Rindu yang terbiasa bangun pagi-pagi sekali, ia membuka matanya melihat sekeliling, bukan di kamarnya, ia ingat sedang menginap di apartemen pacarnya.
Ia melihat ke samping, Milano tertidur sambil memeluknya, bayangan kejadian malam itu, melintas dipikirannya, namun Ia berusaha menepisnya, pacarnya pernah bilang tak akan mengulangi perbuatan keji itu lagi, ia juga lega, pakaiannya masih utuh sama seperti sebelum tidur.
Rindu mengangkat tangan yang merengkuhnya, perlahan, "begini dulu Ri, bentar aja,"gumam Milano dengan mata terpejam.
"aku mau pipis,"ucap Rindu beralasan.
Tanpa membuka mata, Milano mengendurkan tangannya, memberi kesempatan pacarnya untuk urusan toilet.
Biasanya jika pagi-pagi, Rindu sibuk di dapur membantu Kartika atau sekedar mengerjakan pekerjaan rumah yang lain, namun sekarang ia hanya berdiam diri di balkon sambil melihat pemandangan ibukota yang masih gelap.
Cukup lama ia berdiam di sana, hingga pemandangan lampu kelap kelip ibukota berganti dengan mentari pagi yang sedikit tertutup awan putih.
Perutnya mulai terasa lapar, ia sedikit melongok ke bawah, tak jauh dari apartemen dibawah sana, terlihat aktivitas penduduk ibukota yang mulai sibuk.
Rindu memutuskan untuk mandi terlebih dahulu sebelum mengisi perutnya, ia terbiasa sarapan pagi-pagi.
Baju yang kemarin sudah bisa dipakai kembali usai dicuci semalam, sebelumnya ia memastikan jika Milano masih tertidur nyenyak.
Rasanya sudah lama ia tak jalan sendiri untuk berburu kuliner di pagi hari, biasanya aktivitas seperti saat ini ia lakukan bersama sahabatnya.
Ia kangen saat bersama Andini, tapi sekarang tak lagi bisa dilakukannya, rasanya ingin menjelaskan kejadian malam itu, tapi ia terlalu malas melakukannya.
Salah satu sifatnya, entah jelek atau justru bagus, ia malas berbicara sekedar membela diri, baginya mau dijelaskan atau tidak, orang-orang akan mendengarkan sesuai dengan apa yang ingin mereka dengar.
Maka dari itu sebagian teman-teman yang dikenalnya banyak yang salah paham padanya dan menganggapnya angkuh.
Termasuk kejadian yang menimpanya, ia malas menjelaskan secara detail apa yang sebenarnya terjadi, alhasil hingga saat ini Andini menganggapnya munafik.
Tapi mungkin sekarang ini, tuduhan Andini padanya jadi kenyataan, karena ia justru menjalin kasih dengan lelaki yang ia benci, apa ada pilihan lain ketika Milano mengancam akan menunjukan rekaman cctv saat dirinya memapah lelaki itu menuju kamar hotel?
Rindu menjalani hubungan ini dengan terpaksa, coba pikir, memangnya bisa korban pelecehan bisa semudah itu berdamai dengan pelaku?
Ia hanya tidak ingin orang tuanya tau dirinya tak lagi suci, itu akan membuat mereka kecewa dan sedih.
Langkah Rindu terhenti tepat didepan penjual nasi uduk, ia memesan dengan beberapa lauk pendukung.
Sambil menikmati sarapannya, ia teringat kembali saat dirinya berbagi makanan dengan Andini, lagi-lagi ia memikirkan sahabatnya.
Ada tanya dalam hatinya, apa Andini baik-baik saja? Apa pernah sahabatnya itu memikirkannya? Ia juga kangen dengan masakan Tante Retno, entah sampai kapan kesalahpahaman ini terjadi.
Ponselnya berdering, tertera nama Milano di layar, ia mengangkatnya,
"halo"
"kamu dimana?"
"lagi sarapan, ada apa?"
"kok nggak bangunin aku?"
"kamu baru tidur,"
"tunggu aku susul kesana,"
"nggak usah, ini aku udah selesai, kamu mau aku beliin sekalian?"
"boleh deh,"
Setelah Milano menyebutkan pesanannya, Rindu mengakhiri panggilan, ia kembali melanjutkan sarapannya.
Selain makan besar, Rindu juga memberi beberapa kue-kue yang biasa dijual pada pagi hari.
Saat keluar dari lift, ia terkejut karena Milano menunggu tepat didepan kotak besi itu.
"kamu ngapain disini?"tanyanya heran.
"nungguin kamulah, lama banget lagian,"
"aku beli kue,"ujar Rindu menunjukan beberapa bungkusan berisi beragam kue.
"ada David didalam,"ucap Milano sebelum masuk ke unit apartemennya.
Rindu menghentikan langkahnya, ia terkejut, "ya udah ini sarapan kamu, aku tunggu di mobil sampai teman kamu pulang,"sahutnya sembari memberikan kantong plastik berisi sarapan untuk lelaki itu.
"loh kok gitu, kenapa nggak masuk?
"apa kamu lupa, kita udah sepakat merahasiakan ini dari teman-teman kamu termasuk David?"
"Tapi Ri, David sahabat dekat aku, nggak masalah kalau dia tau hubungan kita,"
"kenapa kamu nggak konsisten sih?"tanya Rindu mulai kesal.
"bukannya nggak konsisten, tapi David lebih dari sahabat buat aku, dan aku ingin David yang pertama tau hubungan kita,"jelas Milano.
"dah lah, aku pulang aja,"
Milano menahan tangan Rindu, "Jangan gini dong Ri, please!"
"Ada apa Lan?"Tanya David yang baru saja membuka pintu, "lama banget,"
Milano menatap tajam Rindu, seolah memerintahkan wanita itu untuk masuk ke unit apartemennya.
Rindu tak ada pilihan selain menuruti lelaki itu, ia masuk dan berjalan dibelakang dua lelaki yang memiliki tinggi lebih dari seratus delapan puluh, padahal keduanya masih siswa SMA.
Ketiganya duduk di stoll, berjejer dengan Milano ditengah, ia mulai membuka bungkusan sarapan yang dibeli oleh pacarnya, tak lupa menawarkannya pada David.
Sembari berbagi sarapan, keduanya membicarakan tentang rencana keberangkatan ke Bali, besok pagi.
Dari pembicaraan yang Rindu dengar, David juga akan turut serta , akan ada sesi pemotretan untuk mereka berdua.
Kelebihan fisik yang tinggi nan rupawan membuat salah satu brand sepatu olahraga menyewa jasa mereka sebagai model.
Selama Milano serius berbicara dengan sahabatnya, tangan kiri lelaki itu memegang tangan pacarnya.
"kamu kenapa nggak makan kuenya?"tanya Milano menghentikan sementara pembicaraannya dengan sahabatnya.
"aku masih kenyang,"jawab Rindu tanpa melihat lelaki yang ada disebelahnya.
Obrolan kedua lelaki itu terus berlanjut hingga sarapan dan beberapa kue habis dimakannya, menyisakan kue milik Rindu.
"oh ya Dave, hari ini gue libur dulu, terus besok kita ketemu di bandara aja ya, gue mau naik taksi bareng Rindu,"
David mengangguk sembari memakai sepatunya, lelaki itu cukup tau diri tidak menggangu sahabatnya yang tengah kasmaran.
Sepeninggal David, kedua pasang kekasih itu masih duduk di Stoll, Rindu baru mulai memakan kue yang dibelinya.
"kamu udah lama temenan sama David?"tanya Rindu.
"Dari SMP,"jawab Milano sembari makan kue milik pacarnya.
"sama kayak aku dan Andini,"sahut wanita berkacamata itu sedih.
Milano menoleh sedikit terkejut, "ngomongin soal Andini, bukannya kamu akrab sama dia?"tanyanya penasaran, karena ia merasa ada yang salah dengan pacarnya ketika menyebutkan nama gadis itu.
"sekarang kami sedang tidak dekat, hanya kesalahpahaman aja, dan aku tipe orang yang malas menjelaskan,"
"maksudnya?"
"Sedari dulu jika aku ditimpa masalah, aku paling malas membela diri, maksudnya menjelaskan kenapa masalah itu terjadi, lagian cape juga, udah ngomong panjang lebar, belum tentu mereka percaya apa yang diomongin, dari pada buang-buang energi, mending diem kan?"
"tapi dengan begitu masalahnya nggak selesai dong,"
Rindu menaikan bahunya, seolah tak peduli.
"kamu orangnya cuek ya!"
"ya beginilah aku,"
"Tapi Ri, jika suatu saat kita menghadapi masalah apa kamu hanya akan diam, tanpa ada penjelasan?"
"nggak usah membicarakan hal yang belum terjadi, nanti pusing sendiri,"
"jawab Ri, "
"mungkin aku akan melakukan hal yang sama, apalagi melihat sifat kamu,"
"memangnya aku kenapa?"
"melihat dari kejadian Rachel yang mau bunuh diri, kayaknya hanya salah paham aja deh, secara logika nggak mungkin dia menduakan kamu, setau aku, dia suka sama kamu sejak MOS , jadi nggak mungkin dia sebodoh itu mengkhianati kamu, sejujurnya aku kasihan sama dia, kayak putus asa banget,"
"tapi aku nggak suka dia,"ucap Milano membela diri.
"kenapa kamu pacari?"
"kasihan aja, segitunya ngejar-ngejar aku,"jawab Milano santai, seolah tak merasa bersalah.
Rindu melongo mendengar jawaban yang keluar dari mulut lelaki disampingnya, tak habis pikir, bisa-bisanya ada lelaki seperti itu, dan mirisnya adalah pacar pertamanya.
"berarti suatu saat kamu bakal kayak gitu sama aku?"tanyanya.
"Dengar aku Ri, hal yang paling aku benci di dunia ini adalah pengkhianatan, mungkin jika kamu melakukannya, aku akan bersikap lebih kejam,"jawab Milano dengan tatapan tajamnya.
"kenapa begitu? Kenapa berbeda?"
"Karena aku yang suka kamu duluan, aku yang mengejar kamu dan kamu yang mengambil perjaka aku,"
"Apa yang akan kamu lakukan sama aku?"
Milano menghela nafas, mata cokelatnya menatap tajam, seolah memberi peringatan, "aku akan mematahkan kaki kamu, supaya kamu. nggak pergi dari aku, dan aku akan mengenyahkan lelaki yang bersama kamu,"
Rindu tertawa, "kamu kaya psikopat dari novel yang aku baca deh, tapi masalahnya ini dunia nyata, disini ada hukum tegas bagi pelaku kejahatan, apa kamu tidak berfikir ke sana?"
"kalau nggak percaya coba aja, akan aku buktikan omongan aku,"
"lalu jika kamu yang berkhianat bagaimana? Apa yang harus aku lakukan ke kamu?"tanya Rindu balik.
"aku tak mungkin melakukannya,"
Rindu melirik sinis, "apa kamu lupa, aku pernah lihat dua kali sehari kamu berciuman dengan wanita berbeda? aku tau kamu tidak cukup hanya dengan satu wanita, jadi jangan egois jika suatu saat pasangan kamu mengkhianati kamu, karena kamu juga sering melakukan hal yang sama,"ungkapnya menohok.
"aku ciuman nggak pakai perasaan, buat kesenangan aja, lagian hanya sebatas ciuman dan bercumbu tidak sampai ke ranjang,"
"tapi malam itu kenapa dia pro banget ya, bohong gue rasa,"gumam Rindu pelan, "tetap aja itu namanya mengkhianati Milano, jadi jangan egois, ingat setiap perbuatan ada balasannya,"lanjutnya.
"Jadi kamu akan mengkhianati aku?"
"Sekarang sih nggak kepikiran, tapi sebagai manusia kita tidak tau apa yang terjadi nanti bukan?"
Milano mengepalkan tangannya, rasanya ia sangat marah mendengar ucapan wanita disampingnya, dari pada menyakiti, ia memilih bangkit dan berjalan menuju kulkas, mengambil botol berisi bir lalu melangkah menuju balkon, ia butuh meredam amarahnya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 94 Episodes
Comments
Nadila Nisa
kyknya Milano anak broken home deh...
2023-10-27
2