Semalam tak terjadi apapun, Rindu menolak permintaan Milano untuk tidur di kamar yang sama, akhirnya lelaki itu hanya bisa pasrah tidur di kamar tamu.
Pagi harinya mereka membuat sarapan bersama, hanya nasi goreng kampung simpel.
Tak cukup hanya memasak bersama, Milano tak keberatan membantunya bersih-bersih rumah, mencuci baju walau memakai mesin cuci.
Dari situlah, Rindu jadi tau jika Milano mempunyai sisi lain yang tak terlihat selama ini, dulu ia berfikir lelaki itu adalah seorang tuan muda yang biasa dilayani oleh asistennya.
Nyatanya Milano mengaku jika semenjak SMA, ia sudah tinggal sendiri di Apartemen yang dibelinya dengan uang miliknya sendiri, sejak itu pula ia hidup mandiri, membiayai kehidupannya sendiri, kecuali sekolah.
Lelaki itu mengaku menghasilkan uang dari balapan liar yang sering diikutinya, pertandingan basket, sesekali ia mendapatkan panggilan untuk menjadi foto model, dan juga sebagai disc jockey disalah satu club' malam.
Sejujurnya Rindu penasaran, tentang hubungan lelaki itu dengan orang tuanya, namun ia tak berani bertanya.
"Terus kapan Lo balik?"tanya Rindu saat keduanya makan siang bersama, tadi ia memesan makanan cepat saji dari salah satu restoran asal negara Paman Sam, "jangan marah dulu, semalem gue denger Lo janjian sore ini sama temen kan? Gue cuman ingetin doang, kali aja Lo lupa, kasihan temen lo nungguin,"lanjutnya begitu melihat perubahan ekspresi pacarnya.
Milano melihat jam tangan yang melingkari dipergelangan tangannya, "entar jam empat, David ngajakin ketemu, mau persiapan balapan sama pertandingan basket besok,"jelasnya.
"semoga menang ya!"ucap Rindu menyemangati.
Milano terlebih dahulu meminum cola miliknya, "Ri, kalau entar malem aku menang, dapetnya lumayan, jalan yuk!"ajaknya.
Rindu menghentikan kunyahannya, "emang jalan ke mana?"tanyanya.
"enakan pantai atau gunung?"tanya Milano meminta pendapat pacarnya.
"nginep ya!"
" emang nggak boleh nginep?"tanya Milano.
"bukan nggak boleh, gue yang males,"jawab Rindu asal.
"ke Bali aja yuk,"
"hah... Bali, nggak salah? sekitar sini aja gue males, ini lagi Bali, jauh perlu biaya gede, adanya tabungan gue abis entar,"
"aku yang ajak, aku yang bayarlah, kamu cukup bawa diri,"
"Kejauhan Milano, bisa abis gue diceramahi nyonya Kartika, kalau mau kita jalan pagi-pagi, pulang sore atau malamnya,"
"oke, tapi kamu yang tentuin tempatnya,"
"lah kok gue, yang ngajak kan elo,"
"kalau aku yang ngajak, berarti ke Bali,"
"ya udah nggak jadi, mending gue baca novel sambil rebahan,"
Milano berdecak, "oke entar aku pikirin,"
Tepat pukul empat sore, Milano beranjak dari rumahnya, rasanya lega, lelaki sialan itu pergi.
Baru saja hendak menutup pintu, bel berbunyi, Rindu berbalik lagi, apa Milano kembali dan mengerjai dirinya?
Tapi ternyata itu adalah Kartika dengan koper yang berada disampingnya,
"loh, mama kok pulang nggak bareng papa?"tanya Rindu heran.
"Kerjaan papa masih banyak, jadi mama pulang duluan, mama harus memastikan kamu baik-baik aja,"jawab Kartika melangkah memasuki rumahnya, "Ri, mama mau lihat mobil kamu dulu, sekalian ambil kuncinya,"pintanya sembari memberikan koper yang dibawanya,Rindu mengangguk menuruti kemauan sang mama.
Begitu mendapatkan kunci mobil putrinya, Kartika masuk ke garasi, ia mulai membuka bagasi yang terdapat beberapa kantong plastik hitam.
Wanita yang mengenakan kemeja berwarna peach dan celana formal hitam itu, memeriksa satu persatu isi dari kantong plastik, ia manggut-manggut, terlihat raut wajah puas.
"uang sebanyak ini buat apa si ma? Kenapa nggak di tabung? kan lebih aman, kalau kayak gini, Rindu deg-degan,"tanyanya bingung.
"Suatu saat bakal mama jelasin, dan tolong rahasiakan ini dari siapapun, termasuk papa,"jawab Kartika sembari menutup kembali bagasi.
Malam harinya, Pramana datang bersama seorang wanita yang Rindu tau, adalah asisten sang papa di kantor sekaligus teman mamanya saat kuliah dulu.
"Rindu, mulai sekarang, Tante Rita akan tinggal di rumah kita, kamu harus bersikap baik pada beliau,"ucap Pramana saat mereka berkumpul di ruang keluarga.
Rindu mengernyit heran, ia melirik pada mamanya, dengan kedipan mata, seolah Kartika memberikan kode untuk menyetujui permintaan papanya.
"oke pa,"sahutnya.
"terima kasih buat pengertian kamu, lalu apa kamu sudah menentukan kampus mana yang dipilih?"tanya Pramana, "papa ijinkan kalau kamu mau kuliah di luar kota atau mau bersama Andini di Singapura? Tak masalah, putri papa sudah dewasa, papa harus kasih kepercayaan dong,"
Rindu semakin dibuat bingung dengan perubahan tiba-tiba papanya, seingatnya ia pernah dilarang berkuliah jauh dari rumah, tapi sekarang kenapa seperti ini.
"Rindu masih bingung pa, secepatnya deh Rindu kasih tau papa,"
Menjelang tidur, pintu kamar Rindu diketuk, "Ri, boleh mama masuk?"
Rindu yang baru saja selesai mengirim pesan untuk Milano guna menyemangati lelaki itu, mengijinkan sang mama masuk.
"Ada apa ma?"tanyanya.
"mama kangen banget sama kamu, boleh nggak mama bobo sama kamu? Kayaknya udah lama banget kita nggak ngobrol menjelang tidur,"jawab Kartika.
"boleh banget ma, Riri seneng malah, selama ini papa selalu memonopoli mama kan,"
Kartika tersenyum miris, lalu merebahkan tubuhnya di samping putrinya, ia menatap langit-langit kamar.
"Ri, mama kangen sama si Mbah,"cetusnya tiba-tiba.
"nyekar aja ma, kalau nggak kirim doa,"usul Rindu.
"abis kelulusan kamu kita ke makam si Mbah ya!"
Rindu mengangguk setuju.
Hening, hanya terdengar suara pendingin ruangan dan detak jarum jam dinding.
"Ri, jangan percaya pada siapapun, kecuali diri sendiri ya! terus sebisa mungkin sebagai perempuan, kamu harus bisa mandiri secara finansial, berdirilah diatas kaki kamu sendiri, meskipun nanti kamu sudah menikah,"pesan Kartika tiba-tiba.
Rindu mengernyit bingung, tapi tak berani bertanya, karena tiba-tiba, sang mama mulai terisak.
"ada apa sih ma?"tanya Rindu, ia bahkan bangkit memastikan keadaan wanita yang melahirkannya.
Kartika memeluk putri semata wayangnya, "mama kangen si mbah, kangen banget, sampai rasanya sesak,"jawabnya.
Rindu melepas pelukan itu, lalu menghapus air mata yang mengalir di pipi sang mama, "gimana kalau besok kita pergi ke makam si Mbah? biar mama bisa melepas kangen,"sarannya.
"jauh Ri, entar aja kalau urusan sekolah kamu sudah selesai,"tolak Kartika.
"tapi mama jangan sedih, nanti Mbah di sana juga ikut sedih,"
Kartika mengangguk, sembari menghapus air matanya, "Riri putrinya mama, jangan pernah tinggalin mama ya! Apapun yang terjadi nanti, mama berharap kita akan selalu bersama,"
"iya ma, pokoknya Rindu bakal bareng mama terus, mending sekarang kita tidur ya, udah malem, mama pasti capek abis dari Bandung,"
Setelah memastikan Kartika tidur dengan pulas, Rindu membuka ponselnya, ada pesan masuk.
Milano
Ri, aku menang loh, makasih ya udah disemangati, abis ini aku mau nge dj dulu, mau kumpulin duit yang banyak buat ajak kamu jalan-jalan, Besok abis tanding basket, aku jemput kamu, kita makan malem bareng, selamat tidur, mimpiin aku ya, love u.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 94 Episodes
Comments
Nur Yanti
it papanya rindu selingkuh kli yah
kok perasaan dri bawaannya nyesek
2024-01-02
3
Hotmin Hotmin sianipar
jangan2 itu istrinya papanya rindu....
2023-12-24
1