Cobaan

Benar kata Kevin. Sudah ada mobil mewah menunggu mereka di depan hotel lengkap dengan supirnya.

Mobil warna hitam mengkilap kena cahaya matahari membuat jiwa miskin Guna meronta. Kapan dia bisa punya mobil semahal itu? Bayar cicilan rumah saja sudah Senin Kamis gimana terpikir beli mobil. Itu hanya mimpi di siang bolong. Sampai hidupnya tamat belum tentu terbeli.

Kevin sudah masuk ke dalam mobil menunggu asistennya ikut masuk. Gina masih menimbang harga mobil itu tak sadar bos telah menunggunya.

"Hei kau...mau disemen di teras hotel?" tegur Kevin marah Gina buang waktunya.

Gina tersadar cepat-cepat masuk duduk di samping Kevin. Kevin menghela nafas. Anak ini sungguh tak tahu aturan. Seharusnya Gina duduk di depan bersama supir. Mana ada asisten duduk di samping bos.

Hari ini nilai Gina sudah dapat nilai merah. Beberapa kali lagi pasti takkan naik kelas. Rapor merah semua.

Kevin malas berdebat biarkan Gina duduk di sudut pintu sebelah lagi. Mereka duduk berjauhan sisakan tempat di tengah. Gina duduk tegak busung dada bergaya lelaki tulen sedangkan Kevin lebih santai sambil memeriksa ponselnya yang lain.

Sungguh enak jadi orang kaya. Ponsel saja bisa beberapa buah. Seperti beli pisang goreng saja. Satu buah pasti berjuta-juta. Bagi Gina itu Mubazir. Mending uangnya buat bayar cicilan rumah mereka.

"Kau sudah bisa gunakan ponselmu?" tiba-tiba Kevin buka suara mengagetkan Gina.

"Iya pak"

"Iya apa?"

"Ponsel..." Gina mengacungkan ponsel ke depan Kevin. Sebodoh apa Gina tak bisa gunakan ponsel android? Bukan tak bisa pakai cuma tak mau beli karena mahal. Laptop yang lebih canggih habis dibantai Gina apalagi cuma ponsel kecil.

"Coba kau lihat ada yang tak ngerti?" Kevin sok pintar mau ajar Gina.

Gina menatap benda di tangan lihat apa ada yang salah dengan benda itu. Dilihat sepuluh kali tetap ponsel untuk komunikasi. Tak ada istimewa.

"Sudah ngerti pak!"

"Maksudku kau periksa isi dalam cari apa ada yang tak tahu? Bukankah kau harus bisa gunakan benda itu?"

"Oh.." jawab Gina bikin Kevin keki. Gampang saja dia bilang Oh. Apa anak ini tak tahu hukuman sering bantah atasan.

Gina aktifkan ponsel itu lalu geser layar cari aplikasi rekaman untuk laksanakan tugas. Dua kali klik Gina sudah temukan aplikasi itu. Gina tunjukkan aplikasi yang dimaksud Kevin. Kevin angguk tanda Gina lulus.

Dengan gerakan kaku Gina simpan ponsel ke dalam saku celana. Sekarang belum perlu maka tak ada guna dia jalankan ponsel itu. Semuanya bukan data Gina jadi untuk apa sibuk pelototi barang bukan miliknya.

Mobil berjalan terus ke tempat jumpa investor yang telah janjian mau jumpa Kevin. Suasana dalam mobil anteng tak ada bersedia keluarkan suara. Yang terdengar hanya suara deru ac mobil sedikit berisik. Gina anggap itu musik tanpa nada.

Tiba-tiba ponsel di saku Gina berbunyi. Nada dering nya jelek bukan main. Hanya ada suara nyut-nyutan seperti orang sakit kepala. Gina mau ketawa saling lucunya namun ditahan demi menjaga sopan santun. Gimana reaksi Kevin kalau seleranya diolok anak buah.

"Angkat!" perintah Kevin tanpa lihat siapa telepon.

Gina mencibir dari balik masker. Masak anak buah harus ikut campur urusan pribadi bos. Ponsel adalah barang pribadi tak bisa disentuh orang lain. Ini malah suruh orang lain angkat ponselnya.

Gina tunjukkan nama tertera di layar pada Kevin lihat apa laki itu mau angkat telepon dari wanita reseh.

"Kamu yang angkat!" kata Kevin cuek.

"Apa harus kubilang?"

"Terserah.."

"Ok.." Gina klik tombol hijau terima telepon dari Lucia. "Halo.."

"Gino? Mana mas Kevin?"

"Oh pak Kevin? Beliau sedang dalam perjalanan mau lihat kesayangannya melahirkan." Gina beri jawaban ambigu bikin Lucia histeris.

Kevin besarkan mata tak sangka Gina akan beri jawaban di luar dugaan. Memangnya apa yang mau melahirkan? Gina juga tak menyebut orang. Lantas apanya melahirkan?

"Siapa melahirkan? Pacar gelap pak Kevin?"

"Pacar gelap? Emang pacar pak Kevin orang negro? Itu harus tanya pak Kevin. Nanti setelah kami balik nona Lucifer boleh tanya langsung."

"Lucia...bukan Lucifer! Kamu ini asisten atau orang gila. Pak Kevin pungut kamu dari RSJ?"

"Tahu saja nona ini? Seratus untukmu. Penasaran ya? Tekan dulu! Kami akan pulang setelah bidannya pergi! Sabar ya nona!"

"Dasar orang gila! Katakan di mana kalian? Awas kalau ketemu nanti! Ku rujak kamu!"

"Kayak emak-emak saja main rujakan. Ok sini kubilang! Kamu ini berada di penangkaran buaya. Buaya piaraan pak Kevin lahiran. Buaya buntung."

Supir yang sedang nyetir tak bisa tahan tawa lagi. Dari tadi dia mau ketawa tapi ditahan karena bawa bos besar. Gina lucu bikin perut sakit.

Kevin sendiri menahan senyum biar tak diremehkan Gina. Gina yang pendiam ternyata punya bakat jadi pelawak alami. Bicaranya serius namun ujung bikin orang tak sanggup tahan tawa.

"Dasar bencong kampret! Aku akan kuliti kamu. Panggil mas Kevin."

"Ngak bisa...pak Kevin sedang kawani bidan tunggu buayanya lahiran. Sudah hampir keluar karena sudah bukaan sepuluh. Kau pasti akan dapat kehormatan beri nama untuk bayi buaya pak Kevin. Ok ya! Aku tutup dulu!" Gina matikan ponsel tak tunggu balasan dari Lucia.

Gina kecilnya volume ponsel hingga nol biar tidak terusik oleh penelepon tak penting.

Kevin akui Gina lebih berani dari Gani. Wanita sekelas Lucia dia pecundangi tanpa belas kasihan. Gani mana berani lawan Lucia designer terbaik di kantor. Putri dari pengusaha kaya raya. Cuma bakatnya tidak sejalan dengan perusahaan orang tuanya maka Lucia kerja untuk Kevin.

Kevin tidak menegur Gina walaupun kurang sopan pada Lucia. Justru Kevin senang sudah ada tameng lindungi dia dari incaran Lucia. Gina bisa diandalkan lindungi dia dari incaran para cewek.

Mereka tiba di lapangan golf terbaik di kota M. Lapangannya bersih dan asri. Sangat cocok untuk hibur diri di kala jenuh dengan pekerjaan di kantor. Cocok juga ramah tamah dengan kolega sekedar ngobrol santai maupun berbisnis.

Gina baru pertama kali datang ke tempat khusus untuk orang berkantong tebal. Tempat begini asing bagi Gina. Dia tak punya kepentingan di tempat orang kaya buang duit.

Kehadiran mereka disambut para gadis cantik-cantik pakai rok mini. Pakaian mereka serba putih. Dari topi hingga sepatu berwarna putih. Senyum manis tak pernah pupus dari bibir dipoles gincu berwarna cerah. Gigi juga rapi bersih undang para kaum Adam gregetan ingin periksa isi mulut apa ada plak tidak.

"Pak Kevin ya?" tanya salah satu di antara tiga gadis cantik itu.

"Iya..." sahut Kevin dingin.

"Silahkan pak! Anda sudah ditunggu pak Imam." gadis itu menunjukkan jalan untuk Kevin dan Gina.

Gina ikut saja ke mana Kevin melangkah. Gina tak menangkap bahaya di sini. Semua tampak asri bikin hati adem. Dari mana ada bahaya. Herannya mengapa Kevin minta dia merekam semua pembicaraan. Ada apa ini?

Mereka dibawa ke satu tempat di mana sudah ada beberapa lelaki. Mereka duduk santai ditemani minuman ringan. Gina bersyukur tidak ada tampak minuman keras. Biasa kalau bos-bos berjumpa pasti akan pesta miras.

Hanya ada soft drink di atas meja seorang lelaki seumuran Kevin. Di samping laki itu berdiri dua cowok tegap yang Gina duga pengawal laki yang duduk. Orang kaya itu aneh. Makin banyak uang makin takut mati. Ke mana saja minta dikawal.

"Ach pak Kevin...apa kabar bro? Senang jumpa lagi. Eh mana Peter?" Laki yang dikawal langsung berdiri sambut Kevin penuh persahabatan.

"Peter jaga kantor. Sendirian?" Kevin lihat kiri kanan tak ada orang dekat orang kaya itu.

"Ngapain di bawa-bawa? Simpan di rumah biar makin awet! Hei...asistenmu kok sudah ganti? Mana Gani?" Laki itu menatap Gina yang berdiri di belakang Kevin.

Gina menunduk tak ijinkan laki itu lama menelusuri wajahnya. Kalau Laki itu buaya buntung pasti akan cepat tahu status Gina yang tak lazim.

"Ini teman Gani. Gani sedang tour ke Korea. Untuk sementara Gino gantiin dia."

"Asisten kamu cantik-cantik ya! Ini lebih cantik."

"Macam saja kamu ini Imam. Cowok kok di bilang cantik."

Laki bernama Iman itu tertawa renyah bergema disapu angin. Gina duga Imam itu laki ramah. Buktinya dia bisa ingat asisten Kevin. Apa artinya seorang asisten di mata pengusaha kaya. Orang seperti Gani maupun Gina tak ubah kacung bagi orang kaya.

"Sumpah Vin... asistenmu yang satu ini bikin orang salfok. Terlalu indah matanya. Ibarat seperti mata burung cenderawasih. Kamu hebat bisa dapat asisten pribadi cantik!" ujar Imam tak peduli reaksi Gina jadi topik bahasan. Gina harus tulikan kuping agar tidak jurus petir sambar elang cabul.

"Gino hanya sementara ganti Gani. Paling kerja sepuluh hari. Kita mulai main?"

"Terburu amat! Santai saja! Kita minum dulu." Imam menunjuk kursi di samping tempat dia duduk tadi. Kevin patuh ntah demi apa? Proyek kerjasama dengan Imam kali.

Ketiga wanita cantik berseragam putih berbaris rapi menunggu para bos turun ke lapangan untuk main golf. Mereka dibayar untuk temani para bos-bos bermain di lapangan. Tak jarang berlanjut kopi darat.

Pekerjaan sebagai Caddy golf kadang datangkan aura negatif. Gara segelintir Caddy nakal jadi terbawa semua. Padahal tak semua nakal.

Gina berdiri di belakang Kevin menunggu moments rekam percakapan penting antara dua pengusaha itu. Kevin perintah begitu tentu saja ada tujuan tertentu. Gina tak punya hak tahu, tugasnya hanyalah ikuti semua perintah bos.

"Silahkan minum!" Imam menyodorkan satu kaleng minuman ringan. Dari merek kalengnya tak ada ciri-ciri minuman beralkohol karena Gina hafal merek itu hanya minuman bersoda.

"Terima kasih. Kau akan lama di sini?" tanya Kevin memulai pembicaraan lebih serius. Gina juga bersiap dengan ponsel perekam. Gadis muda ini pura-pura periksa isi ponsel lalu geser layar ponsel ke arah sesuai arahan Kevin.

Gina tidak segera simpan ponsel untuk hindari kecurigaan. Untunglah ponsel Kevin di tangan Gina berdering tanpa suara. Namun benda itu bergetar karena tak volumenya sudah dikecilkan Gina.

Lagi-lagi Lucia telepon. Gina klik tanda merah tolak panggilan masuk barulah simpan ponsel dalam posisi sedang merekam. Gadis ini kembali mematung tanpa bicara sepatah katapun.

"Aku akan buka usaha di sini. Aku akan buka bar termodern di sini. Di sini saingan masih kurang. Beda dengan di kota. Bar sana sini."

"Kau yakin bisa sukses? Kurasa masyarakat sini masih banyak yang hindari tempat demikian. Tahun lalu kudengar punyaan Adam baru saja ditutup."

"Itu salah dia buka seratus meter dari mesjid. Hancurlah dia! Aku buka di atas mall besar. Aku sewa seluruh lantai atas agar tidak terusik warga lain. Di lantai sepuluh."

"Kusarankan kau pelajari dulu sebelum hambur dana. Gimana dengan tender proyek besok? Kau optimis?"

Imam tertawa seraya meraih kaleng minuman. Sikapnya santai tak perlihatkan punya beban hadapi tender proyek besar. Imam selalu optimis bila tangani satu proyek besar. Keyakinan akan bawa dia ke jenjang lebih sukses.

"Optimis...apalagi saingannya kamu. Kau pasti sudah persiapkan diri maju kerjakan jalan tol ini."

"Aku pingin ikutan bangun negara. Aku belum pernah coba di bidang ini maka ingin coba. Aku tahu kamu memang pakarnya."

Imam kembali tertawa. Kali ini Imam melayangkan mata pada Gina. Imam masih penasaran dengan asisten Kevin yang satu ini. Mata seindah bintang timur tapi kok jadi laki.

Imam juga penasaran wajah di balik masker. Apa bagian wajah juga seindah matanya. Dari mata saja Imam sudah terpanah oleh Kilauan bintang timur. Semoga saja mata dan indera yang lain sinkron.

"Aku akan mengalah asal kau rekom asistenmu kerja padaku setelah Gani pulang. Bukankah dia tak kerja lagi bila Gani balik?"

Kevin memutar kepala tatap Gina. Kevin tak tahu gimana reaksi Gina ditawari kerja di tempat Imam. Ekspresi Gina tertutup oleh masker maka sulit tebak gimana reaksi Gina.

Kevin dan Imam tak tahu kalau Gina mengepal tinju geram Imam melecehkan harga dirinya. Apa orang kecil harus menjadi budak dari orang kaya? Tak bisakah orang kecil mempunyai pendapat sendiri?

"Maaf Imam! Gino sebenarnya sudah ada pekerjaan sendiri. Dia hanya minta cuti selama Gani pergi. Aku tak punya hak menukar Gino dengan proyek. Semua tergantung Gino sendiri mau kerja di mana." ujar Kevin hargai Gina.

Gina sedikit lega Kevin masih ada hati tidak anggap dia barang barteran. Gina yang berhak menentukan mau kerja di mana. Bukan pemaksaan.

"Hei cantik...berapa gaji kau minta? Aku akan gaji kamu lebih tinggi dari Kevin."

"Maaf pak! Aku tak peduli gaji. Aku hanya bertugas sesuai permintaan teman aku. Setelah itu aku akan bekerja seperti dulu di tempat kerja aku. Terima kasih tawaran bapak." Gina bicara dengan suara paling rendah biar kesan machonya makin kental..

"Bravo anak muda! Aku makin suka semangatmu! Ok..aku hargai keteguhanmu! Kalau kau berubah pikiran silahkan cari aku! Aku butuh asisten pintar."

Terpopuler

Comments

Riyan saputro

Riyan saputro

lanjutkan💪💪

2023-02-09

1

玫瑰

玫瑰

ada udang di sebalik maggi ni..hahaha

2023-02-07

1

lihat semua
Episodes
1 Saudara Kembar
2 Penyamaran
3 Pegawai Kantoran
4 Jumpa Musuh
5 Mulai Perang
6 Sekamar
7 Cobaan
8 Plan Jahat
9 Berkah
10 Maju Selangkah
11 Misi Pertama
12 Masa Lalu Bu Sarah
13 Pemandangan Aneh
14 Harga Gino
15 Penyakit Trauma
16 Pulang
17 Pelajaran
18 Aksi Gina
19 Siapa Dalang??
20 Pamitan
21 Gani Pulang
22 Terbongkar
23 Ikat Gina
24 Pengamen
25 Dikejar Setan
26 Penyakit Masa Lalu
27 Anak Siapa
28 Kumat Lagi
29 Ungkap Kisah Sedih
30 Asisten Baru
31 Gina Aslinya
32 Bongkar Kisah Lama
33 Subrata Bergerilya
34 Gina Dongeng
35 Digerebek
36 Draft
37 Skill Gina
38 Talenta Gina
39 Menguak Masa Dulu.
40 Pengakuan Pak Julio
41 Kevin Cemburu
42 Sarapan Anak Kecil
43 Penyakit Kevin
44 Jadi Gadis Kevin
45 Buka Topeng Lucia
46 Perancang Misteri
47 Jujur
48 Keangkuhan Subrata
49 Pengakuan Lucia
50 Belum Sembuh
51 Belanja Bersama
52 Serangan Musuh
53 Kevin Stress
54 Musuh Dalam Selimut
55 Curiga
56 Bersama
57 Draft
58 Orang Tua Durhaka
59 Toleransi Gina
60 Rencana
61 Selamatkan Aset
62 Gina Sakit
63 Berkeluarga
64 Monster Sakit
65 Bos Dapur
66 Kacau
67 Tak Tahu Malu
68 Pengobatan Awal
69 Bantuan
70 Terbuka Jalan
71 Kepala Batu
72 Ibu Sakit
73 Kabar gembira
74 Bukti
75 Draft
76 Setia Kawan
77 Siapa Setia
78 Cemburu
79 Salah Paham
80 Kevin Kaget
81 Keluarga
82 Bertamu
83 Kulit Badak
84 Tamu Jauh
85 Rebutan Gina
86 Pengakuan Pak Mul
87 Pemimpin Baru
88 Pemburu Maling
89 Angkat Tangan
90 Jalan Buntu Subrata
91 Tangan Besi
92 Tak Tahu Malu
93 Masuk Perangkap
94 Kevin Pikun
95 Tekat Kevin
96 Lucia salah kaprah
97 Lucia Merana
98 Lamaran
99 Amarah Angela
100 Menikah
101 Kevin Bisa
102 Pesona Kevin
103 Makin Buruk
104 Jurang
105 Abang Sayang
106 Mahar Dahsyat
107 Nikah Kilat
108 Ruangan Baru
109 Kuku Gina
110 Gina Monster
111 Ketegasan Gina
112 Bendera Putih Subrata
113 Lucia Emosi
114 Niat Gani
115 Derita Malam Pertama
116 Cerita Dalam Rumah
117 Sarapan Istimewa
118 Baru Tahu Ya
119 Nginap
120 Pengacau
121 Menghakimi
122 Incar Angela
123 Bersama
124 Cerita Di atas Ranjang
125 Pagi Ceria
126 Maju Perang
127 Gugup
128 Subrata Pingsan
129 Gina Mencair
130 Lucia Ngamuk
131 KARMA
132 Perang batin
133 Fakta Pelakor
134 Talak Untuk Pendosa
135 Raibnya keangkuhan Angela
136 Makin Cerah
137 Berdamai
138 Malam Naas
139 Selingkuh Semu
140 Bencana Membawa Berkah
141 Moments Indah
142 Angkat Sum
143 Kangen
144 Tekat Angela
145 Angela menggila
146 Ketemu Lagi
147 Perasaan Gani
148 Gina Masih Kritis
149 Waktu Lucia
150 Aman
151 Bimbang
152 Kesetiaan
153 Masalah Baru
154 Dalang Keji
155 Dewa Penolong
156 Kesadaran Lucia
157 Belang Ketahuan
158 Rencana Peter
159 Perayu Amatiran
160 Bosan
161 Benang Kusut Terurai
162 Gembira
163 Sapu Bersih
164 Cari Fakta
165 Intai Penjahat
166 Penangkapan
167 Diciduk
168 Bertamu Ke Kantor Polisi
169 Menjenguk Tahanan
170 Pengakuan
171 Maju Selangkah
172 Berpelukan
173 Monster Baik Hati
174 Gina Drop
175 Jemputan Mewah
176 Pengumuman
177 Terbit Kata Bahagia
178 Kabar Gembira
179 Akhir Kisah
Episodes

Updated 179 Episodes

1
Saudara Kembar
2
Penyamaran
3
Pegawai Kantoran
4
Jumpa Musuh
5
Mulai Perang
6
Sekamar
7
Cobaan
8
Plan Jahat
9
Berkah
10
Maju Selangkah
11
Misi Pertama
12
Masa Lalu Bu Sarah
13
Pemandangan Aneh
14
Harga Gino
15
Penyakit Trauma
16
Pulang
17
Pelajaran
18
Aksi Gina
19
Siapa Dalang??
20
Pamitan
21
Gani Pulang
22
Terbongkar
23
Ikat Gina
24
Pengamen
25
Dikejar Setan
26
Penyakit Masa Lalu
27
Anak Siapa
28
Kumat Lagi
29
Ungkap Kisah Sedih
30
Asisten Baru
31
Gina Aslinya
32
Bongkar Kisah Lama
33
Subrata Bergerilya
34
Gina Dongeng
35
Digerebek
36
Draft
37
Skill Gina
38
Talenta Gina
39
Menguak Masa Dulu.
40
Pengakuan Pak Julio
41
Kevin Cemburu
42
Sarapan Anak Kecil
43
Penyakit Kevin
44
Jadi Gadis Kevin
45
Buka Topeng Lucia
46
Perancang Misteri
47
Jujur
48
Keangkuhan Subrata
49
Pengakuan Lucia
50
Belum Sembuh
51
Belanja Bersama
52
Serangan Musuh
53
Kevin Stress
54
Musuh Dalam Selimut
55
Curiga
56
Bersama
57
Draft
58
Orang Tua Durhaka
59
Toleransi Gina
60
Rencana
61
Selamatkan Aset
62
Gina Sakit
63
Berkeluarga
64
Monster Sakit
65
Bos Dapur
66
Kacau
67
Tak Tahu Malu
68
Pengobatan Awal
69
Bantuan
70
Terbuka Jalan
71
Kepala Batu
72
Ibu Sakit
73
Kabar gembira
74
Bukti
75
Draft
76
Setia Kawan
77
Siapa Setia
78
Cemburu
79
Salah Paham
80
Kevin Kaget
81
Keluarga
82
Bertamu
83
Kulit Badak
84
Tamu Jauh
85
Rebutan Gina
86
Pengakuan Pak Mul
87
Pemimpin Baru
88
Pemburu Maling
89
Angkat Tangan
90
Jalan Buntu Subrata
91
Tangan Besi
92
Tak Tahu Malu
93
Masuk Perangkap
94
Kevin Pikun
95
Tekat Kevin
96
Lucia salah kaprah
97
Lucia Merana
98
Lamaran
99
Amarah Angela
100
Menikah
101
Kevin Bisa
102
Pesona Kevin
103
Makin Buruk
104
Jurang
105
Abang Sayang
106
Mahar Dahsyat
107
Nikah Kilat
108
Ruangan Baru
109
Kuku Gina
110
Gina Monster
111
Ketegasan Gina
112
Bendera Putih Subrata
113
Lucia Emosi
114
Niat Gani
115
Derita Malam Pertama
116
Cerita Dalam Rumah
117
Sarapan Istimewa
118
Baru Tahu Ya
119
Nginap
120
Pengacau
121
Menghakimi
122
Incar Angela
123
Bersama
124
Cerita Di atas Ranjang
125
Pagi Ceria
126
Maju Perang
127
Gugup
128
Subrata Pingsan
129
Gina Mencair
130
Lucia Ngamuk
131
KARMA
132
Perang batin
133
Fakta Pelakor
134
Talak Untuk Pendosa
135
Raibnya keangkuhan Angela
136
Makin Cerah
137
Berdamai
138
Malam Naas
139
Selingkuh Semu
140
Bencana Membawa Berkah
141
Moments Indah
142
Angkat Sum
143
Kangen
144
Tekat Angela
145
Angela menggila
146
Ketemu Lagi
147
Perasaan Gani
148
Gina Masih Kritis
149
Waktu Lucia
150
Aman
151
Bimbang
152
Kesetiaan
153
Masalah Baru
154
Dalang Keji
155
Dewa Penolong
156
Kesadaran Lucia
157
Belang Ketahuan
158
Rencana Peter
159
Perayu Amatiran
160
Bosan
161
Benang Kusut Terurai
162
Gembira
163
Sapu Bersih
164
Cari Fakta
165
Intai Penjahat
166
Penangkapan
167
Diciduk
168
Bertamu Ke Kantor Polisi
169
Menjenguk Tahanan
170
Pengakuan
171
Maju Selangkah
172
Berpelukan
173
Monster Baik Hati
174
Gina Drop
175
Jemputan Mewah
176
Pengumuman
177
Terbit Kata Bahagia
178
Kabar Gembira
179
Akhir Kisah

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!