Jumpa Musuh

Beda jauh dengan dirinya yang tiap hari bercanda dengan oli dan gemuk lahar. Tangan Gina kasar seperti kertas pasir sedangkan yang cowok halus lembut seperti sutera India.

"Emang aku pikirin? Kalau kau tak mau artinya aku takkan ikut bos kamu." Gina jual mahal.

Gani menelan air ludah. Rasanya kok pahit sekali. Bayangan K pop pujaan melayang jauh seperti hendak kabur dari retina mata Gani.

Gina tersenyum penuh kemenangan bisa tekan Gani lakukan tugas seperti dia lakukan. Ibunya terlalu memanjakan Gani tanpa ingat Gina juga anaknya. Bu Sarah selalu mementingkan Gani daripada Gina. Bu Sarah anggap Gani lemah harus dilindungi sedangkan Gina kuat mampu lindungi diri sendiri.

Menimbang, berkali dan bertambah memaksa Gani tunduk pada permintaan Gina.

"Dasar adik durhaka! Iya aku setuju cuci piring selama sebulan. Tapi aku kan kerja. Pulangnya sudah sore."

"Tenang ..piring itu takkan kabur walaupun kau pulang malam. Orang bersakit dulu baru bersenang tapi untuk kamu khusus bersenang dulu baru sakitan. Kau memang luar binasa." ejek Gina puas bisa kerjain Gani.

"Binasa...biasa tau...Ayok kerjakan tugasmu catat jadwal kerja pak bos selama di Sumatera!" Gani menyodorkan satu file buat Gina untuk masukkan semua jadwal Kevin selama dinas ke luar kota.

Gina terima tanpa protes. Untuk sementara dia takkan melawan. Gina akan tepat janji pada Ibunya bantu Gani selama sepuluh hari. Setelah itu Gina akan terbebas dari suasana kantor yang kurung jiwa bebasnya. Gina tak suka menjilat pada pemimpin maka pilih bekerja secara freelance. Semua akan dia lakoni selama itu halal.

Gina tenggelam dalam tugas barunya. Dia harus pandai bersikap karena status luar biasanya. Kalau ketahuan dia cewek habislah Gani. Laki gemulai itu auto ditendang dari kantor. Gina mana tega jadi penyebab Gani dipecat. Gina akan berusaha semaksimal mungkin kerja untuk Kevin.

Jam sembilan bos perusahaan tiba dengan bunyi sepatu telah dihafal Gani. Laki kemayu ini langsung berdiri menyambut bos besar sedangkan Gina bersikap pasif tak anggap Kevin sebagai bos harus diangkat. Gina bukan penjilat seperti saudaranya. Gina terlalu maskulin sebagai seorang cewek.

"Selamat pagi pak!" sapa Gani sambil bungkukkan badan bergaya orang Korea.

Maunya Gani dilahirkan di negara ginseng itu supaya tidak perlu nyusahin orang bila ingin main ke sana. Gani yang libur Gina jadi korban.

Kevin melirik ke pegawai cadangan pengganti Gani. Tak ada reaksi di balik topeng masker. Dalam kondisi aman dari virus covid masih betah kenakan masker.

"Sudah siap berangkat?" tanya Kevin mengarah pada Gina. Yang ditanya agak gelagapan. Gina belum terbiasa bekerja sama dengan para petinggi perusahaan. Dia selalu bersolo karir. Tanpa majikan selain om Sabri teman ibunya.

"Siap pak! Kita berangkat sekarang?"

"Setengah jam lagi. Kau tidak mabuk udara kan?"

Dalam hati Gina mengomel kesombongan Kevin pikir Gina asli orang udik tak pernah naik pesawat.

"Kalau aku mabuk apa ada transportasi lain? Seperti rakit, bisa juga sejenis perahu untuk seberangi selat Sunda. Aku bisa kok dayung sampai ke pulau Sumatera." sahut Gina membuat Kevin bengong. Baru kali ini ada orang berani beri jawaban songong kepadanya.

Gani mau ketawa lihat bosnya melongo sampai mulut sensualnya terbuka sedikit. Dari lubang angin bibir tampak gigi bosnya yang rapi jali.

"Dasar anak stress..." sungut Kevin tinggalkan kedua saudara kembar itu.

Gani mencubit pantat Gina dengan geram. Nyali Gina sungguh hebat berani usik sang majikan. Herannya sang majikan tidak memarahi Gina. Biasa mata bosnya akan menyoroti orang bermasalah.

"Kamu sarapan apa tadi? Nyalimu kegedean."

"Sarapan telor mata cicak. Kenapa? Aku salah omong?"

"Sejak kapan ada orang seberang ke pulau Sumatera gunakan rakit? Kau keturunan Aquaman?"

"Punya duit beli buku biar tahu sejarah nenek moyang kita. Lagunya ada nenek moyang kita seorang pelaut. Punya duit asyik beli alat make up. Mana file yang harus di bawa seberang lautan? Awas jangan ada yang tertinggal! Aku tak bisa tahan pak Kevin pecat kamu."

Gani mengeluarkan dua buah tas dari plastik bening. Laki itu keluarkan semua berkas agar dipahami Gina. Gani terangkan satu persatu biar Gina makin ngerti tugas dipundak.

Tidak sulit bagi Gina untuk paham semua ajaran Gani. Dasar otak Gina lebih encer dari Gani. Semua keterangan Gani langsung tersimpan dalam memori kepala Gina.

Tak lama berselang cowok ganteng satu lagi muncul. Peter terlambat masuk kerja alamat kena semprotan dari mulut Kevin. Gina tak mau usil campur urusan bos. Dia cuma perlu kerjakan bagiannya.

Setelah Peter datang Kevin keluar dari ruangan berjalan jauhi ruang kerjanya. Gina masih menimbang ikut atau masih harus tunggu perintah dari atasan Gani.

"Ikut dek!" bisik Gani melihat Kevin makin menjauh.

"Emang berangkat sekarang?"

"Iyalah! Pak Peter akan antar kamu ke Bandara."

"Kalau aku batal diajak kan syukur." Gina mengambil tasnya mengikuti jejak bos yang makin dekati lift.

"Hati-hati dek! Yang semangat ya! Besok aku sudah berangkat. Kau mesti hati-hati jaga diri."

"Iya ..langsung balik bila Korea sudah tamat. Aku bukan orang sabar ikuti permainan kamu." ancam Gina membuat Gani angguk-angguk.

Gina bergegas kejar Kevin dan Peter yang sudah pergi jauh. Gina dengan gesit mengejar kedua petinggi perusahaan.

Gina menatap punggung kedua orang itu. Gina sedang berpikir kalau Kevin tak suka pada cewek bisa jadi Peter itu adalah pacar dalam kegelapan. Gina bergidik membayangkan betapa mengerikan hubungan dua makhluk sejenis itu. Orang melawan kodrat alam. Sayang keren tapi otak minus.

Kedua lelaki itu berdiri dekat mobil sedan mewah menanti Gina yang datang belakangan. Wajah Kevin kurang sedap dipandang anggap Gina agak lelet tak gesit. Seorang asisten seharusnya dahului bos jalan untuk layani bos dari A sampai Z.

"Cepat sedikit bro! Kita hampir terlambat." ujar Peter melirik jam tangan mahal di pergelangan tangan.

"Iya pak! Terlambat berapa jam?"

"Belum telat sih tapi takut terjebak macet! Ntar pesawat duluan kabur!"

"Ngak masalah! Biar kubawa mobil jamin tepat waktu. Silahkan!" Gina membuka pintu belakang buat Peter dan Kevin. Gaya sudah mirip seorang asisten betulan.

Kevin dan Peter saling berpandangan belum yakin anak ini bisa bawa mobil sebaik Peter. Gani saja tak bisa bawa mobil mengapa temannya merasa yakin jadi supir andalan.

Kevin angguk beri kesempatan pada Gina tunjukkan bukti dia bisa diandalkan. Gina ambil posisi sebagai supir di depan biarkan Peter dan Kevin jadi penumpang.

"Duduk yang baik. Bismillah!" Gina stater mobil dengan gaya supir profesional.

Mobil melaju perlahan tinggalkan pelataran kantor. Hati Kevin agak gundah takut Gina hanya jual tampang sebagai asisten all in one. Serba bisa.

Begitu sampai di jalan raya mobil tidak merayap pelan lagi melainkan melaju kencang menyalip mobil lain. Peter dan Kevin memegang jok tempat duduk dengan erat tak sangka Gina memang ada penyakit sinting. Bawa bos berani jadi setan jalanan.

Mobil melaju makin kencang tatkala kemacetan agak terurai. Kevin dan Peter merasa perut mereka sedang duduk centong sayur gede. Mual pingin muntah campur aduk jadi satu.

Namun keduanya pilih diam takut dibilang Cemen. Baru diajak balapan kejar waktu sudah K O. Keduanya bungkam seribu bahasa. Adapun hanya bisa ngomel dalam hati.

Peter dan Kevin tak tahu berapa lama mereka menderita dalam mobil. Tahu-tahu mereka sudah di parkiran bandara.

Kevin menepuk dada berkali-kali mengembalikan semangat yang tadinya terbang melayang di Awang. Sungguh asisten mengerikan. Nyawa Kevin akan lebih pendek bila punya asisten model ini.

Gina santai saja turun dari mobil buka pintu buat kedua pembesar perusahaan. Gadis ini tidak merasakan apa-apa setelah buat atraksi nyaris buat Kevin kena stroke.

"Kamu ini pembalap?" tanya Peter takjub skill Gina bawa mobil.

"Bukan pak! Mantan supir bajaj." sahut Gina enteng.

"Supir bajaj punya skill kayak pembalap? Kau bohong." tuduh Peter belum percaya cerita karangan Gina.

"Emang aku punya tampang pembalap? Supir bajaj itu harus kejar setoran maka harus kencang bawa bajaj. Kalau bapak sedang hamil aku akan pertimbangkan pelan dikit." jawab Gina cool bikin urat tawa Peter terusik.

Peter tak bisa tahan tawa dengar ocehan Gina yang lucu. Sejak kapan ada lelaki hamil. Ada saja asisten cadangan ini.

Kevin kurang tertarik pada gurauan Gina dan Peter. Dia sibuk menarik nafas biar tidak muntah di depan asisten sedikit miring itu. Sumpah mati perut Kevin berputar-putar mendesak minta keluarkan sesuatu.

Gina melirik bosnya tahu bosnya itu sedang menahan mual. Dasar orang manja. Baru dibawa sport jantung dikit sudah loyo. Dasar bos sontoloyo. Casing cowok tapi isi dalam putri Upik abu.

"Kita harus segera cek in kalau tak mau ditinggal pesawat." Gina ingatkan kedua laki itu mereka kejar waktu.

"O iya...ayo turunkan bagasi! Aku akan periksa ke dalam dulu!" Peter tersentak ingat waktu.

Kevin dan Peter melangkah pergi tinggalkan Gina yang ditugaskan urus bagasi koper Kevin. Gina harus siap jalani perintah atasan. Dia harus telan rasa kesal karena ulah Gani. Gina berjanji akan buat Gani bayar semua deritanya.

Peter dan Kevin berjalan masuk ke dalam bangunan bandara. Hiruk pikuk bandara membantu Kevin redakan rasa mual. Perlahan rasa mual itu sirna.

"Gino lebih keren dari Gani. Kurasa kau bisa pertahankan dia kerja untuk selanjutnya."

"Apa kau tak lihat gaya angkuhnya? Dia beda jauh dari Gani. Gani patuh tak berani adu mulut tapi yang ini pelawan. Kita bilang A dia jawab Z. Kurasa cukup sampai Gani balik." Kevin menoleh cari bayangan Gina. Gadis itu belum tampak di belakang. Mungkin nyasar karena belum pernah ke bandara.

"Kau salah bro! Dia itu tegas tidak melambai seperti Gani. Laki seharusnya begitu. Kau coba dulu. Kalau cocok kau rekrut jadi asisten cadangan."

"Kita lihat nanti!" Peter dan Kevin segera urus masalah tiket untuk dapat boarding pass. Waktu mereka jadi banyak berkat keahlian Gina bawa mobil. Mereka lebih cepat setengah jam dari perkiraan awal.

"Mas Kevin..." terdengar panggilan familiar bagi Kevin dan Peter.

Serentak kedua laki itu menoleh. Dari jauh tampak seorang gadis berpenampilan masa kini seret koper berjalan ke arah Kevin dan Peter. Sikapnya elegan jelas sekali dari keluarga terpandang. Dari pakaiannya yang modis sudah bisa ditebak dari kelas mana gadis ini.

"Lucia? Kok di sini? Bukankah kau sibuk urus design terbaru kamu?" tegur Kevin heran mengapa designer perusahaannya muncul di bandara.

"Aku dengar mas Kevin mau ke kota M maka aku ikut. Aku ingin liburan ke sana." kata Lucia dengan manja dibuat.

"Lucia...aku ini pergi bertugas bukan jalan-jalan. Kami juga pergi cuma dua hari. Begitu selesai rapat langsung pulang sini. Kita masih banyak pr untuk pesta perusahaan. Harusnya kau kejar target hasilkan karya bagus."

"Tenang mas! Lucia pasti on time. Stok design aku banyak. Kali ini aku akan buat karya spektakuler. Pokoknya kalian akan terpana." Lucia berkata pede mampu selesaikan tugas dari Kevin.

Pas waktu itu Gina tiba menyeret bagasi Kevin. Tas Gina hanyalah tas travel berisi dua potong pakaian tanpa barang lain. Gina orangnya paling efisien tak mau ribet. Jika tak ada Kevin mungkin Gina takkan bawa baju ganti. Cukup dengan baju di badan. Tidak ganti baju toh tidak akan kena serangan jantung.

Lucia melototi Gina melihat siapa pula pendamping Kevin kali. Orang asing baru yang menarik. Sebagian wajah ditutupi masker seolah ingin sembunyikan identitas.

"Siapa ini?" Lucia menunjuk Gina.

"Teman Gani. Dia yang ganti Gani selama anak itu tour ke Korea. Kau ada masalah dengannya?" ujar Peter heran Lucia selalu curiga pada orang di samping Kevin.

"Teman Gani...sama dong bencong!" hina Lucia dibayar kontan.

Gina mengeraskan rahang marah oleh kekasaran Lucia. Dia boleh kaya tapi tak boleh hina kredibilitas seseorang. Apa dia sudah sempurna sebagai manusia? Untunglah ekspresi marah Gina tersimpan di balik topeng masker. Tak ada yang tahu Gina kesal capai ke ubun.

"Tak baik omong gitu Lucia. Semua orang punya kelebihan dan kekurangan. Semua tahu kamu sempurna sebagai putri tunggal pak Subrata. Pintar, elegan dan modis." puji Peter naikkan pamor Lucia biar tak keluarkan kalimat menyakiti orang.

Gina sedikit tersentak dengar nama Subrata. Nama yang seperti monster dalam hidupnya. Nama yang menghantui Gina selama ini. Pandangan mata Gina berubah setelah tahu siapa orang di depannya. Hawa ingin menampol wajah cantik itu membara dalam dada.

"Iya dong! Aku kan pewaris tunggal kekayaan Mahabarata." Lucia menyanjung diri sendiri lebih tinggi.

Gina makin yakin orang ini adalah sumber kehancuran keluarganya. Kalau Tuhan sudah berkehendak maka jalan akan terbuka. Dia masuk ke kantor Kevin ternyata bawa hikmah luar biasa. Gina menemukan orang yang dia tunggu selama ini.

"Selamat datang neraka!" Gina membatin khusus untuk Lucia.

"Aku tidak peduli kau anak siapa. Sekarang kau kerja di kantor aku maka kau wajib selesaikan tugasmu buat design perhiasan terbaru." kata Kevin tidak termakan status Lucia yang setinggi Mahameru.

Terpopuler

Comments

Ahsin

Ahsin

bgs ceritanya... lucu

2023-11-13

1

Nur Mei

Nur Mei

q ketawa sendiri......

2023-06-12

1

玫瑰

玫瑰

lucu

2023-02-03

1

lihat semua
Episodes
1 Saudara Kembar
2 Penyamaran
3 Pegawai Kantoran
4 Jumpa Musuh
5 Mulai Perang
6 Sekamar
7 Cobaan
8 Plan Jahat
9 Berkah
10 Maju Selangkah
11 Misi Pertama
12 Masa Lalu Bu Sarah
13 Pemandangan Aneh
14 Harga Gino
15 Penyakit Trauma
16 Pulang
17 Pelajaran
18 Aksi Gina
19 Siapa Dalang??
20 Pamitan
21 Gani Pulang
22 Terbongkar
23 Ikat Gina
24 Pengamen
25 Dikejar Setan
26 Penyakit Masa Lalu
27 Anak Siapa
28 Kumat Lagi
29 Ungkap Kisah Sedih
30 Asisten Baru
31 Gina Aslinya
32 Bongkar Kisah Lama
33 Subrata Bergerilya
34 Gina Dongeng
35 Digerebek
36 Draft
37 Skill Gina
38 Talenta Gina
39 Menguak Masa Dulu.
40 Pengakuan Pak Julio
41 Kevin Cemburu
42 Sarapan Anak Kecil
43 Penyakit Kevin
44 Jadi Gadis Kevin
45 Buka Topeng Lucia
46 Perancang Misteri
47 Jujur
48 Keangkuhan Subrata
49 Pengakuan Lucia
50 Belum Sembuh
51 Belanja Bersama
52 Serangan Musuh
53 Kevin Stress
54 Musuh Dalam Selimut
55 Curiga
56 Bersama
57 Draft
58 Orang Tua Durhaka
59 Toleransi Gina
60 Rencana
61 Selamatkan Aset
62 Gina Sakit
63 Berkeluarga
64 Monster Sakit
65 Bos Dapur
66 Kacau
67 Tak Tahu Malu
68 Pengobatan Awal
69 Bantuan
70 Terbuka Jalan
71 Kepala Batu
72 Ibu Sakit
73 Kabar gembira
74 Bukti
75 Draft
76 Setia Kawan
77 Siapa Setia
78 Cemburu
79 Salah Paham
80 Kevin Kaget
81 Keluarga
82 Bertamu
83 Kulit Badak
84 Tamu Jauh
85 Rebutan Gina
86 Pengakuan Pak Mul
87 Pemimpin Baru
88 Pemburu Maling
89 Angkat Tangan
90 Jalan Buntu Subrata
91 Tangan Besi
92 Tak Tahu Malu
93 Masuk Perangkap
94 Kevin Pikun
95 Tekat Kevin
96 Lucia salah kaprah
97 Lucia Merana
98 Lamaran
99 Amarah Angela
100 Menikah
101 Kevin Bisa
102 Pesona Kevin
103 Makin Buruk
104 Jurang
105 Abang Sayang
106 Mahar Dahsyat
107 Nikah Kilat
108 Ruangan Baru
109 Kuku Gina
110 Gina Monster
111 Ketegasan Gina
112 Bendera Putih Subrata
113 Lucia Emosi
114 Niat Gani
115 Derita Malam Pertama
116 Cerita Dalam Rumah
117 Sarapan Istimewa
118 Baru Tahu Ya
119 Nginap
120 Pengacau
121 Menghakimi
122 Incar Angela
123 Bersama
124 Cerita Di atas Ranjang
125 Pagi Ceria
126 Maju Perang
127 Gugup
128 Subrata Pingsan
129 Gina Mencair
130 Lucia Ngamuk
131 KARMA
132 Perang batin
133 Fakta Pelakor
134 Talak Untuk Pendosa
135 Raibnya keangkuhan Angela
136 Makin Cerah
137 Berdamai
138 Malam Naas
139 Selingkuh Semu
140 Bencana Membawa Berkah
141 Moments Indah
142 Angkat Sum
143 Kangen
144 Tekat Angela
145 Angela menggila
146 Ketemu Lagi
147 Perasaan Gani
148 Gina Masih Kritis
149 Waktu Lucia
150 Aman
151 Bimbang
152 Kesetiaan
153 Masalah Baru
154 Dalang Keji
155 Dewa Penolong
156 Kesadaran Lucia
157 Belang Ketahuan
158 Rencana Peter
159 Perayu Amatiran
160 Bosan
161 Benang Kusut Terurai
162 Gembira
163 Sapu Bersih
164 Cari Fakta
165 Intai Penjahat
166 Penangkapan
167 Diciduk
168 Bertamu Ke Kantor Polisi
169 Menjenguk Tahanan
170 Pengakuan
171 Maju Selangkah
172 Berpelukan
173 Monster Baik Hati
174 Gina Drop
175 Jemputan Mewah
176 Pengumuman
177 Terbit Kata Bahagia
178 Kabar Gembira
179 Akhir Kisah
Episodes

Updated 179 Episodes

1
Saudara Kembar
2
Penyamaran
3
Pegawai Kantoran
4
Jumpa Musuh
5
Mulai Perang
6
Sekamar
7
Cobaan
8
Plan Jahat
9
Berkah
10
Maju Selangkah
11
Misi Pertama
12
Masa Lalu Bu Sarah
13
Pemandangan Aneh
14
Harga Gino
15
Penyakit Trauma
16
Pulang
17
Pelajaran
18
Aksi Gina
19
Siapa Dalang??
20
Pamitan
21
Gani Pulang
22
Terbongkar
23
Ikat Gina
24
Pengamen
25
Dikejar Setan
26
Penyakit Masa Lalu
27
Anak Siapa
28
Kumat Lagi
29
Ungkap Kisah Sedih
30
Asisten Baru
31
Gina Aslinya
32
Bongkar Kisah Lama
33
Subrata Bergerilya
34
Gina Dongeng
35
Digerebek
36
Draft
37
Skill Gina
38
Talenta Gina
39
Menguak Masa Dulu.
40
Pengakuan Pak Julio
41
Kevin Cemburu
42
Sarapan Anak Kecil
43
Penyakit Kevin
44
Jadi Gadis Kevin
45
Buka Topeng Lucia
46
Perancang Misteri
47
Jujur
48
Keangkuhan Subrata
49
Pengakuan Lucia
50
Belum Sembuh
51
Belanja Bersama
52
Serangan Musuh
53
Kevin Stress
54
Musuh Dalam Selimut
55
Curiga
56
Bersama
57
Draft
58
Orang Tua Durhaka
59
Toleransi Gina
60
Rencana
61
Selamatkan Aset
62
Gina Sakit
63
Berkeluarga
64
Monster Sakit
65
Bos Dapur
66
Kacau
67
Tak Tahu Malu
68
Pengobatan Awal
69
Bantuan
70
Terbuka Jalan
71
Kepala Batu
72
Ibu Sakit
73
Kabar gembira
74
Bukti
75
Draft
76
Setia Kawan
77
Siapa Setia
78
Cemburu
79
Salah Paham
80
Kevin Kaget
81
Keluarga
82
Bertamu
83
Kulit Badak
84
Tamu Jauh
85
Rebutan Gina
86
Pengakuan Pak Mul
87
Pemimpin Baru
88
Pemburu Maling
89
Angkat Tangan
90
Jalan Buntu Subrata
91
Tangan Besi
92
Tak Tahu Malu
93
Masuk Perangkap
94
Kevin Pikun
95
Tekat Kevin
96
Lucia salah kaprah
97
Lucia Merana
98
Lamaran
99
Amarah Angela
100
Menikah
101
Kevin Bisa
102
Pesona Kevin
103
Makin Buruk
104
Jurang
105
Abang Sayang
106
Mahar Dahsyat
107
Nikah Kilat
108
Ruangan Baru
109
Kuku Gina
110
Gina Monster
111
Ketegasan Gina
112
Bendera Putih Subrata
113
Lucia Emosi
114
Niat Gani
115
Derita Malam Pertama
116
Cerita Dalam Rumah
117
Sarapan Istimewa
118
Baru Tahu Ya
119
Nginap
120
Pengacau
121
Menghakimi
122
Incar Angela
123
Bersama
124
Cerita Di atas Ranjang
125
Pagi Ceria
126
Maju Perang
127
Gugup
128
Subrata Pingsan
129
Gina Mencair
130
Lucia Ngamuk
131
KARMA
132
Perang batin
133
Fakta Pelakor
134
Talak Untuk Pendosa
135
Raibnya keangkuhan Angela
136
Makin Cerah
137
Berdamai
138
Malam Naas
139
Selingkuh Semu
140
Bencana Membawa Berkah
141
Moments Indah
142
Angkat Sum
143
Kangen
144
Tekat Angela
145
Angela menggila
146
Ketemu Lagi
147
Perasaan Gani
148
Gina Masih Kritis
149
Waktu Lucia
150
Aman
151
Bimbang
152
Kesetiaan
153
Masalah Baru
154
Dalang Keji
155
Dewa Penolong
156
Kesadaran Lucia
157
Belang Ketahuan
158
Rencana Peter
159
Perayu Amatiran
160
Bosan
161
Benang Kusut Terurai
162
Gembira
163
Sapu Bersih
164
Cari Fakta
165
Intai Penjahat
166
Penangkapan
167
Diciduk
168
Bertamu Ke Kantor Polisi
169
Menjenguk Tahanan
170
Pengakuan
171
Maju Selangkah
172
Berpelukan
173
Monster Baik Hati
174
Gina Drop
175
Jemputan Mewah
176
Pengumuman
177
Terbit Kata Bahagia
178
Kabar Gembira
179
Akhir Kisah

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!