Kepala Gina sedang berputar cari jalan bantu Kevin lawan dua pengusaha licik. Dari tampang seperti teman baik ternyata di belakang adalah setan gentayangan. Gina akan buat mereka gentayangan selamanya di alam kubur.
Pikiran Gina melayang-layang mengembara pikir solusi jatuhkan si gendut dan Imam. Namanya doang imam tapi akal kutu kupret. Lama Gina berpikir barulah mulai makan.
Di sini mau tak mau Gina harus copot maskernya. Wajah imut inonsen mencuat menggoda setiap orang lewat terutama cewek. Dalam otak mereka berpikir mengapa ada cowok demikian cantik bukan ganteng.
Imam yang lihat dari jauh terpana karena apa yang dia harapkan terwujud. Imam memang berharap asisten Kevin bertampang ganteng. Ternyata memang ganteng, bukan hanya ganteng melainkan cantik. Sebagai cowok muda kegantengan Gino alias Gina termasuk sempurna.
"Gila...mana ada cowok secantik itu? Jangan-jangan dia itu cewek nyamar jadi cowok! Aku mau kok punya asisten model gitu!" ucap Imam tak pindah mata dari Gina.
Si gendut juga ikutan pasang mata ke arah Gina. Ferdinand angguk-angguk setuju. Gina memang terlalu cantik untuk jadi cowok.
"Dia itu laki. Dadanya saja rata kayak papan setrika. Mana ada cewek dadanya mengalahkan papan setrika." timpal sekretaris Ferdinand iri pada kemolekan Gina. Wanita ini takut bosnya kesengsem pada Gina. Posisinya bisa tergeser sebagai tambatan hati majikan.
"Benar juga ya! Hanya wajah saja cantik. Perabotan lelaki. Cuci mata juga boleh." sahut Ferdinand anggap semua orang gila harta macam dia.
Kevin tidak berkata apapun karena Gina begitu adanya. Terlalu cantik untuk jadi cowok. Mungkin waktu ciptakan Gino Tuhan lengah letakkan Gino di tempat laki. Seharusnya anak itu berada di posisi cewek.
Gina tak ambil pusing dengan tatapan orang. Orang punya mata berhak lihat apa yang dia sukai. Kebetulan Gina dijadikan objek tontonan. Gina cepat makan agar dia cepat tutup kembali sosok wajahnya yang jadi tanda tanya buat para lelaki.
"Vin...kau serius mau ikut dalam tender kali ini? Ini bukan bidangmu mengapa mau coba?" tanya Imam berusaha matikan niat Kevin ikut dalam tender proyek pembuatan jalan tol.
Kevin menyandarkan punggung ke kursi meninggalkan makanan di meja. Kevin adalah generasi muda tentu saja ingin inovasi cari lahan baru kumpul duit. Kebetulan Kevin ada sedikit pengalaman di bidang ini walau belum pernah terjun langsung.
"Aku ingin jawab tantangan sebagai anak negeri. Kita akan bersaing secara sehat. Tergantung kemampuan kita lobi tender ini. Kuharap tak ada yang ambil jalan tikus." kata Kevin tegas juga serius.
Ferdinand dan Imam saling tukar mata. Mereka dapat merasakan betapa Kevin serius mengatakan isi hati. Bersaing secara terbuka tanpa trik.
"Yaelah bro...kita sebagai teman juga seperjuangan mana mungkin main belakang. Pintu depan ada mengapa harus buka pintu belakang. Kayak maling saja." kata Ferdinand dengan tawa lebar. Mulut ketawa namun dalam hati mengumpat.
"Baguslah kalau gitu!"
"Gimana kalau malam ini kita dugem? Ajak asisten cantik kamu! Siapa tahu bisa semarakkan malam kita." Ferdinand langsung tunjuk Gina yang sudah siap makan. Masker telah terpasang lagi di wajah anak itu. Yang tampak hanyalah sepasang indah yang dikagumi Ferdinand.
"Tidak...dia itu anak baik! Kita tak boleh merusak generasi muda dengan pola hidup kita yang terlanjur kacau." tukas Kevin tak rela Gino terjerumus dunia gemerlap di malam hari.
"Bravo...pelindung anak buah! Aku harap suatu saat dia akan bekerja untukku." kata Imam.
"Terserah dia. Itu hak dia setelah bebas tugas dari aku!"
"Kau mau pecat dia? Biarkan dia kerja di kantor aku! Sudah jarang orang setia macam dia. Aku pasti akan jaga dia seperti kamu jaga dia." janji Ferdinand menyakinkan Kevin percayakan Gina padanya.
Kevin tak tahu pesona apa membuat Imam dan Ferdinand merebut Gina. Apa karena dia terlalu cantik jadi pria atau punya magic bius orang.
"Nantilah setelah dia lepas kerja padaku! Sekarang kita mau ke mana?"
"Aku kembali ke hotel tempat aku nginap. Maklumlah lagi punya kesempatan manjakan diri!" Ferdinand mengerling genit ke arah sekretaris cantiknya.
Kevin dan Imam tertawa maklum. Punya gandengan rugi dibiarkan nganggur. Colek sana sini kan lumayan juga.
"Ok deh! Kita cari kesibukan sendiri! Aku balik ke kantor aku di sini. Kau Vin?"
"Aku? Paling balik ke hotel." Kevin menjawab pertanyaan Imam.
"Ok deh! Kita pisah di sini! Jumpa besok dengan semangat baru! Aku berharap aku bisa salip kalian dua. Kalian tahu membangun itu dunia aku." Ferdinand utarakan niat maju lawan kedua rekannya.
Tak ada yang ingin jawab. Harapan yang lain juga sama. Menangkan tender proyek kali ini.
Ketiga laki itu saling salaman sebelum berpisah. Lantas bubar menuju ke kenderaan masing-masing. Pengawal para bos juga ikut tanpa daya. Mereka bertugas tentu saja harus lakukan yang terbaik.
Mobil yang bawa Kevin dan Gina melaju tinggalkan lokasi lapangan golf menuju ke hotel. Sepanjang jalan cukup padat karena banyak perbaikan jalan. Sudah jadi ciri khas kota M acap kali bongkar pasang bahu jalan. Ada perbaikan drainase, galian pipa listrik juga pipa air. Ada saja pekerjaan umum menambah kemacetan kota. Kota M kota macet dua puluh empat jam.
Tak jauh dari hotel Kevin melihat orang yang dia kenal sedang berdiri bingung sendirian di pinggir jalan.
Tanpa pikir panjang Kevin minta supir hentikan mobil di belakang mobil yang terparkir di pinggir jalan. Orang itu sebentar-sebentar lihat layar ponsel menunggu sesuatu. Mungkin panggilan masuk.
Kevin turun dari mobil dekati orang itu. Gina ikutan turun untuk jaga keselamatan Kevin. Di saat begini rawan terjadi kecelakaan tak diinginkan apalagi ada niat tak baik dari rival tender.
"Selamat siang pak Julio!"
Orang itu menoleh. Mata tua itu kontan bersinar jumpa orang dikenal. Pak Julio anggap telah jumpa dewa penolong.
"Kau Kevin bukan?"
"Saya pak! Ada masalah apa?"
"Nggak tahulah! Tiba-tiba saja mobilku mogok. Sudah minta bantuan bengkel tapi sampai sekarang belum datang."
Dengar kata mogok jiwa montir Gina berontak ingin turun tangan. Gina merasa pasti bukan perkara besar karena sekilas dilihat mobilnya masih baru. Mana ada penyakit rematik, encok, apalagi kanker. Paling ada flu biasa. Batik kecil.
"Maaf pak! Aku lancang minta ijin periksa mobil bapak!" Gina maju ingin bantu selesaikan masalah sepele di mobil Pak Julio.
"Kau bisa?" Pak Julio kurang yakin pemuda perlente di depannya bisa bereskan kendala mobilnya.
"Insyaallah pak! Permisi..." Gina mencoba buka kap depan periksa di mana kendalanya.
Kevin agak takut Gina hanya sok pintar bikin malu dia. Sejak kapan anak ini belajar kutak katik mobil. Gani tak pernah cerita kalau temannya bisa berbengkel.
"Anak muda masa kini penuh bakat. Sungguh luar biasa." puji pak Julio lihat Gina tidak segan-segan kotori tangan periksa kendala mobil.
Gina tersenyum pahit. Dasar orang kaya. Bisa beli mobil tapi tak tahu perawatan mobil. Hanya kepala batere longgar tak bisa capai kontak badan jadi satu bencana bagi orang kaya. Cukup ikat kembali serta ketok sedikit semuanya beres.
Dengan keyakinan penuh Gina stater mobil dan Alhamdulillah hidup. Gina biarkan mobil tetap hidup lalu balik ke depan untuk tutup kap mobil.
Pak Julio dan Kevin tertawa senang karena kendala teratasi hanya dengan sedikit keahlian tangan Gina. Kevin bangga dapat asisten full talenta. Tak hanya kerjanya beres juga punya skill tersembunyi.
"Silahkan pak!" Gina mundur ke belakang Kevin tunjukkan dia hanya bawahan Kevin. Tak ada niat menonjolkan diri.
"Terima kasih nak! Kau sangat pintar. Biasa orang pegang pena belum tentu bisa pegang kunci tukang montir. Kau multi talenta. Ayok kita minum kopi!" ujar Pak Julio kepada Kevin untuk balas jasa.
"Memangnya pak Julio mau ke mana?"
"Rencana mau pergi beli kue durian untuk dibawa pulang besok. Katanya kuenya enak."
"Bapak tahu tempatnya?" tanya Kevin pingin temani pak Julio cari jajanan khas kota M.
"Katanya sekitar jalan Mojopahit dan satu lagi di jalan Sekip. Kita pesan dulu besok baru ambil."
"Kenapa tidak telepon saja?"
"Mau lihat langsung varian kuenya! Nak Kevin mau ke sana?"
"Boleh...ini supir aku asli orang sini pasti lebih kenal kota ini. Gimana kalau pak Julio ikut mobil aku? Mobil bapak biar di bawa asisten aku! Dia supir yang baik." Kevin tidak ragu ke kepiawaian Gina bawa mobil. Dia sudah pernah cicipi keahlian tangan Gina bawa mobil. Ususnya nyaris loncat keluar.
"Aku percaya. Lihat talenta dia saja aku sudah yakin! Ayok kita pergi! Biar anak muda ganteng kita urus mobil bapak!" Pak Julio senang Kevin bersedia temani dia jalan-jalan di kota M. Pak Julio juga jarang main ke kota ini. Tapi berhubung ada pekerjaan besar maka dia harus datang ke kantor cabang di kota M.
Kevin dan Pak Julio segera naik ke mobil Kevin biarkan Gina urus mobil mewah milik big bos itu. Gina tidak bisa menolak selain patuh. Begini nasib jadi kacung orang kaya. Semua tindak tanduk di bawah pengawasan sang majikan. Membantah pun tidak ada gunanya karena tugas tetap harus dilaksanakan.
Gina lihat mobil Kevin sudah melaju maka dia cepat-cepat ikut agar jangan tersesat di kota orang. Gina buta tentang kota M. Apalagi rambu-rambu lalu lintasnya. Salah-salah kena tilang.
Gina ikut saja ke mana arah gerak mobil Kevin. Di bawa ke arah neraka juga tak bisa nolak. Namun siapa mau ajak orang tour ke neraka. Harus tinggalkan dunia fana ini baru bisa tour ke sana. Gina masih sayang nyawa karena belum penuhi harapan beli ruko buat ibunya buka warung.
Mereka berhenti di salah satu ruko berdempetan dengan tulisan Pancake Durian House. Berbagai gambar mengenai kue dari bahan tepung dan durian terpasang menggoda selera pengunjung.
Kedua pembesar itu masuk ke dalam tinggalkan Gina dan supir Kevin di luar parkiran. Gina posisikan diri sebagai ajudan setia tak perlu ganggu para bos cari oleh-oleh. Dia cukup laksanakan tugasnya sebagai bawahan.
Supir Kevin bergabung dengan Gina yang bersandar di pintu mobil. Untunglah tempat parkiran cukup teduh tidak biarkan para supir terpanggang mentah-mentah di bawah sinar mentari.
"Kamu Gino ya?" tanya supir itu segan karena penampilan Gino kurang ramah.
"Eh iya pak.." Gino segera sambut pertanyaan supir Kevin di kota M.
"Jangan panggil pak! Anakku baru satu. Itupun masih bayi. Panggil saja Ucok."
"Tidak pakai Baba kan?" gurau Gina biar tidak tampak seram.
"Bisa aja ..nama sama tapi nasib beda. Baru ikut Pak Kevin ya?"
Gina mengangguk kepalanya yang mungil tapi keras.
"Baru dua hari. Ganti Gani untuk sementara."
"Gani yang kemayu kan?"
Gina agak malu dengar Gani top dengan gayanya yang bikin malu orang. Dipukul sampai bonyok Gina takkan ngaku Gani itu saudaranya. Anak itu selalu buat Gina kena ejekan.
"Gani sudah ke Korea." Gina pilih tidak iyakan. Menghindari topik tak penting lebih baik ketimbang korek lebih dalam tentang kelakuan Gani.
"Liburan ya? Anak itu baik cuma ya sedikit gemulai. Kau lain pula. Cantik tapi sangar."
"Huusss mana ada cowok cantik! Jatuh pasaran aku!" Gina pura-pura kesal tapi dibarengi senyum walau tak terlihat oleh Ucok.
"Kamu ini cocok jadi fotomodel ketimbang asisten Pak Kevin. Punya tampang bagus."
"Tidak cukup tinggi untuk jadi fotomodel. Mungkin cocok jadi sampul buku flora dan fauna."
Ucok tertawa ternyata Gina tak sangar kayak tampangnya. Kesannya malah lucu.
"Kamu dan Gani hampir sama. Sama-sama gokil."
Dalam hati Gina menjawab bagaimana tidak sama karena keluar dari pabrik serupa. Lebih tepatnya satu pabrik.
Gina dan Ucok asyik bercanda sampai Kevin memanggil Gina untuk masuk ke dalam toko. Ada apa lagi? Bertanya cuma boleh dalam batin karena Gina tak punya hak tanya jawab selama bertugas.
"Tinggal dulu bang Ucok! Aku akan packing kue untuk Abang. Tenang saja!" Gina berlari kecil masuk ke dalam toko durian itu.
Baru masuk hidung Gina dibelai wewangian buah berduri itu. Wewangian bercampur susu.
Aneka penganan berbahan dasar durian terpajang di etalase toko. Bentuk dan modelnya beragam. Ini cukup membangkitkan selera pelanggan untuk merogoh kocek membeli semua makanan di toko itu.
"Kau mau makan kue dari durian?" tanya Kevin setelah Gina di dalam.
"Cukup satu pak! Untuk bang Ucok saja karena dia punya anak isteri."
Pak Julio dengar semua kata Gina makin kagum pada kebaikan Gina. Lebih pentingkan sahabat daripada diri sendiri. Sudah langka manusia model ini. Yang lain berlomba cari keuntungan pribadi, ini justru mundur untuk orang lain.
"Anak muda...kau boleh makan sebanyaknya. Bapak yang traktir kamu." ujar Pak Julio menepuk bahu kecil Gina.
"Terima kasih pak! Cukup seadanya saja."
"Ini pak Julio yang punya proyek besar yang bakal kita tender besok. Tapi kita tidak bahas tender hari ini tapi bahas isi perut."
Pak Julio suka pada Kevin tidak campur aduk urusan pribadi dengan pekerjaan. Di sini Kevin sudah punya modal curi pandangan pak Julio.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 179 Episodes
Comments
玫瑰
Gina ni seperti magnet yang menarik perhatian orang sekeliling
2023-02-11
1
Mei
Terimakasih kak. Dukung terus ya.
2023-02-10
1
Cahaya Ibrahim
sangat suka cerita nya asyik n lucu .....ayo semangat thor dinanti lanjutanya
2023-02-10
1