Rindu memilih membaca novel yang dibawanya, sementara Milano tertidur di kamar milik lelaki itu.
Terlalu asik membaca, Rindu lupa waktu, diluar langit sudah gelap, ia melihat waktu di ponselnya, yang menunjukkan pukul sembilan belas, ia melirik ke belakang partisi, dimana Milano tertidur, apa yang harus ia lakukan sekarang?
Kartika menyuruhnya menginap di rumah temannya, sementara dirinya tidak punya teman akrab selain Andini yang kini sedang marah padanya.
Gengsi baginya untuk meminta ijin menginap disini, apalagi hanya ada satu ranjang.
Ia mengecek saldo rekening miliknya, ada tambahan beberapa ratus ribu kiriman dari sang mama sejam yang lalu, memang tabungannya lebih dari cukup untuk menginap di hotel, tapi ia merasa sayang mengeluarkan uangnya.
"cuman semalam doang, sekali-kali nggak apa-apa lah,"gumamnya pada dirinya sendiri.
Sesuai pesan dari Milano, ia membangunkan lelaki yang tidur hanya mengenakan bokser itu.
"Milano bangun udah malem,"ucapnya sembari menyentuh lengan menggunakan ponsel miliknya, ia merasa risih jika harus menyentuh kulit lelaki itu secara langsung.
Milano membuka mata cokelat terangnya, kelopaknya memerah, tanda bahwa lelaki itu tidur dengan nyenyak.
"jam berapa sekarang?"tanyanya menggeliat.
Rindu mundur beberapa langkah, "jam setengah delapan, gue mau balik,"Jawabnya.
"kok balik?"tanya Milano bersandar di head board. "aku belum ngajak kamu makan malam,"lanjutnya.
"kan udah tadi,"jawab Rindu teringat tadi sore ia memakan kentang goreng dan cola.
"itu ngemil Ri, tunggu bentar, aku mandi dulu,"ucap lelaki itu beranjak menuju kamar mandi.
Tak lama Milano keluar hanya mengenakan handuk yang melilit pinggangnya, Rindu terkejut dan langsung mengalihkan pandanganya.
Lelaki itu terkekeh, "udah pernah liat Ri, masih malu aja,"teriaknya dari dalam walk in closed yang bersebelahan dengan kamar mandi.
Milano mengenakan Hoodie dan celana hitam serta sepatu sneaker dari brand ternama, terlihat keren.
Tercium wangi parfum maskulin dari lelaki itu, Rindu jadi teringat malam dimana mahkotanya direnggut secara paksa, ia mencoba menenangkan diri, "nggak apa-apa Ri, Milano nggak mungkin macem-macem, waktu itu dia nggak sengaja ngelakuin, tenang Rindu," ucapnya dalam hati, ia sampai memejamkan matanya sejenak.
"kok Diem aja Ri, kenapa sih? Kamu nggak enak badan?"tanya Milano heran melihat diamnya pacarnya.
Rindu menggeleng, ia membetulkan kaca matanya, "nggak apa-apa kok, gue baik-baik aja, lalu kita mau makan malam dimana?"tanyanya balik.
"ada yang ingin kamu makan nggak?"
Rindu menaikan bahunya, "apa aja yang penting makan nasi, seharian Lo belum makan nasi kan?"
Milano diam berfikir, "kaki lima nggak apa-apa Ri?"tanyanya terlihat tak yakin.
"nggak apa-apa lagi, udah yuk, keburu malem,"ajak Rindu keluar dari kamar Milano.
Sempat terjadi perdebatan sesampainya di parkiran, mengenai akan menaiki apa, akhirnya diputuskan untuk jalan kaki menuju warung tenda tak jauh dari apartemen.
"Lo sering makan disini?"tanya Rindu saat keduanya duduk di bangku plastik sembari menunggu pesanannya dibuat.
"lumayan sih bareng David sama temen-temen abis balapan,"jawab Milano.
"gue pikir cowok kayak Lo, anti makan ditempat kayak gini,"
Milano terkekeh, "selama itu makanan bikin kenyang, di manapun nggak masalah sih,"ujarnya, "ngomongin soal acara perpisahan, kamu mau buat pertunjukan apa?"tanyanya.
obrolan mereka terhenti ketika dua gelas es jeruk di sajikan dihadapan keduanya,
"yang jelas gue nggak tampil, kata pak Budi yang penting ada perwakilan dari kelas, paling Melly and the gank yang bakal tampil, gue itu bukan murid menonjol, kalau kelas Lo sendiri mau apa?"
Milano tersenyum, ia tengah memainkan sedotan yang terdapat di minumannya, " nge-band paling, entar kamu harus liat aku perform,"
"nggak tau bisa dateng atau nggak,"
"kenapa emang?"
Obrolan keduanya kembali terhenti saat penjual menyajikan hidangan yang mereka pesan.
"males aja,"sahut Rindu mulai memakan nasi plus ayam goreng.
"masa pacarnya mau tampil, kamu nggak Dateng kasih semangat gitu,"
"Lo nggak malu punya pacar cupu kayak gue?"
"kenapa mesti malu?"
Rindu menaikan bahunya, "makan dulu, entar dilanjut lagi ngobrolnya,"
Selanjutnya hanya seputar obrolan tentang makanan yang sedang mereka nikmati.
Setengah jam kemudian, keduanya keluar dari warung tenda itu dan berjalan menuju apartemen.
"abis ini enaknya ngapain ya Ri?"tanya lelaki yang mengenakan Hoodie hitam itu.
"gue mau nyari hotel,"jawab Rindu dengan suara pelan.
Tapi masih bisa didengar Milano, "ngapain nyari hotel?"
"numpang tidur,"jawab wanita berkacamata itu asal.
Milano menghentikan langkahnya, ia menatap pacarnya dengan tatapan heran.
Rindu mau tidak mau melakukan hal yang sama, "nyokap gue keluar kota bareng bokap, udah yuk jalan lagi, gue mau ke parkiran,"
Milano menahan pergelangan tangan pacarnya, "tunggu Ri, kenapa harus nginep di hotel segala sih? Kan kamu bisa tidur di apartemen aku,"
Rindu melepaskan tangan lelaki itu, "Lo lupa, di apartemen Lo cuman ada satu kamar,"
"emang kenapa? nggak masalah bukan,"
"Masalahnya, yang punya apartemen itu elo,"
"Astaga Rindu, aku nggak mungkin jahat sama kamu,"
"jahat nggak, cuman ambil kesempatan dalam kesempitan, udah lah, gue mau cari hotel aja,"
"ya udah aku ikut kamu nginep di hotel,"
"Milano ih,"
"nginep di apartemen aku, atau nginep di hotel tapi aku tiduri kamu lagi,"
"dasar gila,"maki rindu kesal.
Akhirnya diputuskan Rindu menginap di apartemen milik pacarnya.
Milano meminjamkan kaos dan celana pendek miliknya sebagai pakaian ganti untuk kekasihnya.
Walau terlihat kebesaran, tapi tak masalah hanya untuk tidur saja,
"aku ke club' jam sepuluh, mungkin jam tiga baru pulang, jadi kamu tidur aja dulu,"
Rindu mengangguk setuju.
"emang orang tua kamu berapa lama ke luar kota?"
"belum tau, kenapa emang?"
"kalau lama, kamu ikut aku ke Bali yuk, aku ada kerjaan di sana,"
"jauh amat,"
"coba kamu tanyain deh,"
Rindu yang sedang duduk di sofa, bangkit dan berjalan menuju kamar , ia mengambil ponsel dari dalam tasnya.
Lalu mengirim pesan pada Kartika, untuk menanyakan, berapa lama orang tuanya ke luar kota,
"mama bilang seminggu sih, tapi kan gue nggak bawa baju, nggak mungkin gue pake baju Lo terus,"
"entar aku beliin, dan boleh nggak ngomong gue elo diganti, masa sama pacar kayak gitu,"
"emang kita pacaran?"
"menurut kamu?"
Rindu menaikan bahunya, "berangkat sana,"
"kok ngusir,"
"bukannya ngusir, entar telat,"
"aku jadi males kerja, pengin sama kamu aja,"ujar Milano yang menyandarkan kepalanya di bahu kekasihnya.
Rindu menyingkirkan kepala lelaki itu dari bahunya, tapi kedua tangan Milano malah memeluk pinggangnya, "peluk doang Ri,"
Males berdebat, Rindu akhirnya pasrah saja, "boleh aku tanya?" Milano mengangguk di bahunya, "apa alasan kamu hidup terpisah dari orang tua? Bukannya kamu anak orang kaya, sekolah juga punya keluarga kamu kan?"
Milano melepaskan pelukannya begitu saja,
Rindu menyadari perubahan sikap lelaki itu, "kalau nggak mau jawab, nggak apa-apa kok, aku nggak maksa,"
Hembusan nafas kasar terdengar, Rindu semakin dibuat tidak nyaman, "ganti topik lain aja ya! anggap aja aku nggak pernah tanya,"
"Perbedaan prinsip, sehingga aku memilih pergi dari rumah dan memilih jalanku sendiri, mereka mengijinkan, asal aku tetap sekolah ditempat yang telah ditentukan,"
"pasti berat ya?"
Milano menggeleng, "sama sekali enggak, aku lebih bahagia hidup tanpa mereka, maaf aku sempat kesal saat kamu bilang tentang tipe cowok yang kamu suka, sejujurnya aku sendiri bingung, sayang keluarga itu seperti apa? Apa seperti memberikan fasilitas terbaik untuk keluarga? Tapi nyatanya itu nggak menjamin kebahagiaan, terkadang apa yang ditujukan pada orang lain tak seindah kelihatannya,"
Rindu bisa merasakan kesedihan di setiap kata yang terucap dari lelaki disebelahnya.
"jadi menurut kamu sayang keluarga itu seperti apa?"tanya Milano.
Rindu menaikan bahunya, ia sendiri bingung, apa yang dimaksud sayang keluarga untuk saat ini, nyatanya papanya sendiri makin sering keluar kota dan mamanya mau tak mau harus mengikuti, sementara ia sendirian di rumah, terkadang ia merasa kesepian.
"Ri, menurut kamu penting nggak sebuah ikatan yang disebut pernikahan?"
"penting lah, ya kali mau kumpul kebo, dosa tau, belum lagi kalau punya anak, bapaknya harus tanggung jawab,"
"emang semua itu bakal buat bahagia ya!"
"seenggaknya, keturunan yang dilanjutkan, bahagia itu tergantung masing-masing personal, mau seperti apa, kan beda-beda,"
Milano terdiam sejenak, "Ri, bisa nggak misalnya suatu saat kamu punya anak, kamu bisa mencintai dan menyayangi anak dengan tulus, mendidik dan membesarkannya dengan ikhlas, intinya jadi ibu yang baik buat anak kamu,"
"mungkin bisa, jika suatu saat aku punya anak, aku akan berusaha menjadi ibu yang baik buat anakku, aku akan selalu ada buat anakku,"
"apa kamu suka anak kecil?"
"suka banget, aku pengin jadi guru TK malah,"
Milano terkekeh, "kok muka kamu kayak nggak pantes ya jadi guru TK, kamu judes loh,"
"jangan salah, gini-gini aku sering ikut kegiatan suka rela di panti asuhan buat menghibur anak-anak kurang beruntung tau,"
Milano mengambil tangan Rindu, lalu mengecupnya lembut, ia juga mengelus perut rata wanita itu, "Ri, kira-kira disini udah jadi bayi belum ya?"
Rindu menepis tangan lelaki itu, "nggak mungkin, seminggu yang lalu aku haid kok,"
"yah, nggak jadi, bikin lagi yuk Ri,"
"nggak usah ngadi-ngadi deh, udah berangkat sana, udah mau jam sepuluh,"
Milano melihat pergelangan tangannya, ia menghela nafas, "aku jalan dulu ya!"ucapnya sambil mengecup kening kekasihnya lembut, lalu beralih ke perut rata Rindu, "dedek jangan nakal ya, jangan buat bunda susah,"setelah mengatakannya, ia berlari menuju tempat sepatu.
"Milano...."
Yang diteriaki malah tertawa terbahak-bahak sembari memakai sepatunya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 94 Episodes
Comments
Hotmin Hotmin sianipar
alasa proyek luar kota tau2 bagi waktu
2023-12-24
2
Siti Dede
Papanya Rindu mendua ya?
2023-10-30
3