Di dalam keremangan Gina melihat nama Kevin tertera di layar yang sangat kecil. Kalau mata orang tua memang tampak tak jelas huruf di sana.
Gina masih muda dan matanya sehat maka tampak jelas siapa yang telepon.
"Halo... assalamualaikum."
"Kamu sudah tiba di rumah?"
"Pak kalau orang kasih salam harus dijawab. Bukan abaikan gitu saja. Itu tak sopan." protes Gina sebelum jawab pertanyaan Kevin.
Di seberang sana Kevin mendesah mengapa ada pegawai seberani Gina berani ajar bos soal sopan santun. Sudah makan nyali harimau kali.
"Iya... Waalaikumsalam. Kamu di mana?"
"Di teras rumah. Ibu sudah tertidur."
"Apa? Kau mau tidur di teras? Apa tidak dingin?"
Gina merapatkan sebelah tangan efek dari pertanyaan Kevin. Memang terasa dingin tapi apa daya lawan alam?
"Sedikit...aku akan pergi ke mesjid tunggu pagi. Bapak sudah sampai rumah kan?"
"Katakan alamat rumahmu! Aku jemput kamu sekarang."
"Tak usah pak! Ini sudah lewat tengah malam. Sebentar lagi juga subuh. Ibuku pasti bangun subuh. Bapak istirahat saja. Besok aku akan datang telat dikit ya pak!"
"Kamu hati-hati. Kalau tidak sanggup lagi datang ke rumahku. Di sini ada kamar kosong."
"Tak usah pak! Terimakasih niat baik bapak. Aku bisa bertahan sampai fajar menyingsing."
"Baiklah! Kau bisa datang setiap saat. Ponsel aku hidup dua puluh empat jam."
"Iya pak! Assalamualaikum."
"Waalaikumsalam."
Kevin termenung di atas tempat tidur. Kevin merasa dirinya sudah kurang waras asyik memikirkan Gina. Mengapa pada Gani dia tak punya perasaan begitu. Hanya pada Gina ada rasa ingin melindungi. Ada sesuatu aneh menyelinap di dada mengukir bentuk-bentuk bunga-bunga bermekaran tanpa dia sadari.
Kevin menepuk jidat agar sadar bahwa Gina itu sama dengan dirinya. Punya tongkat ajaib. Dia tak mungkin punya kelainan jiwa suka pada sesama jenis.
"Kenapa aku ini?" desis Kevin malu pada diri sendiri. Sungguh gila terpikir Gina terusan. Di mana akal sehatnya?
Kevin menutup muka dengan selimut biar pengap. Sudah pengap baru sadar tak boleh punya perasaan pada Gina. Gina itu anak cowok cantik. Kevin wanti-wanti pada diri sendiri agar sadar.
Pagi itu Kevin agak lesu berangkat ke kantor. Semalaman dia memikirkan nasib Gina tidur di mesjid. Ada rasa iba pada anak itu. Kalau bukan keegoisan dia tak mungkin Gina alami derita ini.
Kalaupun hari ini Gina tak masuk kerja Kevin takkan marah. Ingat derita Gina saja Kevin sudah sakit hati.
Peter sudah ada di kantor sewaktu Kevin tiba. Rekan bisnis Kevin menanti laporan hasil perjalanan mereka di kota M. Ada harapan tidak menjadi pengembang. Peter sangat paham seluk beluk membangun karena basicnya adalah seorang insinyur.
Peter melihat perubahan raut wajah Kevin sangat mendung. Langit cerah tapi bosnya kelabu. Satu pemandangan kontras.
Peter menanti Kevin duduk aman di kursi baru cecar laki itu dengan sejuta pertanyaan yang sudah dia persiapkan.
"Gimana? Ada harapan?" tanya Peter tak sabar menunggu lebih lama.
Kevin mengedik bahu, "Tanggapan pak Julio positif berkat Gino! Dia rombak sebagian gambarnya."
Peter bagai kesengat kalajengking kurang senang ada tangan lain kutak katik hasil rancangannya.
"Gino? Apa dia bisa?"
Kevin membuka laptop suruh Peter lihat sendiri perombakan Gina. Gambar yang dia buat telah menjadi lebih menarik dengan sketsa 3 dimensi. Di sini Peter harus mengakui keunggulan Gina. Gina memang tidak bisa menghitung perbandingan sketsa namun gambar yang dihasilkan sungguh luar biasa. Gina membuat jalannya seperti memang jalan nyata.
"Waduh...kok jadi seindah ini? Ada bakat terpendam dari anak itu. Bukan cuma cantik tapi licin. Semoga kita bisa mencuri perhatian pak Julio."
"Bukan kita tapi Gino. Pak Julio ajak dia kerja di kantornya tapi dia tolak. Anaknya setia tapi kepalanya sekeras baja. Apa yang sudah dia tentukan jangan harap dia mau berubah!"
Peter memeluk tangan ikut rasakan betapa menariknya Gino. Tantangan apa sedang diberikan oleh anak itu kepada mereka. Fasilitas lengkap atau gaji yang nilainya berjuta-juta.
"Kau tidak tawar kerja padanya?"
"Ada tapi dia tolak juga. Katanya masa baktinya setelah Gani balik."
"Mana dia? Jam gini belum nongol?" Mata Peter mencari sosok cantik itu.
"Dia sudah ijin datang telat."
"Oh...anak menarik. Kelihatannya kau sangat toleransi pada anak baru itu. Kenapa? Ada getaran cinta di hatimu?" gurau Peter namun Kevin merasa itu sindiran. Peter hanya bercanda tapi ntah kenapa Kevin jadi sensitif dianggap laki jeruk makan jeruk.
"Di mana akal sehatmu? apa aku ini seperti Gani yang suka main anggar?"
Peter tertawa renyah mendengar omelan Kevin tidak terima dianggap menyukai sesama lelaki. Peter yakin Kevin bukan orang begitu namun Gina memang terlalu menarik untuk dilewatkan.
"Yaelah...sensi amat! Aku minta copy sketsa Gino! Aku akan belajar cara dia visualkan sketsa. Anak ini sangat ahli bukan amatiran."
"Aku akan kirim ke kotak surat kamu."
"Ok...terima kasih! Aku sudah atur semua rencana pesta sekaligus launching gambar perhiasan baru. Kuharap Lucia sudah siapkan kejutan."
"Dia masih di kota M."
"Anak itu kapan berhenti kejar kamu? Coba kau lirik sisi baiknya! Lamar saja dari pada seperti lem setan nempel terusan padamu!"
Kevin menggeleng. Kevin yakin Lucia bukan wanita tepat diajak ke pelaminan. Anak itu terlalu dimanja tak bisa hidup susah. Tak ada yang bisa dia lakukan selain hasilkan gambar.
Gimana reaksi Kevin bila tahu kalau semua rancangan Lucia adalah hasil bayaran. Apa anak itu masih ada harganya buat Kevin? Kekayaan orang tua Lucia bukanlah tolak ukur Kevin untuk nikahi Lucia. Kevin akan pilih wanita dari kalangan biasa yang bisa berbagi kasih sayang tanpa ingat materi.
"Dia bukan type aku." jawab Kevin. Sekilas bayangan Gina melintas di pikiran Kevin.
Kevin cepat-cepat tepis bayangan Gina sebelum jadi stress akibat senang pada seorang anak laki.
"Aku percaya. Ok balik ke ruang aku dulu. Aku tunggu email darimu." Peter pergi sambil acung jempol tanda terimakasih.
Sepanjang jalan Peter masih memikirkan Gina. Siapa sih anak itu? Gina sangat misterius bikin orang makin penasaran padanya. Peter akan pantau semua gerak gerik Gina cari tahu jati diri anak itu.
Jam sepuluh Gina muncul dengan raut wajah lebih segar. Tidur yang terlewatkan berhasil Gina tambal dengan tidur nyenyak selama beberapa jam. Tubuh Gina kembali segar setelah tenggelamkan diri dalam ranjang.
Gina segera menghadap Kevin melaporkan kehadirannya. Pagi ini Gina kenakan kemeja warna hitam serta celana hitam. Kulitnya tampak lebih cerah dipadu dengan warna gelap.
Kevin serasa melihat bidadari nyasar ke ruang kerjanya begitu Gina masuk. Di mata ilusi Kevin tampak Gina kenakan baju putih dengan rambut terurai panjang. Kilauan kena pantulan cahaya matahari.
Kevin melongo seperti orang idiot tak bisa move on dari wajah Gina. Mulut Kevin sampai ternganga lebar saking terpesona.
"Pak.. selamat pagi!" sapa Gina buyarkan lamunan Kevin tentang bidadari.
Kevin tersentak malu berusaha kuasai diri agar jangan dibilang laki cabul tertarik pada sesama pria.
"Eh pagi...kau tak apa?"
"Tak apa pak...hari ini kita ada jadwal jumpa klien dari Thailand. Jam dua belas sekaligus makan siang bersama."
"Baiklah! Kau atur dokumen untuk jumpa klien. Pak Julio ada hubungi kamu?"
Gina menggeleng. "Belum pak! Hari Minggu nanti aku diajak ke rumahnya."
Kevin terperanjat mendengar Pak Julio mengajak Gina ke rumahnya. Apa maksud Pak Julio mengajak Gina ke rumahnya? Sampai di mana hubungan baik antara kedua orang itu?
"Ke rumahnya? Apa itu baik?"
"Baik gimana? Pak Julio punya mobil Jeep CJ7 buatan tahun 1982. Itu mobil pertama dia maka dia pertahankan sampai sekarang. Mobilnya itu mesinnya bermasalah maka beliau minta tolong cek kondisi mobil itu. Bapak pikir apa?" ketus Gina tersinggung Kevin punya pikiran negatif.
Kevin menarik nafas lega. Kevin agak kesal Pak Julio kuasai Gina tapi setelah tahu tujuan pak Julio ajak Gina hatinya plong.
"Aku juga punya satu mobil tua. Mungkin seumuran kamu. Taft badak buatan tahun 1984."
Gina tercengang dibilang tahun 1984 seumuran dia. Memangnya dia sudah tampak sangat tua sampai disamakan dengan produk seumuran ibunya.
"Iya pak! Aku lahir sebelum Masehi." ujar Gina manyun sambil ngeloyor pergi.
Dasar bos gila. Dia sendiri mungkin lahir di atas umur Taft badaknya. Mengapa pula berani sindir Gina setua itu. Apa tampang Gina boros gitu sampai dianggap umur hampir empat puluhan.
Jelas Gina tersinggung. Bos gila kayak gitu tak perlu diladeni. Hanya bikin hipertensi saja.
Kevin lain pula senang lihat muka Gina ditekuk kayak jeruk purut. Berkerut-kerut minta disetrika rapi. Gina makin mirip anak gadis ngambekan. Tak usah dibilang Kevin makin nyangkut pada Gina.
Gina kembali laksanakan tugas untuk persiapan jumpa klien. Untuk beberapa hari ke depan Gina harus unjuk prestasi agar tinggalkan kesan baik pada kantor Kevin.
Iseng-iseng Gina buka kotak email-nya mau tahu apa Lucia ada desak dia percepat selesaikan sketsa gambar rancangan perhiasan Kemilau Mentari.
Ternyata banyak sekali permintaan Lucia untuk Gina. Pertama minta rancangan dipercepat lantas minta dibuat video review semua rancangan Lucia selama berkarir di kantor Kevin.
Lucia sendiri sudah lupa karya apa sudah dia hasilkan. Orang bukan dia yang buat maka dia mana tahu silsilah perhiasan rancangan Gina.
Gina tidak segera sanggupi alasan sedang keluar kota. Rancangan perhiasan juga minta tempo seminggu lagi. Gina sengaja permainkan Lucia biar jantungan.
Gina nyaris tertawa terbahak-bahak lihat balasan Lucia di akunnya. Gina sengaja berhubungan lewat email biar tidak ketahuan orang aslinya. Bagi Gina itu tak penting asal ada bayaran.
\=Ya ampun sis..tolong selesaikan rancangan secepatnya. Aku akan tambah uangnya. Aku perlu gambar itu empat hari lagi. Juga video yang kuminta. Berapapun akan kubayar jasamu.\=
\=Maaf Bu...aku di luar kota sedang adakan sunat massal. Minggu depan baru pulang.\=
\=Gila ya kamu..apa sih profesi asli kamu? Sebentar perancang perhiasan, sebentar tukang bengkel, tukang kebun. Pokoknya kamu harus bantu aku. Buka harga.\=
\=Sekarang profesiku dukun sunat. Ibu mau sunat? Akan kukasih korting karena langganan. Soal harga ya? Gimana satu milyar?\=
\=Ganti profesi lagi jadi perampok? Kenapa tidak bilang satu triliun saja. Lima ratus juta.\=
Gina kaget Lucia berani tawar sangat tinggi padahal niatnya hanya menggoda wanita itu. Mana mungkin satu video dihargai segitu tinggi. Wanita ini tentu saja sangat ingin tampil sempurna di depan Kevin. Tak peduli berapa harganya. Gengsi lebih mahal dari segalanya.
\=Tujuh ratus harga mati. Aku langsung pulang hari ini. Lusa kau terima gambar dan video. Deal?\=
\=Deal. Aku transfer sekarang juga supaya kau yakin kesungguhan aku. Kuharap kau tidak bohongi aku!\=
\=Apa selama ini aku pernah bohongi kamu? Aku orang tahu dosa.\=
\=Bagus. Lusa kutunggu rancanganmu.\=
\=Aku kirim kasarnya saja. Kau edit lagi bila ada yang ingin kau tambahkan. Cek teliti biar tak ada kesalahan.\=
\=Itu urusanku!\=
\=Aku akan kirim via gojek bila sudah selesai. Aku kirim flashdisk biar ibu bisa edit balik. Kalau via email agak repot karena kalian harus pindah ke USB lagi. Aku segera balik untuk selesaikan tugas ini.\=
\=Ok. Kutunggu. Aku kirim ke rekening biasa ya.\=
\=Ya\=
Gina tutup email tak mau panjang cerita. Gina merasa dapat kesempatan hancurkan Mahabarata yang angkuh. Tuhan sudah tunjukkan kesempatan buat Gina lakukan aksi yang akan coreng muka keluarga terpandang di Indonesia ini. Gina mau lihat mau simpan di mana wajah Subrata. Tunggu saja tanggal mainnya.
Gina akan urus keluarga itu sebaik-baiknya. Gina sudah punya modal berkat kebaikan Om Sabri beri semua data tentang Subrata dan isterinya. Sabri pernah janji pada Gina akan beri semuanya bila mereka jumpa suatu saat.
Berkat Gani ke Korea peluang Gina terbuka lebar. Gani tak pernah tahu masa lalu ibunya karena Om Sabri tak percaya pada mulut Gani. Om Sabri lebih percaya pada Gina maka cerita semua masa lalu Bu Sarah. Sabri mau Gina tahu kalau ibunya adalah wanita mulia. Mereka terlahir ke dunia bukan anak tanpa orang tua. Mereka terlahir dari satu ikatan cuma simpul ikatan itu dibuka oleh pihak ketiga yakni setan gatal.
Gina akan akhiri kemegahan Mahabarata biar satu Indonesia tahu betapa busuk keluarga terpandang itu. Di balik wajah anggun Angela isteri Subrata tersimpan kebusukkan.
Hari itu pesta hari jadi perusahaan Kevin dirayakan secara besar-besaran di hotel ternama. Banyak tamu diundang untuk jadi saksi kemegahan perusahaan Kevin. Kevin pengusaha muda sukses mendapatkan posisi penting dalam masyarakat.
Kevin sudah dapat pengakuan dari para pebisnis sehingga ramai yang datang.
Gina tentu saja ikut sibuk bantu sukseskan pesta Kevin. Gina turun tangan urus beberapa hal termasuk dekorasi seluruh ruangan serta tempat terbuka untuk para tamu bersantai.
Gina dibuat sibuk oleh tugas dilimpahkan oleh Kevin. Kevin tentu saja sibuk terima tamu didampingi oleh Peter.
Suasana pesta sangat ramai karena dihadiri oleh para tamu kalangan elite. Semua berpakaian bagus pamer apa yang bisa di pamer. Maklumlah pertemuan para kaum borjuis.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 179 Episodes
Comments
玫瑰
lanjut thor..gantung cerita nya..huhu
2023-02-17
1