Gina memesan meja romantis untuk Kevin dan Lucia. Gina ingin buat Lucia makin lengket pada Kevin agar lebih mudah lakukan hal di luar dugaan wanita itu. Gina harus bermain cantik agar Lucia makin masuk perangkap dia.
Sebelum Kevin dan Lucia pergi ke restoran hotel untuk makan malam, Gina pergi periksa meja makan kedua petinggi perusahaan untuk pastikan semua berjalan sesuai dengan keinginan.
Untuk hadiah buat Lucia sebagai putri orang kaya Gina sudah persiapkan hadiah sebagai kejutan. Lucia takkan pernah terpikir akan dapat kejutan naikkan tensi darah.
Tepat jam delapan Kevin dan Gina turun ke lantai bawah di mana adanya restoran. Kevin tidak ajak Lucia berhubung dia memang tak berniat dekatkan diri pada Lucia. Ini demi hasil karya Lucia. Andai Kevin tahu kalau Lucia itu plagiat tamatlah riwayat Lucia di perusahaan Kevin.
Kevin diarahkan duduk di meja yang sudah dipesan oleh Gina. Gina sendiri duduk di meja lain tak jauh dari meja Kevin. Gina tak mungkin duduk satu meja dengan bos. Mana lagi bos harus layani putri maha jutawan.
Belum lama mereka duduk datanglah putri kecantikan lingkungan RT. Gayanya sudah bisa diandalkan untuk maju jadi ratu kecantikan di kalangan emak-emak biang gosip. Lucia pasti terpilih jadi ratunya.
Gina pura-pura tak.lihat kehadiran Lucia. Biarlah wanita itu ambil semua daya pikat di restoran itu. Gina harus akui kalau Lucia sudah tampil maksimal.
Lucia langsung duduk di depan Kevin menebar pesona wanita tajir. Dari aksesoris hingga pakaian boleh dibilang produk mahal. Kalung emas di leher Lucia sangat dikenal Gina karena bentuknya adalah hasil design Gina yang dipatenkan oleh Lucia.
Gina tidak bisa berbuat apa-apa untuk hal ini karena memang dia menjual desainnya kepada Lucia. Gina telah menerima uang Lucis maka dia harus tutup mulut mengenai hasil desainnya.
Kevin tidak banyak komentar dengan hadirnya Lucia bak Miss universe. Kalau Kevin lelaki normal pasti akan akui kecantikan Lucia namun sayang Kevin mempunyai pengalaman buruk terhadap wanita. Semua wanita tak ada yang menarik di matanya. Rasanya semua wanita itu standar saja. Gina tak tahu wanita modal apa yang diinginkan oleh lelaki itu.
"Mas Kevin tidak ingin mengatakan sesuatu?" pancing Lucia mengerjap bulu mata buatan yang lentik. Sikapnya high class cerminan wanita dari kalangan the have.
Kevin tertawa kecil tidak terlalu antusias dengan penampilan Lucia. Namun sebagai lelaki Kevin juga harus pandai basa-basi memuji wanita di depannya.
"Apa yang harus kukatakan lagi? Semua lelaki akan mengatakan hal yang sama pada penampilanmu malam ini. Kamu memang mempesona."
Lucia tertawa senang dipuji langsung oleh Kevin yang menjadi idola hatinya. Angan Lusia melambung makin tinggi membangun mega-mega indah di atas langit. Di langit akan dibangun istana khusus hanya untuk mereka berdua.
"Mas jujur sekali..." kata Lucia bangga pada diri sendiri.
Gina yang ikut nguping mau muntah betapa pede gadis itu angkat derajat sendiri di mata Kevin. Untung makanan belum diantarkan ke meja mereka. Kalau tidak semua makanan yang telah masuk ke dalam perut kita pasti akan berhamburan keluar saking mualnya.
Kevin hanya tersenyum simpul tanggapi ocehan Lucia. Gina tak tahu berapa tebal muka Lucia mengejar orang yang tidak berminat padanya.
Pelayan mengantar makanan yang telah dipesan Gina. Gina tak tahu itu cocok selera Kevin dan Lucia tidak. Toh mereka tidak pesan makanan khusus.
Ntah Gina sengaja atau memang tak tahu selera Kevin dan Lucia. Gina memesan masakan Korea yang dominan daging mentah. Gina sendiri tak pernah makanan itu namun untuk test mental kedua orang kaya itu Gina pesan Yukhoe daging sapi mentah dihiasi kuning telor serta saos khusus untuk cicipi daging tersebut. Tak lupa kepiting mentah yang disebut ganjang gejang yang dimarinasi dengan saos kedelai. Lantas salad buah sebagai cuci mulut.
Gina sendiri hanya pesan nasi goreng plus telor. Gina tak ikutan ribet makan makanan bukan dari kelasnya. Dia orang miskin tak pantas makan makanan mahal.
Lucia dan Kevin terperangah melihat makanan yang diantar ke tempat mereka. Tak pernah terlintas di pikiran mereka memakan makanan yang serba mentah.
Kevin mendesis marah pada keisengan Gina. Tak usah dibilang pasti ini ulah Gina untuk memojokkan Lucia dan Kevin.
Wajah Lucia kontan suram karena tidak sesuai selera. Lucia bisa muntah melihat makanan yang tidak dimasak itu. Belum makan saja terasa geli melihat daging yang berwarna merah akan dikonsumsi dengan saus.
"Gino...sini!" Kevin memanggil Gina dengan suara pelan takut di dengar orang. Betapa noraknya Kevin bila mengatakan tidak bisa makan makanan mahal itu. Ini bukan menyangkut masalah norak melainkan merasa jijik.
Gina menghentikan menyuap makanan ke mulut mendatangi Kevin yang tampak besar.
"Ya pak!" tanya Gina dengan wajah tanpa dosa.
"Kau waras tidak pesan makanan begini?" Kevin menunjuk meja yang penuh dengan makanan mentah.
"Lha... di mana salah aku pak? Aku hanya memesan makanan yang terbaik dan termahal di restoran ini. Mana tahu kalau makanan dan termahal di restoran ini adalah makanan begini. Bapak dan Nona ini kan orang kaya terbiasa makan makanan aneh. Kukira kalian sudah terbiasa dengan pola hidup orang kaya. Ternyata tidak sekaya yang dibayangkan." ucap Gina tak mau disalahkan oleh Kevin.
Mendengar jawaban Gina yang sangat masuk akal Kevin tidak mengatakan apa-apa lagi. Dia memang memesan makanan yang terbaik untuk dia dan Lucia. Siapa sangka makanan terbaiknya adalah modal beginian.
"Coba makan pak! Apalagi nona ini orang tajir. Masa orang kaya tidak bisa mengikuti pola makan orang tajir. Belum pantas dong disebut orang tajir bila tidak bisa mencicipi menu kalangan orang kaya." Gina sengaja provokasi Lucia yang gila kehormatan itu.
"Sudahlah mas Kevin! Makanan ini memang sedang populer di Korea. Makanya disebut makanan termahal saat ini. Kita coba saja." Lucia tidak mau kehilangan pamor hendak pamer kalau dia juga orang kaya bisa makan makanan yang disebut makanan termahal.
Gina ingin sekali tertawa terpingkal-pingkal namun ditahan. Orang yang gila nama besar pasti akan merasakan apa yang dinamakan dengan kelas orang kaya. Nikmati hidup berdasarkan penglihatan masyarakat biar dianggap bisa berada di lingkungan orang tajir.
Gina perhatikan Lucia menjemput makanan di meja dengan sumpit telah tersedia. Ada kesan jijik di wajah perempuan itu namun dia coba bertahan. Kevin tidak segila Lucia coba makanan tak sesuai dengan selera. Laki itu hanya ambil Salad yang dianggap lebih bersahabat dengan perutnya.
Suapan pertama sudah bikin seluruh badan Lucia bergetar hebat. Bukannya terasa nikmat justru mau muntah. Daging dalam mulut tak bisa dikunyah detik itu juga. Hanya bisa tersimpan dalam rongga mulut.
Ekspresi Lucia berubah warna menjurus ke warna pucat kena bau daging mentah. Sok kaya akhirnya kena trik jahat Gina.
"Mas...saya ke toilet sebentar ya!" ujar Lucia dengan suara tak jelas karena gumpalan daging masih utuh dalam mulut.
Lucia cepat-cepat bangun hendak keluarkan isi mulut di toilet. Muntahkan di depan Kevin akan bikin nilai raportnya merah di mata Kevin.
Baru saja Lucia jalan selangkah taplak meja ikut melangkah kena tarik jauhi meja. Makanan di meja berhamburan ke lantai timbulkan suara pecahan memecahkan ketenangan restoran.
Semua mata langsung tertuju pada meja yang ditempati oleh Kevin dan Lucia. Banyak yang kaget melihat insiden ini terjadi secara tiba-tiba. Apa yang sedang terjadi mengapa lapak meja bisa tertarik mengikuti langkah Lucia.
Lucia terpana sampai bengong tak tahu harus bagaimana. Gadis ini tak sangka bakal.muncul kejadian memalukan ini. Baru saja tersiksa oleh daging mentah kini tersiksa oleh hujaman mata pengunjung.
Daging dalam mulut Lucia auto meluncur mulus ke kerongkongan gadis itu. Tak perlu ke toilet untuk buang lagi karena telah terbuang secara alami ke dalam perut Lucia.
Gina sigap bantu Lucia jauhi peralatan makan yang berceceran di lantai. Ada sebagian saos menempel di baju mahal Lucia. Baju warna putih bersih itu berubah jadi kain pel lecek warna warni akibat saos cabe dan saos kecap.
Kevin sendiri bingung mengapa Lucia demikian ceroboh menarik taplak meja ikut dengannya ke toilet. Namun laki ini tak bergeming karena memang tak bisa sentuh cewek. Hanya mata Kevin menaruh rasa iba pada Lucia.
"Ayo kuantar kembali ke kamar!" Gina sok baik hati mau bantu Lucia padahal dalam hati bersorak penuh kemenangan.
Hanya Tuhan yang tahu mengapa taplak meja sayang pada Lucia sampai mau ikut ke toilet. Taplak itu tak punya kaki bila tak digerakkan oleh seseorang.
Lucia ingin menangis darah karena gengsinya terbanting bak tahu busuk. Sudah di banting diinjak pula sampai remuk.
"Mas...antar aku!" rengek Lucia sangat malu jadi objek tontonan.
Kevin mengangguk merasa tak enak abaikan Lucia di saat begini. Jangankan dapat malam makan yang romantis malah mendapatkan bencana.
Lucia berjalan dahului Kevin sementara Gina pura-pura simpatik. Gina pura-pura periksa mengapa terjadi insiden ini. Dengan gerakan cepat Gina menarik sesuatu dari tepi taplak meja sebelum pihak restoran menemukan keganjilan di insiden ini.
"Biar kami yang bersihkan semua ini pak!" seorang pelayan berpakaian serba hitam hampiri Gina pikir Gina ingin bersihkan semua kekacauan.
"Oh...maafkan majikan aku! Berapa kerugian restoran ini biar jadi tanggung jawab majikan aku!" Gina ambil inisiatif tangani masalah ini.
"Biarlah jadi kebijakan manager kami! Ini mungkin juga kelalaian kami." sahut pelayan itu ramah.
"Gitu ya! Kamu nginap di sini atas nama pak Kevin. Hubungi aku jika ada hal perlu kami jawab. Tolong bikin dua porsi nasi goreng seafood untuk kedua majikan aku! Mereka belum sempat makan. Antar ke kamar kami saja ya!"
"Siap pak!"
"Terima kasih...aku mau habiskan nasi goreng aku dulu!"
"Silahkan pak!"
Gina tertawa senang telah beri Lucia sedikit syok mental. Gadis itu sudah terlalu lama hidup nyaman maka sangat baik kena test nyali. Mungkin Lucia akan lebih sehat jika ada sedikit guncangan.
Gina lanjutkan makan nasi goreng mahal dari restoran hotel. Rugi bila disiakan begitu saja.
Hati Gina sedang gembira telah keluarkan sedikit hawa dendam dalam dada. Baru seupil wakili kekesalan Gina pada keluarga Subrata. Gina bersumpah tenggelamkan Lucia dalam masalah berlapis-lapis.
Gina mengetuk pintu kamar karena kartu pintu kamar berada di tangan Kevin. Ntah laki itu berada dalam kamar Lucia atau sudah balik kamar. Wajar kan kalau Kevin cari kesempatan dalam kesempitan berduaan dengan Lucia. Mereka manusia produk jaman moderen mana indahkan norma agama seperti mereka dari kalangan menengah ke bawah.
Pintu terbuka munculkan sosok Kevin bertelanjang dada. Lagi-lagi mata Gina ternoda oleh pemandangan 18 tahun ke atas. Kevin santai saja seakan telanjang dada di depan Gina bukanlah hal baru. Laki itu seenak perut hilir mudik dalam kamar tak tahu jantung Gina sedang berlomba dengan detak waktu. Sudah pasti detak jantung Gina jadi juara karena kencang.
Gina terpaksa pusatkan perhatian pada tugas di laptop ketimbang otak bergerilya bayangkan roti sobek milik Kevin. Gimana rasanya bila diolesi selai coklat kesukaan Gina. Pasti gurih nyesel ke hati. Digigit sepotong demi sepotong bertemu air ludah. Maknyus.
Lamunan Gina buyar karena ketokan pintu kamar. Gina segera buka pintu tak mau tunggu perintah. Hanya ada dua alternatif orang yang mengetuk pintu. Kalau bukan Lucia pasti pelayan yang mengantar nasi untuk Kevin.
Tepat dugaan Gina. Pelayan berseragam bawa makan malam untuk Kevin. Pelayan itu bawa troli khusus antar makanan. Gina lihat masih ada satu hidangan tertutup penutup dari stainless berbentuk bundar. Gina duga itu pasti untuk Lucia yang pasti sedang menangis runtuhnya keangkuhan diri.
"Terimakasih..." Gina menyambut pesanan untuk Kevin. Gina tidak beri tips karena itu bukan gayanya. Dia saja kekurangan uang mana mau rogoh kantong untuk kepentingan bos. Kevin gitu kaya tentu tak butuh belas kasihan dari Gina.
Gina membawa makanan untuk Kevin dengan meletakkannya di atas meja. Kevin melihat Gina letakkan sesuatu tapi belum tahu itu untuknya. Kevin belum tahu kalau asistennya ini sangat kreatif. Berani ambil keputusan tanpa persetujuan Kevin.
"Apa itu?" tanya Kevin.
"Makan malam untuk bapak."
"Kau yang pesan?" Kevin heran dari mana nyali Gina wakili Kevin pesan makanan tanpa ijin. Gani belum pernah sembarangan langkahi Kevin ambil keputusan. Anak ini sungguh luar biasa.
"Kau pesan makanan sudah tahu selera aku?"
"Kalau lapar semua jadi selera. Aku takut bapak pingsan karena kelaparan. Aku yang repot. Silahkan makan!" Gina membuka penutup piring agar bosnya bisa segera isi perut.
Kevin masih takjub pada asisten luar biasa ini. Terlalu pede seakan sudah kenal Kevin ratusan tahun lalu.
Mau tak mau Kevin duduk di depan piring orderan Gina. Di atas meja ada hidangan nasi goreng bercampur seafood segar. Cukup menggoda selera Kevin.
Laki itu angkat sendok dan garpu untuk menyantap makanan di meja. Wangi harum mentega cukup menggugah selera. Kevin jadi tak sabar ingin segera makan.
"Tunggu pak! Tak baik makan dengan tubuh telanjang. Pakailah baju!"
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 179 Episodes
Comments
玫瑰
takut tergoyah iman ye?..hahaha
2023-02-12
1