong plastik hitam, lebih dari tiga jam Rindu berada di sana, lelah tapi melihat wajah puas mereka, membuat dirinya senang.
Sekarang ini, bagasi mobilnya terdapat berkantong-kantong berisi uang tunai, entah berapa banyak, sejujurnya ia sedikit takut jika bertemu orang jahat dijalan.
Baru saja hendak membuka pintu kemudi, namanya di panggil, ia menoleh, ada lelaki yang dibencinya dan dua temannya serta mantan sahabatnya.
Kenapa dari sekian banyak tempat, mereka harus bertemu, apalagi ia bisa melihat wajah sinis Andini.
"Lo ngapain disini?"tanya Milano dengan senyuman secerah mentari.
"abis makanlah, namanya juga restoran,"jawab Rindu sedikit ketus.
"sama siapa?"tanya Milano lagi.
Rindu berdecak kesal, ia malas bertemu dengan lelaki kurang ajar itu, tapi demi kesopanan ditempat umum, ia berusaha bersikap ramah, "sama calon mertua, udah ya! Gue sibuk,"sahutnya asal sembari masuk ke mobilnya.
Pintu mobil yang hampir tertutup itu ditahan, hal itu membuat Rindu semakin kesal, "Lo apa-apaan sih, minggir nggak,"pintanya ketus.
Milano menunduk, "maksud Lo apa? kenapa ada calon mertua segala? Lo mau nikah sama siapa?"tanyanya penasaran.
"bukan urusan Lo, kita nggak sedekat itu buat bercerita urusan pribadi,"jawab Rindu sinis.
Sambil menahan pintu mobil berwarna biru itu, Milano melemparkan kunci mobil ke arah David, "Dave, gue ada urusan sama ini cewek, kalian duluan aja,"
Setelah mengatakannya, dengan tak tau dirinya, Milano memaksa Rindu bergeser ke kursi samping kemudi, tentu wanita itu protes, ia tak terima.
"Bisa diem nggak Ri, gue mau nyetir, Lo mau kita kecelakaan?"
Rindu berdecak kesal, setelah berhari-hari hidupnya tenang, ia harus kembali berurusan dengan lelaki brengsek itu.
Milano mulai mengemudikan mobil milik Rindu, "jelasin apa maksud omongan Lo tadi?"tanyanya.
"yang mana?"tanya Rindu balik.
"apa maksudnya Lo abis ketemu calon mertua?"tanya Milano mengulang pertanyaan.
"ya seperti yang Lo denger,"jawab Rindu asal.
"kok Dini nggak ngomong kalau Lo punya calon suami?"
Pernah mendengar jika berbohong akan ada kebohongan berikutnya?
"ini baru kenalan,"sahutnya.
"Terus calon Lo emang mau, setelah tau fakta bahwa lo udah enggak perawan?"
"bukannya jaman sekarang keperawanan nggak penting ya!"
Milano memukul kemudi, terdengar umpatan keluar dari mulutnya, rasanya ia kesal sekali mendengar ucapan disebelahnya.
Rindu memilih diam, tak berani berkomentar, dirinya tau jika lelaki yang tengah mengemudi itu sedang marah.
Hening tak ada yang bersuara, hingga lelaki itu bertanya alamat rumahnya, setelahnya hening kembali, hingga mobil berhenti tepat didepan gerbang rumah Rindu.
"buka gerbangnya,"perintah Milano.
Rindu baru tersadar jika dirinya telah sampai didepan rumahnya, ia segera menurut membuka gerbang, dan Milano segera mengemudikan mobil memasuki carport.
Milano keluar dari mobil lalu melempar kuncinya ke arah Rindu yang berdiri sambil memegangi pintu gerbang.
"Lo mau ngapain?"tanyanya heran ketika melihat lelaki itu dengan santainya berjalan ke arah teras rumah.
"bikinin minuman dingin Ri, biar kepala gue adem,"jawab Milano sembari duduk di kursi teras.
Malas berdebat, Rindu masuk ke dalam rumah, ia berjalan ke dapur, membuka kulkas, sesuai permintaan tamu tak diundangnya ia akan membuatkan sirup dengan banyak es batu, tapi alangkah terkejutnya dirinya, saat pintu kulkas ditutup, Milano berdiri dibelakangnya.
"kaget gue, Lo mau ngapain sih?"tanyanya kesal.
"gue mau memastikan kalau Lo nggak bikinin minuman aneh-aneh,"sahut Milano sembari mengikuti wanita yang tengah menuang es batu kedalam gelas bening itu.
Rindu diam tak menanggapi, ia menaruh gelas berisi sirup berwarna hijau dengan banyak es batu di meja makan.
"sepi Ri, Lo sendirian di rumah?"tanya lelaki yang mengenakan Hoodie hitam itu.
"orang tua gue lagi ada kerjaan di Bandung,"jawab Rindu sembari mempersilahkan tamunya duduk.
"ART nggak ada?"tanya Milano setelah meminum es sirup rasa melon.
"di rumah ini nggak ada ART, semua dikerjain sendiri,"
"wah, rajin banget pacar gue,"puji Milano.
Rindu mengernyit, "siapa pacar Lo?"
"Ya elo lah, siapa lagi?"jawab Milano dengan raut wajah menyebalkan dimata Rindu.
"kapan gue setuju jadi pacar Lo?"
"sejak Lo tidur sama gue, artinya Lo udah jadi pacar gue,"
"terus kalau Lo tidur sama J*l*Ng, Lo jadi pacarnya juga dong,"
"kok j*l*Ng, kan gue udah pernah bilang, kalau Lo yang mengambil keperjakaan gue,"
"Ck... Kang kibul dasar,"sahut Rindu tak percaya, "balik sana, gue mau setrika,"usirnya.
Milano menggeleng, "mumpung nggak ada orang tua Lo, gue mau nginep,"
"ogah, entar di grebek sama pak RT lagi,"
"sejak kapan komplek kayak gini RT nya mau ikut campur urusan warganya? Kalau Lo mau ngerjain kerjaan rumah, silahkan tapi gue mau numpang tidur disini, mana kamar Lo!"ujar Milano sembari bangkit.
Rindu melotot, jelas ia tak akan membiarkan lelaki menyebalkan itu menginap di rumahnya.
Tak peduli ocehan Rindu, Milano beranjak naik ke lantai atas, untuk mencari keberadaan kamar milik wanita itu.
Sesampainya di lantai atas, ia berjalan menuju pintu berwarna putih bertuliskan Rindu rooms, ia masuk begitu saja lalu merebahkan diri di kasur dengan ukuran sedang itu.
Sementara Rindu hanya pasrah melihat kelakuan seenaknya lelaki yang dibencinya, "serah Lo deh, cape gue ngomong, mending gue setrika,"
Setelah mengatakannya, Rindu menutup pintu kamar, ia beranjak menuju tempat cuci setrika tak jauh dari kamarnya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 94 Episodes
Comments
Astri
ada apa sih mama dan papanya rindu ini.. bukannya mereka psangan harmonis.. atau papanya rindu selingkuh yah
2024-01-25
2