Semua orang ingin hidup mulia. Namun Angela terlanjur tersesat di jalan salah apa daya? Jumpa Subrata pengusaha muda kaya raya tunggu apalagi kalau bukan jebak laki itu dengan kehamilan. Angela juga tak yakin itu anak Subrata. Tapi tuntutan membuatnya harus berbuat jahat pada wanita selemah Sarah.
Angela menatap kepergian Subrata dengan hati hancur. Subrata mulai salahkan masa lalu Angela. Anggap Angela pangkal masalah keluarga.
Kalau boleh memilih Angela juga tak ingin hidup dalam tekanan. Akibat ingin hidup mewah maka dia terjun jadi wanita malam. Lantas tanpa sengaja jumpa Subrata pengusaha muda kaya raya maka dia umpan Subrata dengan kehamilan lantas memaksa laki itu nikahi dia. Sejujurnya Angela juga tak yakin kalau Lucia itu anak Subrata. Begitu banyak lelaki keliaran dalam hidupnya dia mana tahu persis siapa bapak anaknya. Subrata yang sial harus tanggung jawab maka korbankan keluarga yang baru dia bangun setahun.
Sarah yang tak tahu apa-apa jadi korban keserakahan Angela. Terdepak dari rumah karena kehadiran kupu-kupu malam beracun. Sengsara lah hidup Sarah.
Lewat tengah malam Kevin dan Peter masih berada di hotel untuk berbincang tentang kejadian memalukan ini. Lucia jadi korban dari semuanya. Lucunya masalah muncul dari video yang dia buat sendiri. Siapa punya kemampuan demikian besar edit video jadi noda hitam keluarga Subrata.
Kedua lelaki ini masih duduk nikmati minuman memabukkan sebagai penghangat tubuh. Bagi pengusaha macam kedua orang itu minuman ini bukan hal tabu. Mereka memang harus bisa minum untuk layani tamu dari berbagai kalangan.
Kedua tak sadar di sudut sana ada seorang gadis terngantuk-ngantuk menanti ijin untuk pulang. Gina memang sudah ngantuk berat karena hari sudah larut malam. Gina pun sangat lelah karena bantu persiapkan pesta dari pagi. Jam segini belum dapat ijin pulang pula.
Malam ini malam terakhir Gina bertugas di kantor Kevin. Gani pulang besok berarti Senin anak itu sudah bisa masuk kantor. Gina sudah bisa terbebas dari tekanan pekerjaan yang tak dia sukai. Dia bisa bebas lakukan apa yang dia sukai. Kembali kumuh di bawah kolong mobil juga bantu di warung.
Peter tersenyum lihat sosok ringkih terkantuk di kursi seperti ayam jelang senja. Gina terlihat imut dan lucu.
"Vin...apa kau lupa kalau Gino masih menunggu ijinmu untuk pulang?"
Kevin melayangkan mata ke arah anak muda yang semangatnya telah padam.
"Kau yakin tidak Gino terbebas dari kejadian Lucia?"
"Yakin...tak ada yang mengarah padanya. Dari mana dia dapat data video Lucia? Dan lagi dari mana dia dapat kisah masa lalu mamanya Lucia. Kita yang lebih senior tak tahu masa lalu mama Lucia apalagi anak kemarin macam Gino. Dan lagi kau pikir dia bisa sulap sihir video Lucia sesuka hati? Kurasa orang itu bukan Gino."
Kevin angguk setuju. Gino memang tak punya kepentingan dengan Lucia walau mereka sering adu mulut. Kenal juga baru-baru ini. Dan mereka juga tidak akrab.
"Kau benar...Gino tak mungkin sanggup lakukan hal itu."
"Kau pikir edit video cukup waktu beberapa menit? Seharian juga belum tentu cukup. Dia pegang flashdisk Lucia paling lima menit, itu pun belum tentu selama itu. Dan katamu pak Julio bersamanya. Gimana dia bergerak?" Peter coba beri pendapat agar Kevin bisa pikir waras bila tuduh Gino terlibat.
"Aku bingung pikir hal ini!"
"Aku justru curiga pada editor Lucia. Dia pasti kenal Lucia luar dalam. Biarlah Lucia kejar editornya dulu. Sekarang gimana? Kau mau tahan Gino sampai pagi?"
"Panggil dia!"
Peter menyeret langkah dekati anak muda itu. Peter perhatikan Gina sedang tiduran bersandar pada sandaran kursi. Kepalanya goyang sana sini tahan rasa ngantuk menggila.
Betapa imutnya Gina dalam keadaan begini. Bibirnya nganggur minta disentuh. Hidungnya mancung mungil minta digigit. Kalau dia cewek Peter akan kejar Gina sampai tersungkur di pelukan. Sayang Gina adalah anak cowok cantik.
Peter menepuk bahu Gina perlahan membuat anak itu tersentak bangun. Gina menatap Peter dengan tatapan bening tanpa dosa.
"Sudah pagi pak?" tanya Gina lugu sambil mengucek mata. Peter takut sekali bulu mata Gina copot jatuh ke lantai. Bulu mata itu lentik sekali seperti bulu mata palsu dipasang para cewek.
"Pagi apaan? Kau dipanggil pak Kevin."
"Oh.." mulut Gina membentuk huruf O bikin Peter makin gemas ingin cubit bibir warna pink itu.
Gina menyeret langkah hampiri Kevin. Langkah Gina agak goyah terhubung oleh rasa ngantuk berlebihan. Peter menunggu apa yang akan dikatakan Kevin pada anak itu. Semoga bukan kalimat tak sedap.
"Pak Kevin panggil aku?"
"Kau boleh pulang. Kau pulang dengan taksi saja. Hari sudah malam."
"Tak usah pak! Aku pulang dengan motor aku saja soalnya malam ini malam terakhir aku bekerja untuk ganti Gani. Senin dia sudah masuk kerja."
Mata Kevin menyipit dengar Gina dengan enteng katakan tak bekerja lagi. Gani sudah mau pulang maka tugasnya berakhir. Kevin belum rela kehilangan asisten selincah Gina. Gina jauh lebih baik dari Gani dari segi kecekatan.
"Kau mau berhenti?"
"Bukan berhenti pak tapi masa tugasku berakhir. Kalau selama bekerja dengan bapak ada salah aku mohon dimaafkan! Aku ini orang kasar tak pandai ambil hati orang. Gani akan bekerja lebih baik lagi setelah liburan. Aku permisi." Gina membungkukkan badan dengan sopan pada Kevin dan Peter.
Bukan hanya Kevin merasa kehilangan tapi Peter juga. Gina sudah bekerja dengan baik gantiin Gani bahkan lampaui Gani. Sungguh sayang harus berhenti sampai di sini.
"Kau tak mau bekerja di kantor?" tanya Kevin kecewa Gina pilih pergi.
"Tidak pak! Aku akan kembali ke duniaku. Aku banyak belajar dari bapak tentang bisnis tapi itu bukan dunia aku! Kumohon maaf sekali lagi. Assalamualaikum." Gina melangkah pergi dengan gagahnya. Tubuh ramping itu pergi menjauhi tatapan mata dua lelaki dewasa.
"Anak muda multi talenta tersiakan begitu saja. Sungguh sayang."
"Kau benar...dari awal dia sudah bilang tidak tertarik pada pekerjaan yang mengikatnya. Aku pikir seiring waktu dia akan berubah tapi nyatanya dia teguh pada pendirian. Kita tunggu Gani saja bujuk dia kembali kerja."
"Aku setuju..."
Gina melajukan kenderaan membelah jalan raya yang mulai sepi. Hanya ada satu dua kenderaan melintasi jalan raya yang sepi. Angin malam menyentuh Gina seenak dengkul tanpa permisi. Betapa genit angin malam menggoda Gina sepanjang jalan.
Gina ingin lupakan kejadian hari ini karena dendamnya terbalaskan. Selanjutnya Gina akan bikin kejutan untuk Lucia sampai wanita itu minta tidak dilahirkan ke dunia ini. Gina terpaksa gunakan Lucia untuk balas dendam pada Subrata dan isterinya. Lucia apes jadi sandera Gina untuk kesalahan orang tuanya.
Gina terus melaju tak ingin menoleh ke belakang. Dia harus tetap semangat berjuang untuk menyenangkan hati ibunya. Bu Sarah adalah segalanya buat Gina.
Jam sembilan pagi Gina sudah berangkat ke rumah pak Julio untuk bayar janji datang lihat mobil lelaki itu. Rumah Pak Julio berada di kawasan elite. Sederetan rumah merupakan gedung-gedung mewah. Gina tak tahu berapa harga rumah di daerah ini. Tentu saja beda dengan rumahnya berada di gang sempit.
Setelah yakin itu rumah Pak Julio barulah Gina pencet bel di samping pagar yang tinggi kokoh. Dari luar susah lihat ke dalam karena dikelilingi tembok pagar tinggi.
Seorang lelaki berseragam satpam membuka pintu untuk Gina. Untuk sementara Gina masih berdandan cowok agar pak Julio tidak curiga dia lah yang menyebabkan tragedi Lucia. Pak Julio kan tidak tahu mengapa Gina menyamar jadi cowok. Gina juga tak mungkin buka rahasia Kevin alergi pada wanita.
"Maaf pak! Apa ini rumah pak Julio?"
"Benar...anda ini siapa? Apa sudah ada janji dengan bapak?"
"Saya Gino...montir yang sudah janjian sama pak Julio."
"Anda sudah ditunggu. Pak Julio sudah pesan kalau kamu akan datang. Ayok silahkan!" Satpam itu membuka pintu agar Gina bisa masuk ke dalam dengan motor bebeknya.
Gina majikan motor bebeknya ke dalam halaman rumah mewah itu. Satpam berlari kecil memberitahu majikan bahwa orang ditunggu sudah muncul. Pak Julio sudah pesan dari pagi kalau akan datang montir cantik ke rumah mereka.
Ternyata montirnya memang cantik. Pria muda cantik di mata satpam itu. Montir cantik ini menunggu di halaman rumah tanpa berani naik ke teras tanpa seijin empunya rumah. Gina masih punya tata Krama hormati hak orang.
Pak Julio datang bersama isterinya. Keduanya tertawa senang lihat Gina sudah datang tepat janji. Gina tetap anak muda penuh energi siap jawab tantangan global.
"Assalamualaikum pak Bu.." sapa Gina duluan selaku anak muda.
"Waalaikumsalam...sudah sarapan nak?" sahut Bu Julio ramah.
"Sudah... maaf aku datang ganggu!"
"Ngomong apa itu? Ayok masuk ke dalam dulu! Kenalan sama anak-anak ibu." Bu Julio ajak Gina masuk ke rumah dengan ramah tanpa bedakan status Gina yang jauh di bawah mereka.
"Terima kasih Bu!" sahut Gina agak grogi pertama kali masuk rumah sangat mewah. Pintunya sangat lebar siap terima tamu segede gajah sekalipun.
Begitu masuk harum buahan sambut mereka. Lantai kinclong berlapis marmer warna abu keputihan. Saking kilatnya bayangan kita tercermin di lantai marmer itu.
Gina makin sungkan lewati lantai berkilat itu dengan sepatu sket butut. Gina sadar diri segera lepaskan sepatu sebelum merusak permukaan lantai dengan sepatu buruknya.
"Hei kenapa buka sepatu?' seru pak Julio melarang Gina buka sepatu.
"Sepatunya kotor pak! Nanti kotori lantai."
"Huusss lantai kotor bisa disapu. Masuk saja! Ayok!" Pak Julio menarik Gina lewati pintu menuju ke ruangan sangat luas. Satu ruang itu hampir sama dengan rumah yang ditempati oleh Gina sekeluarga. Di sinilah perbedaan orang miskin dan kaya.
Gina tak puas cuci mata di ruang depan rumah pak Julio. Semuanya serba indah dan mewah. Perabotan mahal tertata rapi pada tempatnya melambangkan keluarga makmur.
"Ayo duduk nak Gino!" ajak Pak Julio halau pesona rumah pak Julio.
"Eh iya pak!" jawab Gina sungkan.
"Duduk dulu! Ibu bikin minum dulu ya!" Bu Julio pamit ke belakang suguhi minuman buat tamu. Tamu tetap tamu walaupun statusnya tidak setara dengan mereka.
"Rumah bapak sangat besar. Tinggal di sini bisa tersesat." gurau Gina bikin pak Julio terbahak-bahak.
"Ada saja kamu! Masa tersesat dalam rumah. Kamu belum terbiasa saja. Kalau sudah biasa ya tak jadi masalah. Oya...ini anak-anak aku! Ayo sini kenalan sama kakak pintar." Pak Julio melambai pada dua bocah tanggung. Satu cewek berumur kisaran empat belas tahun sedang anak cowok kisaran berumur sepuluh tahun. Keduanya tampak malu-malu kucing jumpa Gina.
"Hai...aku kak Gino!" sapa Gina duluan agar kedua bocah itu tidak canggung.
"Hai kakak ganteng...aku Nabila!" sapa si gadis tanggung mulai ceria.
"Aku Angga...kata papa kakak pintar semuanya. Bisa kungfu?" tanya si lajang kecil dengan mata berbinar.
"Angga mau belajar ilmu bela diri? Kakak tak bisa kungfu tapi bisa karate. Angga mau belajar?" Gina akrabkan diri dengan anak lajang itu.
Mata Angga kontan bersinar terang dapat tanggapan bagus dari Gina. Angga sudah pingin belajar ilmu bela diri dari dulu namun kedua orang tuanya tak ijinkan Angga belajar takut lukai anak laki satu-satunya.
Pak Julio harap omongan Gina bukan hanya sekedar omongan untuk menyenangkan anaknya. Omongan harus dipertanggung jawabkan.
"Mau kak! Kakak ajarin Angga ya!"
"Ayo duduk dekat kakak! Tapi janji tak boleh buat lukai kawan. Kita belajar ilmu bela diri untuk melindungi diri sendiri dari orang jahat. Tak boleh gunakan lukai orang."
"Iya kak...Angga janji!"
"Bagus...kakak akan atur waktu ajar kamu! Hari ini kakak sudah janji pada papa kamu urus mobilnya. Kita harus tepat janji."
"Iya kak. Angga akan tunggu kakak datang!"
"Bila juga mau belajar. Bolehkah?"
"Tentu saja boleh...kakak juga punya beberapa murid. Mereka latihan setiap hari Jumat. Kakak atur kalian latihan hari Minggu ya. Kakak agak sibuk karena ada ngajar les anak sekolah juga."
"Wah...kakak hebat! Betul kata papa kakak ini serba bisa. Aku mau seperti kakak kalau gede nanti."
"Kalau mau pintar harus rajin ya."
Pak Julio tak bisa berkata apapun dengar percakapan Gina dengan kedua anaknya. Kalau memang Gina bisa karate dan ngajar les berarti dia telah jumpa generasi multi talenta. Orangnya sederhana tapi berfungsi di segala bidang.
"Kita ke garasi mobil yok! Kita lihat mobil bapak!" ajak Pak Julio ingin tahu sampai di mana pengetahuan Gina tentang mobil tuanya.
"Iya pak! Ayok adek-adek kita ke garasi mobil kalian!"
"Siapa takut?" sahut Angga riang gembira keinginan belajar ilmu bela diri segera terwujud.
Gina menggandeng Angga ikut gerak jalan pak Julio menuju ke samping rumah. Sepanjang jalan rumah pak Julio bersih dan rapi. Ini menunjukkan empunya rumah orangnya suka kebersihan dan kerapihan.
Sangat jauh beda dengan hidupnya yang penuh duka. Setiap hari banting tulang hanya untuk penuhi harapan sang ibu untuk punya rumah sendiri. Gina berjuang keras demi rumah idaman sang ibu.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 179 Episodes
Comments
玫瑰
Terima kasih author sudah update 3 episode.
2023-02-19
1
Saufin Yuli
😍
2023-02-18
1