tiga

Semenjak sore Andini telah tiba di rumah Rindu, gadis berambut sebahu itu meminta tolong pada Kartika untuk mendandaninya.

"apa nggak apa-apa kalian pakai baju kayak gitu?"tanya perempuan berusia empat puluh tahun melihat dua gadis yang mengenakan dress cukup terbuka di bagian dada.

"tenang Tan, Dini udah siapin ini,"Andini mengeluarkan kotak berisi dua scarf motif abstrak hanya berbeda warna.

Kartika memasang scarf dimasing-masing gadis dihadapannya, mundur beberapa langkah untuk menilai, "kok nggak met cing ya!"

Rindu memandang dirinya sendiri, "Din, kita ganti aja ya, ini kependekan deh, gue nggak nyaman,"ujarnya sembari menurunkan dress yang dipakainya.

Andini menggeleng, "sekali-kali boleh kan Tante, kan udah punya KTP,"ucapnya memperlihatkan wajah imutnya.

Rindu menggeleng begitu Kartika menatapnya seolah meminta pendapatnya,

"pake cardigan aja gimana? Tapi nanti dilepas saat ditempat pesta,"usul Kartika pada akhirnya.

Dua ekspresi berbeda ditujukan dari gadis itu, Andini berbinar karena ia dan sahabatnya memakai dress pilihannya sedangkan Rindu hanya bisa menghela nafas pasrah.

"tapi ngomong-ngomong tempat pestanya di ballroom hotel kan?"tanya Kartika memastikan.

"di undangan sih gitu, kenapa emang ma?"tanya balik Rindu.

Kartika terdiam sejenak, sedikit ragu, tapi ia segera menepis pikiran buruk yang sempat melintas, "nggak apa-apa kok, tapi nggak ada minuman alkohol kan?"tanyanya lagi.

Andini melambaikan kedua tangannya, "ya nggak lah Tante,"jawabnya sedikit gugup, beberapa kali ia mengikuti pesta yang diadakan teman sekolahnya tanpa Rindu.

Meski ada sesuatu yang mengganjal, akhirnya Kartika melepas kepergian putri semata wayangnya untuk pertama kalinya pergi ke pesta diluar rumah.

Andini mengemudikan mobil merah miliknya, "pokoknya Lo nggak boleh jauh-jauh dari gue Ri, terus jangan sembarang minum yang disodorkan ke elo, tanya gue dulu kalau sekiranya mencurigakan, terus satu lagi, lepas kaca mata Lo, khusus malam ini,"

"mata gue rabun,"

"gue udah bawain Lo softlens sesuai sama minus seperempat Lo, pokoknya malam ini kita harus tampil beda,"ujarnya sembari menyodorkan Sling bag cokelat miliknya, "sekalian ambil topeng disitu,"tunjuknya dengan dagu ke arah dashboard tepat didepan sahabatnya.

Mobil berwarna merah itu memasuki parkiran bawah tanah salah satu hotel ternama di ibukota.

"ingat semua pesan gue, ngerti Lo!"

Rindu hanya mengangguk, sembari melepaskan cardigan yang dikenakannya.

Andini mengajak sahabatnya menuju toilet terlebih dahulu, untuk mengecek make up dan penampilannya.

Sejujurnya Rindu sedikit gugup, tapi berusaha menyembunyikannya, ia tak ingin sahabatnya mengomel.

Namun gadis yang malam ini mengurai rambut sepunggungnya, terkejut dengan fakta, bahwa pesta yang kata Andini diadakan di ballroom nyatanya berada di club' malam.

Hampir saja Rindu berbalik, namun Andini malah menyeretnya kedalam setelah menunjukkan undangannya pada petugas yang berjaga di pintu masuk club'.

Dentuman musik memekakkan telinga, Rindu benar-benar tak nyaman, dirinya benci suasana berisik ini, ingin protes tapi percuma, Andini tak melepaskan tangannya.

Kini keduanya duduk di salah satu table yang disediakan khusus untuk teman-teman Melly.

"Ri, turun yuk,"ajak Andini dengan suara meninggi, mengingat suara berisik musik yang dimainkan Disc jockey.

Rindu menggeleng, tapi pada akhirnya ia hanya bisa pasrah ketika sahabatnya menyeret ke dance floor bergabung dengan pengunjung pesta yang lain.

Rindu yang baru pertama kalinya terlihat kaku, berbeda dengan Andini yang seolah sudah terbiasa.

Suasana semakin meriah saat disc jockey mengucapkan selamat ulang tahun pada ratu pesta malam ini.

Masih dengan gerakan yang kaku, Rindu mendongak ke arah panggung dimana disc jockey tampil berdampingan dengan Melly dan sahabatnya.

Disela-sela musik dimainkan sekali lagi disc jockey itu memberikan selamat karena Melly baru saja meresmikan hubungan percintaannya dengan lelaki berinisial sama dengan huruf depannya.

"menurut Lo siapa Ri?"tanya Andini sembari menggerakkan tubuhnya.

Rindu menaikan bahu tak peduli, masa bodoh bukan urusannya.

"kayaknya Milano deh,"ucap gadis yang mengenakan topeng hitam bermotif kupu-kupu berwarna ungu tua.

Lagi-lagi Rindu menaikan bahunya tak peduli, "Din, gue haus, minum yuk,"ajaknya.

Andini mengangguk dan keduanya berjalan menuju meja bartender untuk memesan minuman.

Seolah terbiasa, gadis dengan potongan rambut sebahu itu mengajak sahabatnya duduk di stoll berhadapan dengan bartender yang sedang sibuk meracik minuman.

Andini menepuk bahu sahabatnya, "lihat tuh,"tunjuknya pada sekumpulan lelaki yang tak mengenakan topeng disalah satu table tak jauh dari tempatnya.

Rindu menoleh, di sana ia melihat Milano dan para sahabatnya yang sedang minum-minum ditemani beberapa wanita.

"kapan ya gue bisa jadi salah satu dari mereka?tanya Andini.

"maksudnya?"tanya Rindu bingung.

"gue pengen punya pacar salah satu cowok itu, syukur-syukur jadi pacarnya Milano,"jawab Andini dengan tatapan penuh harap.

Rindu menggeleng, sama sekali tak ada keinginan untuk dekat dengan brandal sekolah yang sehari-hari hanya berbuat onar.

Minuman disajikan, Rindu mengamati sahabatnya menyesap gelas berkaki dengan minuman berwarna merah itu.

Sedikit takut tapi Rindu tetap mencobanya, ia sedikit penasaran, rasanya manis sedikit asam tapi segar, entah apa nama minuman itu, ia malas bertanya.

Andini Kembali berceloteh tentang kekagumannya pada kumpulan lelaki brandal sekolah, satu persatu sahabat Milano disebutnya.

Dimulai dari lelaki yang katanya tertampan di kumpulan itu, siapa lagi kalau bukan Milano, remaja dengan tinggi lebih dari seratus delapan puluh itu, memiliki tatapan mata yang tajam, dengan bola mata cokelat terang, berhidung mancung, jago basket dan berenang tapi brengsek suka bergonta-ganti pacar layaknya baju.

David, berperawakan hampir sama dengan Milano, hanya saja berkulit eksotis dan memiliki Mata berwarna hitam.

Vino, lelaki yang lebih pendek, beberapa centi, berwajah oriental khas keturunan Cin-do.

Dan penjelasan lainnya yang malas didengar oleh Rindu, tanpa dijelaskan ia tau semua remaja nakal itu, karena Andini berkali-kali menceritakan hal yang sama.

Belum lagi omongan yang sering ia dengar tentang mereka baik dari teman sekelas, seangkatan ataupun adik kelas.

Sampai muak rasanya jika mendengarnya, hanya saja untuk menjaga hubungan persahabatan yang sudah terjalin hampir enam tahun itu tak ada pilihan lain selain mendengarkan dan menanggapi sekenanya.

Entah berapa lama Rindu hanya menjadi pendengar dari cerita-cerita yang dilontarkan oleh Andini, semakin lama rasanya ia mulai mengantuk, meskipun suasana disekitarnya bising.

Menyadari hal itu, Andini menepuk paha sahabatnya, dan mengajaknya ke toilet, sekedar merapihkan make up mereka.

Sayangnya pemandangan tak mengenakan terpampang nyata di sepanjang lorong menuju toilet.

Dengan pencahayaan remang-remang, Kedua gadis itu bisa melihat beberapa sejoli sedang bercumbu, ada yang mereka kenal sebagai teman seangkatan.

Rindu memilih masuk ke salah satu bilik toilet, entah mengapa tiba-tiba perutnya mulas, "Din, kayaknya gue agak lama deh, nggak apa-apa kan? Perut gue nggak enak,"

Andini yang sedang mencuci tangan mengiyakannya,

Lima menit berlalu, Rindu tak kunjung keluar dari bilik toilet,

"Ri, Kasih nyariin, gue pergi bentar ya, Lo jangan keluar sebelum gue jemput, Lo jangan sampai sendiri, ngerti Lo!"peringati Andini mewanti-wanti.

"Iya Andini, perut gue juga masih mules nih, kayaknya nggak cocok sama minuman tadi deh,"

"Ingat ya Ri, Lo jangan keluar sebelum gue dateng, bahaya,"sekali lagi Andini mengingatkan sahabatnya.

Tak lama Andini pergi, segerombolan wanita masuk, yang jelas Rindu bisa dengan jelas mendengar pembicaraan diantara mereka, sepertinya ia mengenali suara itu.

"udah Lo pastiin kan Milano minum?"tanya salah satu perempuan.

"tenang aja Mel, tinggal nunggu reaksi aja, terus yang lain juga udah pada masuk kamar,"

"mending sekarang Lo siap-siap di kamar,"

"akhirnya Malam ini Milano jadi milik gue sepenuhnya, makasih banyak ya,"

"apa sih yang nggak buat Lo,"sahut beberapa wanita secara bersamaan.

Rindu terdiam, sejujurnya ia sedikit bingung apa yang mereka bicarakan, tapi sepertinya sesuatu yang tidak baik,

Ia tak menyangka Melly yang terlihat bak malaikat melakukan hal curang untuk mendapatkan Milano, apa teman sekelasnya lupa apa yang terjadi dengan Rachel beberapa hari lalu.

Padahal secara fisik Rachel jauh lebih cantik dibanding Melly, karena Rachel dinobatkan sebagai ratu sekolah tahun lalu disandingkan dengan Milano.

Masa bodoh, bukan urusannya, karena urusan hajatnya sudah selesai, Rindu keluar dari bilik, ia menggerutu, sembari mencuci tangannya, tak habis pikir dengan wanita yang menggilai lelaki brandal seperti Milano, padahal harusnya mereka tau akhir kisahnya.

Dengan mudah akan dicampakkan begitu saja oleh lelaki yang katanya tampan itu.

Seolah lupa dengan peringatan sahabatnya, Rindu keluar dari toilet dan menyusuri lorong, yang seingatnya jalan menuju tempat pesta.

Beberapa saat kemudian barulah Rindu tersadar, sepertinya dirinya tersesat, karena sedari tadi ia menundukkan kepalanya, malas melihat pemandangan tak pantas.

Ia celingak-celinguk, lorong sepi yang di kanan kirinya terdapat banyak pintu yang masing-masing tertempel nomor.

Ia memutuskan mencari keberadaan lift, sayangnya saat kotak besi terbuka, dua pasang sejoli sedang bercumbu, membuatnya mengurungkan niatnya.

"turun lewat tangga darurat aja kali ya,"gumamnya.

Rindu membuka pintu tangga darurat, lebih baik menunggu Andini di parkir bawah saja, langkahnya terhenti sejenak, untuk mengirimi pesan pada pada sahabatnya.

Baru melawati satu lantai, ia dikejutkan dengan seseorang yang tengah duduk dibelakang pintu tangga dilantai bawahnya.

Meski sedikit takut, tapi Rindu mencoba memberanikan diri melewati lelaki berkaos hitam, dengan jas warna senada yang diletakan begitu saja dilantai.

Namun sayangnya, dress miliknya ditahan oleh lelaki itu saat ia melintas,

Keduanya bertemu pandang, Rindu melebarkan matanya terkejut, itu Milano dengan wajah memerah dan berkeringat,

"bantuin gue please,"pinta lelaki itu memohon.

Kenapa dari sekian tempat, ia harus bertatap muka dengan lelaki sialan itu?

Rindu mencoba melepaskan tangan yang memegang dress-nya, "lepasin, gue mau turun,"

"please bantuin gue,"pinta Milano lagi yang terlihat semakin gelisah.

Episodes
1 Satu
2 dua
3 tiga
4 empat
5 lima
6 enam
7 tujuh
8 delapan
9 sembilan
10 sepuluh
11 sebelas
12 dua belas
13 tiga belas
14 empat belas
15 lima belas
16 enam belas
17 Tujuh belas
18 Delapan belas
19 sembilan belas
20 dua puluh
21 dua puluh satu
22 dua puluh dua
23 dua puluh tiga
24 dua puluh empat
25 dua puluh lima
26 dua puluh enam
27 dua puluh tujuh
28 dua puluh delapan
29 dua puluh sembilan
30 tiga puluh
31 tiga puluh satu
32 tiga puluh dua
33 tiga puluh tiga
34 tiga puluh empat
35 tiga puluh lima
36 tiga puluh enam
37 tiga puluh tujuh
38 tiga puluh delapan
39 tiga puluh sembilan
40 empat puluh
41 empat puluh satu
42 empat puluh dua
43 empat puluh tiga
44 empat puluh empat
45 empat puluh lima
46 empat puluh enam
47 empat puluh tujuh
48 empat puluh delapan
49 empat puluh sembilan
50 lima puluh
51 lima puluh satu
52 lima puluh dua
53 lima puluh tiga
54 lima puluh empat
55 lima puluh lima
56 lima puluh enam
57 lima puluh tujuh
58 lima puluh delapan
59 lima puluh sembilan
60 enam puluh
61 enam puluh satu
62 enam puluh dua
63 enam puluh tiga
64 Enam puluh empat
65 enam puluh lima
66 enam puluh enam
67 enam puluh tujuh
68 enam puluh delapan
69 enam puluh sembilan
70 Tujuh puluh
71 tujuh puluh satu
72 tujuh puluh dua
73 tujuh puluh tiga
74 tujuh puluh empat
75 tujuh puluh lima
76 tujuh puluh enam
77 tujuh puluh tujuh
78 tujuh puluh delapan
79 tujuh puluh sembilan
80 Delapan puluh
81 Delapan puluh satu
82 Delapan puluh dua
83 delapan puluh tiga
84 Delapan puluh empat
85 delapan puluh lima
86 Delapan puluh enam
87 delapan puluh tujuh
88 delapan puluh delapan
89 Delapan puluh sembilan
90 sembilan puluh ( END)
91 Karya baru
92 karya baru
93 Karya baru
94 Karya baru
Episodes

Updated 94 Episodes

1
Satu
2
dua
3
tiga
4
empat
5
lima
6
enam
7
tujuh
8
delapan
9
sembilan
10
sepuluh
11
sebelas
12
dua belas
13
tiga belas
14
empat belas
15
lima belas
16
enam belas
17
Tujuh belas
18
Delapan belas
19
sembilan belas
20
dua puluh
21
dua puluh satu
22
dua puluh dua
23
dua puluh tiga
24
dua puluh empat
25
dua puluh lima
26
dua puluh enam
27
dua puluh tujuh
28
dua puluh delapan
29
dua puluh sembilan
30
tiga puluh
31
tiga puluh satu
32
tiga puluh dua
33
tiga puluh tiga
34
tiga puluh empat
35
tiga puluh lima
36
tiga puluh enam
37
tiga puluh tujuh
38
tiga puluh delapan
39
tiga puluh sembilan
40
empat puluh
41
empat puluh satu
42
empat puluh dua
43
empat puluh tiga
44
empat puluh empat
45
empat puluh lima
46
empat puluh enam
47
empat puluh tujuh
48
empat puluh delapan
49
empat puluh sembilan
50
lima puluh
51
lima puluh satu
52
lima puluh dua
53
lima puluh tiga
54
lima puluh empat
55
lima puluh lima
56
lima puluh enam
57
lima puluh tujuh
58
lima puluh delapan
59
lima puluh sembilan
60
enam puluh
61
enam puluh satu
62
enam puluh dua
63
enam puluh tiga
64
Enam puluh empat
65
enam puluh lima
66
enam puluh enam
67
enam puluh tujuh
68
enam puluh delapan
69
enam puluh sembilan
70
Tujuh puluh
71
tujuh puluh satu
72
tujuh puluh dua
73
tujuh puluh tiga
74
tujuh puluh empat
75
tujuh puluh lima
76
tujuh puluh enam
77
tujuh puluh tujuh
78
tujuh puluh delapan
79
tujuh puluh sembilan
80
Delapan puluh
81
Delapan puluh satu
82
Delapan puluh dua
83
delapan puluh tiga
84
Delapan puluh empat
85
delapan puluh lima
86
Delapan puluh enam
87
delapan puluh tujuh
88
delapan puluh delapan
89
Delapan puluh sembilan
90
sembilan puluh ( END)
91
Karya baru
92
karya baru
93
Karya baru
94
Karya baru

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!