Rindu sedikit takut melihat jalanan didepannya, tikungan tajam, dan juga tanjakan, ia harus memberanikan diri, ia pasti bisa, ia menyemangati dirinya sendiri.
Pengalaman baru untuknya yang hanya mengemudi di ibukota, ia menyetir lebih dari tiga jam hingga sampai di kota tujuan.
Begitu sampai, hal pertama yang ia cari adalah mall, ia butuh baju dan dalaman baru, dari kemarin ia belum berganti, rasanya tidak nyaman.
Sedikit terkejut, karena mall di sana tak sebesar mall yang biasa ia datangi, tapi tak masalah, ia berbelanja piyama, kemeja plus celana panjang, dan beberapa baju kasual, tak lupa dalaman, cukup menguras uang yang ada di ATM-nya.
Sebelum mencari hotel, ia mengisi perutnya terlebih dahulu, masih di mall yang sama.
Mendatangi kampus ia agendakan besok, hari ini ia hanya ingin istirahat seharian di hotel.
Malam harinya, lagi-lagi nomor asing menghubunginya, ia tau siapa, walau malas, tapi ia tetap mengangkatnya,
"Halo,"
"aku udah selesai pemotretan, aku mau balik ke Jakarta, jadi kasih tau aku kamu dimana, kita perlu bicara," ucap suara berat lelaki diseberang sana.
"Bukannya kamu ada kerjaan di club'?"
"aku batalkan, pacar aku kabur jadi aku nggak mood buat nge-dj,"
"kita udah putus Milano,"
"aku nggak setuju, sekarang kasih tau aku, dimana kamu?"
Rindu menghela nafas, "yang jelas nggak di Jakarta, berjam-jam aku nyetir buat sampai sini, sekarang aku mau istirahat,"
"tunggu Ri, jangan ditutup dulu," pinta Milano dari seberang sana, terdengar tarikan nafas, "apa lusa kamu udah sampai Jakarta?"
"belum tau, sepertinya belum, urusanku disini banyak,"
"apa kamu tidak membaca pengumuman di grup kelas kamu? Murid kelas XII diharapkan hadir, untuk membahas acara perpisahan,"
"tapi aku nggak turut serta, aku hanya akan jadi penonton saja,"
"Kalau kamu nggak nemuin aku, jangan salahkan jika rekaman cctv itu tersebar di kelas kamu,"
"tapi aku nggak bisa datang, aku masih diluar kota,"
"kalau gitu kasih tau aku, dimana kamu,"
"Milano, dengarkan aku baik-baik, aku udah pernah bilang kalau kita sudah putus, aku nggak mau punya hubungan apapun sama kamu, baik pertemanan maupun pacaran, kamu buat aku takut, udah ya, aku mau tidur, selamat malam,"
Usai mengatakannya, Rindu mengakhiri panggilannya, tak lupa memblokir nomor itu.
Sekali lagi ia menyesal pernah menolong lelaki gila itu.
Keesokan harinya usai sarapan di hotel, ia mengemudikan mobilnya menuju kampus.
Sesuai yang ia lihat di internet semalam, kampus itu cukup asri, banyak pepohonan, dan luas, sepertinya ia akan betah jika berkuliah di sana.
Ia menuju ruang administrasi kampus, menanyakan ini itu, berhubungan dengan pendaftaran mahasiswa/siswi baru, prosedur yang harus dilaluinya agar bisa berkuliah di sana, termasuk biaya yang dibutuhkan.
Diakhir pembicaraannya dengan staf, Rindu juga menanyakan informasi tentang rumah yang dijual di sekitaran kampus.
Beruntung Staf itu memberikan sebuah nomor telepon agen properti yang biasa menjual rumah.
Urusan dengan kampus selesai, Rindu berkeliling sejenak, hingga ia memutuskan fakultas mana yang ingin ia masuki nantinya.
Segala yang ia bicarakan dengan pihak kampus, ia laporkan pada Kartika, termasuk tentang agen properti.
"ya udah Ri, kamu ketemu agen properti itu, terus minta diantar ke rumah yang akan dijual, misal nggak dapat yang di komplek, minimal harus ada pagarnya, kamarnya cukup dua, nggak usah terlalu gede yang penting nyaman dan nggak jauh dari kampus, terus jangan lupa tanyain surat-suratnya juga, pokoknya harus teliti, liat juga lingkungan sekitar aman atau nggak, terus uang nggak masalah, kalau emang cocok, kamu langsung bayar aja, uang di bagasi kamu mudah-mudahan cukup,"
"kan Rindu belum tentu diterima di kampus itu ma, kok malah langsung disuruh beli rumah,"
"kamu kan pinter, nggak mungkin sampai nggak diterima, misal kamu nggak diterima, kamu bisa cari kampus lain, mama dengar disitu kota pelajar versi kecilnya Jogja,"
"Iya ma, udah dulu ya, Riri telpon agen properti dulu, entar Riri kabari pas udah di hotel,"
Panggilan berakhir, Rindu menghubungi agen properti, mengajak bertemu untuk melihat beberapa rumah yang akan dijual.
Rindu diarahkan menuju salah satu tempat yang lokasinya tak jauh dari tempatnya berada saat ini.
Ada beberapa foto yang ditunjukan plus penjelasannya, lebih dari satu jam Rindu terlibat pembicaraan dengan agen properti itu.
Pilihannya jatuh pada satu rumah yang jaraknya hanya lima belas menit dari kampus, tak masalah toh ia ada kendaraan.
Dari pihak agen properti mengajaknya meninjau lokasi secara langsung besok sore.
Sesampainya di hotel Rindu menjelaskan hasil pertemuannya pada Kartika.
Wanita berumur empat puluh tahun itu sependapat dengan putrinya, dan menantikan kabar selanjutnya.
Baru saja ia selesai, nomor asing menghubunginya, meski malas tapi ia tetap mengangkatnya.
"Halo,"
"Rindu, ini gue David, Lo ingat gue kan?"
Rindu menanggapinya dengan gumaman, ia bisa mendengar sayup-sayup suara berisik dari seberang sana.
"Lo dimana? Gue samperin ke rumah ya,"
" gue lagi nggak di rumah dan gue udah nggak ada hubungan apapun sama Milano, jadi tolong jangan hubungi gue lagi,"
"Lo dimana? Gue jemput deh,"
"gue lagi di luar kota,"
Terdengar helaan nafas dari seberang sana, "kapan Lo balik?"
"belum tau, urusan gue belum selesai,"
"kalau udah balik, bisa nggak Lo ketemu gue dulu, gue janji nggak bakal kasih tau Milano soal ini,"
"oke,"
Usai mengakhiri panggilannya, sekali lagi ia menyesal pernah menolong Milano.
Keesokan paginya sesuai janjinya, ia bertemu dengan agen properti di rumah yang rencananya akan dibelinya.
Rumah dengan dua kamar, satu kamar mandi, ruang tamu, dapur dan tempat cuci dibelakang, ada carport juga taman kecil dekat teras.
Rindu melakukan panggilan video dengan Kartika, memperlihatkan kondisi rumah,
"lumayan ri, akses jalannya gimana?"
"bisa dua mobil mepet sih,"
"rame nggak?"
"lumayan lah, tapi rumahnya kecil, nggak apa-apa emang?"
"nggak apa-apa yang penting aman dan nyaman,"
Selanjutnya, Kartika langsung berbicara dengan agen properti mengenai harga yang dipatok, Rindu bisa mendengar tawar menawar antar dua orang yang sedang berbicara melalui panggilan video itu.
Dan akhirnya mereka sepakat dengan harganya, Agen properti itu mengatakan beberapa prosedur yang harus dilakukan Rindu, tentang serah terima sertifikat dan kunci juga pembayaran yang dilakukan.
Saat sedang mengemudi untuk kembali ke hotel, Kartika menghubunginya,
"Ri sekalian isi perabot bisa nggak? Biar saat kita pindahan, kita tinggal menempati, kayak, kasur, lemari sama kursi buat ruang tamu aja, yang lain gampang nyusul,"
Rindu hanya menurut saja apa yang diperintahkan mamanya, tentu karena itulah, ia semakin tertahan lama di kota itu.
Ia sempat mendapatkan pesan dari ketua kelas yang menyuruhnya masuk sekolah beberapa hari lagi.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 94 Episodes
Comments
❀ℕ𝕒𝕕𝕚𝕝𝕒 ℕ𝕚𝕤𝕒❀
cerita nya Bagus.. knp sedikit yang like dan coment yaaa
2023-10-28
8